Dari balik jendela kamar, Talita melihat hujan yang turun dengan begitu lebat. Matanya memandang lurus ke depan, walaupun hannya diam tidak bergerak, tetapi dia sedang berperang melawan fikiran dan hati yang tidak pernah sependapat.
Fikiran bilang 'Lepaskan!' Terlalu bodoh menghabiskan waktu untuk memikirkan seseorang yang sama sekali tidak pernah memikirkanmu.
Akan tetapi Hati bilang 'Bertahanlah!' Kelak lambat laut dia akan berbalik menemuimu saat dia sadar bahwa kau sangat mencintainya, perasaanmu tidak pernah membohongi dia.
Tapi sampai kapan Talita harus menunggu? Dia juga manusia biasa yang punya hati dan perasaan, Dia juga merasakan sakit hati ketika Althaf terang terangan menolak cintanya.
"Aku gak tahu sekarang ini aku sedang menunggu atau hannya buang buang waktu." Pandangan Talita masih saja menatap air hujan yang membasahi tanah.
"Menunggu sambil buang-buang waktu!" Nenek langsung masuk dan memberikan segelas teh hangat pada Talita.
Talita menerimanya sambil sedikit tersenyum. "Walau membuang waktu, Talita akan tetap nunggu Althaf sampai kapanpun!"
Nenek berwajah masam melihat tingkah Talita, mau bagaimana lagi membuat Talita sadar bahwa hidup begitu murah ketika hannya dihabiskan mengejar cinta manusia.
"Jangan terlalu mengejar dunia!" Pungkas Nenek.
"Kejar dunia?"
Nenek mengangguk kecil. "Kita juga gak tau jodoh mana duluan yang bakal menjemput kita. Maut? Atau akad?"
Talita membelakakan matanya, mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Nenek. Benar juga kalau Talita meninggal saat belum menikah apa mau dikata? Dia juga tidak bisa menjamin satu detik yang datang apakah masih bisa bernafas.
Jika memang maut datang menjemputnya sekarang, apa yang akan dia bawa nanti? Amal? Bukankah dia selalu mengejar dunia sampai lupa berbuat amal sholeh untuk bekalnya diakhirat kelak.
Sedetik kemudian Talita langsung masuk kedalam pelukan Nenek, menangis sejadi-jadinya. Bukankah terlalu sia sia waktu yang diberi Allah hannya untuk mengejar cinta dunia?
Hari ini Talita tersadar bahwa niatnya dulu memperbaiki diri hannya untuk mendapatkan jodoh yang baik, akhirnya Ia ubah hannya untuk mendapatkan Ridho Allah semata.
Mulai detik ini juga Talita berusaha sekuat tenanga menahan perasaan semu yang entah mengapa dipertahankan oleh waktu. Dia akan bertekad untuk menjaga harga diri, menjunjung tinggi harga diri yang tidak pernah ternilai harganya.
Ia akan menjadi wanita yang akan mencari cinta-Nya.
***
Syifa sedang berada di sebuah kafe bernuansa klasik, matanya fokus pada layar handphone yang menampilkan pesan chat yang tak kunjung dibalas. Jari telunjuknya Ia ketuk meja dengan pelan, gelisah karena awan mendung telah menyelimuti sore, bahkan suara petir pun sudah terdengar saling menyahut.
Sesekali pandangannya menuju pintu utama, berharap orang yang masuk berikutnya adalah orang yang sedari tadi ditunggu kehadirannya.
Syifa meminum jus alpukat yang Ia pesan tadi. Matanya terlalu fokus pada layar handphone sampai tidak menyadari seorang lelaki yang berdiri dihadapannya.
Syifa langsung merapikan kerudungnya dan mempersilahkan Lelaki itu untuk duduk berhadapan. Dia Yusuf yang katanya pacar sholeh Syifa dan yang dari tadi ditunggu kehadirannya.
"Jadi mau ngomong apa?" Tanya pacar sholeh alias Yusuf.
Syifa tampak bingung bagaimana cara merangkai kata yang ada difikiran. Padahal Ia sudah berlatih untuk bisa lancar mengucapkannya dihadapan Yusuf.
"Kita udahan aja ya."
Yusuf yang semula fokus pada daftar menu lansung menatap Syifa. "Kenapa tiba-tiba? Apa aku ada buat salah?" Begitu jelas terdengar nada tidak terima dari Yusuf.
Syifa menggaruk alisnya. Ia sendiri juga bingung alasan apa yang harus Ia ucapkan karena selama ini menurutnya Yusuf sangat baik memperlakukan Syifa. Jujur dia juga tidak ingin mengahiri hubungan ini, hubungan yang membuatnya nyaman.
Akan tetapi Syifa sadar, mau senyaman apapun hubungannya sekarang hal ini gak akan bisa menutup kemungkinan bahwa Yusuf yang menjadi suaminya kelak.
"Kamu gak ada buat salah kok."
"Terus kenapa kamu mau ngambil keputusan sebesar ini tiba-tiba? Kasi tahu aku alasannya apa?" Tanya Yusuf dengan menahan amarah. Ia tidak terima dengan perlakuan Syifa yang menurutnya semena-mena. Bukankah dulu Syifa yang mati-matian mengejar cintanya, lantas kenapa setelah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan dengan susah payah malah dibuang begitu saja?.
"Ya karena aku gak mau ngejalanin hubungan yang gak pernah jelas." Nada Syifa sedikit merendah, dia tidak ingin menjadi pusat perhatian saat berada di kantin sekolah kemarin.
"Maksudnya?"
Syifa membuang arah pandangnya ke sembarangan, Ia sendiri juga tidak sanggup melihat wajah Yusuf yang meminta penjelasan.
Ada rasa tidak rela ketika melihat orang yang begitu Ia perjuangkan akan dilepaskannya begitu saja.
Tanpa sadar sudut mata Syifa mengeluarkan cairan bening. Dengan cepat Ia menghapus agar tidak terlihat oleh Yusuf.
"Kamu sendiri juga tahu kan kalau pacaran itu dosa? Aku udah terlalu banyak dosa dan aku gak mau lebih banyak dapat dosa cuman karena hubungan kita."
Yusuf menautkan kedua alis, kenapa sekarang Syifa takut dengan dosa? Bukankah dia pernah bilang tidak pernah perduli dengan semua dosa yang akan ditanggungnya kelak.
"Tapi pasti masih ada cara lain selain putus Kan?" Yusuf pun tidak terima untuk melepaskan Syifa, Dia juga telah mencintai Syifa, Dia juga telah memiliki rasa takut kehilangan.
"Ada kok."
Yusuf menatap mata Syifa dengan seksama. "Apa?"
"Nikah."
Yusuf tertawa dengan ide gila Syifa. "Hei, nikah itu bukan permainan yang dimana kita bisa udahan kalau udah bosen. Nikah itu tanggung jawabnya bukan cuman 1 detik, atau 1 menit, atau 1 jam , atau 1 hari, atau 1 minggu, atau 1 bulan, atau pun 1 tahun! Nikah itu tanggung jawabnya seumur hidup."
Walaupun Yusuf mencintai Syifa, namun ketika disuruh untuk menikahinya. Tak sanggup! Ya, Yusuf belum sanggup memikul tanggung jawab sebesar itu.
"Terus apa solusinya? Kalau kamu gak mau serius, cuman mau main-main lebih baik kita udahan aja!"
"Oke, mulai sekarang dan mulai detik ini juga kita putus!" Yusuf langsung pergi meninggalkan Syifa yang masih duduk mematung.
Syifa memejamkan matanya, Ia harus kuat dengan godaan duniawi, Ia harus kuat melewati ini semua.
"Ku tinggalkan engkau demi cinta-Nya." Lirih Syifa.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jumat, 14 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]
Teen Fiction[Update setiap hari : Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu] Percayalah! Caramu jatuh cinta begitu mahal untuk dihargai. Tidak semua orang sanggup menahan rasa kagumnya, apalagi ketika dihadang kekhawatiran ketika orang yang Ia kagumi diambil orang lain. W...