1. Awal mula

112 6 7
                                    

"Emang Talita yakin mau tinggal di desa bareng Nenek? Disini jauh dari mall loh, ta." 

Talita yang ditanyapun mengangguk dengan penuh kepastian. Tekat sudah bulat, dia tidak akan tinggal dimana dirinya tidak pernah dihargai. "Apapun resikonya Nanti, Talita akan terima."

Sedangkan Nenek tertawa kecil dengan tingkah cucunya."Ya, kalau emang Talita udah yakin langsung masukin aja semua barang bawaan kamu ke kamar."

Dengan semangat Talita langsung menggeret dua koper besar di masing masing tangan.

Sejauh ini masih tidak ada yang spesial tinggal di rumah Nenek yang berada di desa. Hannya ada Talita dan Neneknya saja yang berada di meja makan untuk makan malam.

"Jadi Talita kapan masuk sekolah, Nek?" Tanya Talita saat setelah menghabiskan tegukan terakhir dari gelas.

"Besok"

"Besok?"Talita yang sedikit ragu dengan ucapan Nenek. Kenapa bisa secepat itu? Apakah Nenek sudah benar-benar mendaftarkannya ke sekolah? Lantas bagaimana dengan seragam yang akan dia kenakan besok.

"Iya, semuanya sudah Nenek siapkan."

***

Talita merenggangkan badan yang terasa pegal disekujur tubuh. Pandangannya tertuju pada pakaian seragam yang tergantung rapi di cantolan pintu kamar. Ia mengamati pakaian serangam yang sudah disiapkan Nenek, sangat berbeda dengan seragam sekolahnya dulu.

Sebelumnya Nenek sudah mengatakan bahwa disekolah baru nanti semua murid wajib menggunakan hijab. Walau di sekolah dulu Talita tidak menggunakan hijab, tetapi mau tidak mau Ia harus siap mengikuti aturan yang sudah tertera. Ya, bukankah ini yang Ia inginkan, jadi harus siap menerima semua dengan lapang dada.

"Talita berangkat, Nek" ucap Talita dengan sedikit berteriak agar Nenek bisa mendengarnya.

Saat keluar dari rumah, Talita melihat pemandangan yang tidak pernah Ia dapatkan saat tinggal di kota. Jalanan yang tak beraspal tampak ramai dilalui oleh anak sekolah, ada yang menaiki sepeda dan ada juga yang berjalan kaki sama seperti dirinya.

Udara dingin khas pedesaan yang berada di kaki gunung terpaksa membuat Talita menggunakan jaket switer, agar membantu dirinya merasa hangat. Kulitnya masih belum bisa beradaptasi dengan udara disini dengan tempat tinggalnya dulu.

Iseng saja Ia menghirup udara segar yang jauh dari kata polusi sambil membentangkan kedua tangan. Tidak sengaja ujung jari kanan Talita mengenai mata seseorang. Tanpa babibu dengan sigap Talita langsung membantu meniup mata yang berair dan mulai memerah itu.

"Ma....maaf ya." ucap Talita dengan penyesalan.

"Ah gak papa." Gadis itu tersenyum dengan sedikit mata yang masih memerah. "Kok wajah kamu kayak gak asing ya." Ia memperhatikan wajah Talita dengan seksama.

Gadis itu menjinjit dan sedikit mendongak menyamakan tingginya kepada Talita. Sedangkan yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah.

"Talita bukan sih? Cucunya Nek Maryam kan?"

Talita melipat dahi, mencoba mengingat siapa gadis yang ada dihadapannya.

"Syifa?" Ah tidak salah lagi, Gadis cebol ini pasti Syifa. Saat berkunjung ke rumah Nenek, Talita hanya memiliki satu orang teman saja, siapa lagi kalau bukan Syifa.

Syifa berteriak dengan girang tidak menyangka setelah bertahun-tahun tidak pernah ketemu atau sebatas kabar pun mereka tidak dapatkan.

"Tungu dulu! Kok kamu pakai seragam sekolah sama kayak yang aku pakai?" Ah ya. Syifa baru menyadari itu.

Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang