Talita pulang seorang diri. Awalnya Ia mengira bahwa Syifa akan pulang dengannya. Namun Abrar membawa Syifa untuk jalan-jalan sehabis pulang sekolah. Sementara Fatimah, rumah mereka berlawanan arah.
Melihat Syifa dan Abrar meningkatkan dirinya dan pacarnya Angga. Entah bagaimana keadaannya sekarang, Talita langsung pindah tanpa terlebih dahulu memberitahu Angga. Lagipula untuk apa memberitahunya? Bukankah salah satu tujuannya pindah untuk melupakan Angga yang telah semena-mena.
Karena terlalu sibuk dengan pikirannya tanpa sengaja Talita menabrak badan seseorang. Talita langsung tersadar dengan lamunannya, netranya menatap buku tebal yang terjatuh tepat dihadapan Talita. Ia mencoba mengambil, namun ada satu tangan yang ikut memegang buku itu dari sisi lain.
Pandangan keduanya bertemu. Mata indah itu, mata yang selalu terfokus pada buku ternyata memiliki aura megic. Buktinya Talita merasakan ada rasa yang berbeda saat menatap mata teduh itu jantungnya seolah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ada apa ini? Apakah ini yang dinamakan dengan jatuh cinta pada pandangan pertama?
Talita tidak habis pikir, bahkan saat sedang berjalan pun matanya tidak teralihkan dari buku.
Lelaki yang masih belum diketahui namanya oleh Talita itu langsung pergi meninggalkan dirinya. Sepertinya Talita hanyut dalam tatapan teduh yang terpancar dari mata indah itu.
Setelah tersadar Ia langsung mengejar lelaki itu dan menyamakan langkah kakinya. "Ma....maf, Aku beneran gak sengaja."
Jangankan menjawab melihat Talita saja Tidak, bahkan untuk sekedar melirik saja ogah. Lelaki itu selalu fokus pada bukunya. Dengan sedikit menjinjit Talita melirik apa yang sedang dibacanya.
Talita menautkan kedua alis, itu buku kimia. Tidak cukupkah belajar hannya disekolah? Atau setidaknya tunggu sampai berada dirumah.
"Awas poh...."
"Adoohhh." Ringis Talita sambil memegang dahinya. " kenapa sih ini pohon tumbuh disini?"
Talita melihat wajah Lelaki itu, ada senyum yang terukir indah di wajahnya. Lelaki itu langsung mengembalikan ekspresi datarnya semula dan memperhatikan buku yang sempat diabaikannya karena tingkah si cewek ceroboh.
Tanpa sadar Talita juga ikut tersenyum saat melihat wajah Lelaki itu tersenyum karena melihat tingkahnya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama? Jika iya, izinkanlah Ia menetap untuk selama-lamanya.
Talita mengejar ketertinggalan lelaki itu dengan sedikit berlari. Hebat. Ia bisa bisa tahu seluk beluk jalan desa padahal pandangannya selalu tertuju pada buku yang selalu ada di tangannya.
"Kamu satu kelas sama aku kan?" Tanya Talita sambil menatap Lelaki itu. Talita membuang napasnya dengan kecewa karena di abaikan begitu saja. "Nama kamu Siapa?"
"Althaf" jawabnya singkat. Talita mendadak berhenti berjalan dan melihat Lelaki itu meninggalkannya begitu saja.
"Althaf?" Ia mencoba mengingat nama yang tampak tidak asing di pendengaran. Seketika matanya melotot. " Dia yang jadi rebutan banyak cewek disekolah."
Pantas saja dia diperebutkan banyak kaum Hawa. Bahkan Talita sendiri pun juga mengakui bahwa dia juga termasuk salah satu cewek yang menginginkan Althaf menjadi pacarnya.
Kulitnya tidak putih, seperti sawoh matang. Tetapi dia memiliki senyuman yang manis ditambah lagi tatapan yang meneduhkan siapa saja yang memandangnya. Senyuman Althaf membuat candu tersendiri bagi Talita. Bahkan dia tidak pernah merasakan ini saat melihat Angga pacarnya dulu.
Apakah seperti ini rasanya jatuh cinta? Jika iya, kenapa rasanya begitu berbeda dengan apa yang dirasakannya pada Angga. Bukankah Talita mencintai Angga juga? Tetapi rasa ini begitu berbeda.
***
Talita menatap jam dinding yang tergantung di kamarnya. Ia tidak sabar memulai hari esok dengan datang ke sekolah. Tentu saja niatnya untuk melihat Althaf dan jika di izinkan Ia ingin melihat senyum Althaf, senyum yang bikin candu, senyum yang membuat semangat tersendiri bagi Talita.
Talita terbangun saat mendengar suara kokokan Ayam jago peliharaan Kakek. Ayam itu peninggalan terakhir kakek, sewaktu Kakek masih hidup si Ayam jago diperlakukan dengan istimewa mulai dari makan, tempat tinggal, vitamin, bahkan tempat untuk si jago membuang kotorannya pun tidak luput dari pengawasan Kakek. Talita merasa bahwa Kakeknya bukan memelihara seekor Ayam melainkan menjaga seorang anak.
Kandang si Jago tepat berada di samping jendela kamar Talita, membuat suara si Jago selalu membangunkan pagi Talita, lumayan alarm limited edition.
Dengan semangat Ia merapikan kerudungnya sambil bersenandung riang. Walaupun Ia tidak memakai polesan make up sedikitpun, tetapi Ia yakin bahwa Althaf akan tertarik melihatnya.
"Kenapa senyam-senyum gitu? Kayak lagi kesambet aja."
Talita langsung melahap sarapannya dengan cepat, sepertinya Nenek memperhatikannya dari tadi.
"Talita berangkat." Ucapnya sambil mencium punggung tangan keriput Nenek.
Hari ini Talita datang lebih awal dari kemarin. Rasanya ini adalalah rekor tercepat pergi ke sekolah, saat disekolahnya dulu Talita selalu menjadi langganan yang terkena hukuman anak OSIS atau Guru BK.
Tapi setelah bersekolah disini rasanya Talita tidak akan pernah pergi terlambat ke sekolah. Dia harus bisa memperebutkan hati Althaf dari banyak cewek yang mengejarnya.
Ia memperhatikan jalanan, masih sedikit sekali anak sekolah yang pergi sepagi ini. Karena terlalu bersemangat pergi ke sekolah, Talita sampai melupakan jaket switer. Udara dingin membuat Talita menggosok kedua tangannya agar merasakan kehangatan.
Saat sampai disekolah, suasananya pun tidak jauh berbeda saat masih dijalan tadi. Tidak banyak yang sudah datang sepagi ini.
Talita berjalan masuk ke dalam kelas. Matanya tertuju pada Althaf yang sudah sampai terlebih dahulu, Talita tersenyum ke Arah Althaf yang fokus pada bacaannya. Tapi kali ini bukan buku pelajaran yang ada ditangannya, melainkan Al-quran kecil.
"Idaman." Gumam Talita tanpa memudarkan senyuman diwajah, tentu saja ucapan itu terdengar jelas di telinga Althaf.
Althaf yang baru menyadari kehadiran Talita langsung beranjak dari tempat duduknya. Talita menatap Althaf bingung.
"Kenapa keluar?" Tanya Talita yang mengikuti Althaf keluar kelas.
"Enggak baik berdua di dalam, entar jadi fitnah."
Lagi-lagi Talita tersenyum dengan penuh kemenangan, ini kalimat terpanjang yang Ia dengar dari Althaf. Tampaknya sebentar lagi Althaf juga akan merasakan apa yang Talita rasakan. Ya, Talita bisa menjamin itu.
Saat jam pelajaran dimulai bukannya memperhatikan Guru yang sedang menjelaskan, Talita justru asik memperhatikan Althaf dari tempat duduknya.
Fatimah yang mengetahui apa yang dilihat Talita pun berkata. "Sukak?"
"Iya. Ehh" Talita menutup mulutnya dengan tangan. Fatimah tertawa kuat melihat Talita keceplosan. Sampai Guru yang menjelaskan di depan melotot ke arahnya. Setelah diberi teguran Fatimah langsung menunduk ketakutan.
Ada yang aneh dengan Althaf, matanya selalu tertuju pada luar kelas. Tepat duduk Althaf memang berada paling depan dekat dengan pintu. Apa yang membuat Althaf selalu melirik ke luar? Apakah dia terpesona melihat cewek lain? Tidak, Talita tidak akan biarkan itu terjadi. Harus namanya yang terukir dihati Althaf. Tidak ada yang lain.
"Jangan mimpi bisa ngedapetin Dia." Ucap Fatimah setelah Guru tadi keluar karena jam pelajarannya sudah habis.
"Emang Kenapa?" Tanya Talita penasaran.
Pandangan Fatimah tertuju pada Guru Biologi yang baru masuk ke dalam kelas.
"Dari dulu belum ada yang bisa ngedapetin hati Althaf."
"Yaiyalah. Hati Althaf itu cuman ada nama aku."
Fatimah menatap wajah Talita. Ia berusaha sekuat mungkin menahan tawanya.
"Mimpi." Ucap Fatimah sambil tertawa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Rabu, 10 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]
Ficção Adolescente[Update setiap hari : Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu] Percayalah! Caramu jatuh cinta begitu mahal untuk dihargai. Tidak semua orang sanggup menahan rasa kagumnya, apalagi ketika dihadang kekhawatiran ketika orang yang Ia kagumi diambil orang lain. W...