6. Rindu

51 6 0
                                    

Sesungguhnya kerinduanku ini merindu-rindu seperti kerinduan yang sedang dirindukan oleh kerinduan.
Lalu, akankah kerinduanmu merinduan kerinduanku
Sama halnya dengan kerinduanku yang selalu merindukan kerinduanmu?

*Quote Alayyubibasya*

***

Hari mulai sore, sudah tidak terhitung berapa kali Talita melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia tidak sanggup untuk tidak bertemu Althaf walau sehari saja.

Jika rindu bisa bicara, mungkin tidak akan ada yang tahu bagimana cara menghentikannya.

Ia tidak sabar menunggu pagi tiba. Hari dimana memulai dengan melihat wajah Althaf. Wajah yang memberikan semangat tersendiri untuk Talita.

"Akan ku buktikan kepada dunia, bahwa aku bisa menaklukan hati batumu itu."

Entahlah, entah sudah berapa banyak gumam Talita yang tidak jelas. Ia selalu mengatakan bagaimana pun caranya Althaf akan merasakan apa yang Talita rasakan. Dia tidak mau cintanya hannya bertepuk sebelah tangan.

Pagi yang ditunggu pun telah tiba, Ia begitu bersemangat ke sekolah sampai berangkat dari rumah pukul 06.00. Langit masih sedikit gelap, matahari belum seutuhnya menampilkan cahaya kebanggan.

Serelah sampai di sekolah, Talita melihat sekeliling, hannya ada dia sendiri. Tidak sengaja matanya tertuju pada sosok lelaki yang selalu dinantikan setiap saat. Terlihat Althaf masih menggunakan pakaian rumah sedang mengelap beberapa kaca jendela.

Heran? Tentu saja, kenapa Althaf bersikap seolah dialah yang bertugas membersihkan lingkungan sekolah. Apakah ini alasan Althaf datang lebih pagi? Rasanya tidak. Walaupun sekolah ini berada di desa, tetapi memiliki orang yang selalu membersihkan lingkungan sekolah.

Althaf  sedikit terperanjat ketika mendapati wajah Talita yang memperhatikannya dengan jarak yang begitu dekat. Dia memundurkan tubuhnya, memberi jarak diantara mereka.

Belum sempat Talita bertanya, Althaf sudah pergi meninggalkannya dengan bertubi-tubi pertanyaan. Althaf tidak memperdulikan pangilan Talita, Ia terus berjalan sampai Akhirnya Talita berhenti mengikuti. Tampaknya Talita kehilangan jejak saat Althaf masuk ke lorong-lorong kecil.

Proses belajar mengajar pun telah dimulai. Kebiasaan Talita yang selalu memperhatikan gerak gerik Althaf pun dimulai. Setiap gerak tak luput dari pengawasannya. Termasuk dengan sikap Althaf yang sering curi-curi pandang ke arah luar kelas.

Talita memberanikan diri untuk keluar dengan alasan pergi ke toilet. Setelah mendapatkan izin, Ia langsung sigap melihat apa yang dari tadi mencuri perhatian Althaf.

Tidak ada siapapun disini. Tampaknya Talita ketinggalan kesempatan untuk melihat apa yang dilihat Althaf.  Ia menendang udara melepaskan kekesalan.

***

Hal ini berlanjut sampai keesokan harinya. Saat Althaf mulai melihat sekilas ke arah luar, tanpa buang waktu Talita langsung meminta izin untuk keluar dengan alasan yang sama yaitu pergi ke toilet.

Setelah diluar Talita memperhatikan sekeliling. Tidak ada siapa pun. Tapi, ada satu orang pria paruh baya yang ada disini. Apa mungkin orang itu yang selalu Althaf lihat? Tapi kenapa? Apa hubungan mereka?

Talita langsung mencari tempat persembunyian dimana dia bisa melihat arah pandang Althaf. Benar saja, Althaf  melihat ke pria paruh baya itu, beliau adalah salah satu petugas kebersihan sekolah.

Tanpa pikir panjang Ia langsung menghampiri Pria yang sedang mengepel lantai di lorong kelas. Lagi lagi penuturan pria itu membuat Talita tercengang hebat. Ternyata pria ini adalah orang tua Althaf.

Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang