"Kok pembahasan kita jadi ke Nabi Muhammad?"
Althaf menggaruk alis. "Ya supanya kamu berhenti mencintai orang yang sama sekali tidak mencintaimu."
Talita memberhentikan langkah kaki, menatap Althaf berdiri dihadapannya. Apa maksudnya? Apakah seperti ini cara Althaf mengusir wanita yang masuk kedalam kehidupannya.
"Lebih baik kamu cintai manusia agung yang sudah jelas mencintaimu. Cintai dulu Allah, kejar cinta-Nya!" Althaf sedikit kebingungan melanjutkan kalimatnya, takut kalau Ia melukai hati wanita ini. "Jujur, saya risih dengan keberadaan kamu yang selalu mengganggu saya. Kalau bisa tolong jangan terlalu dekat, nanti maksiat, jangan terlalu mengenal juga nanti bakal menyesal. Cukup dengan hubungan pertemanan tanpa berlebihan. Bisakah kita meniru matahari dan bumi? Menjauh untuk menjaga."
Althaf langsung pergi meninggalkan Talita yang masih berdiri mematung. Hatinya hancur, baru kali ini Ia merasakan kebahagiaan yang tidak pernah Ia rasakan sebelumnya. Apakah secepat ini rasa bahagia itu pergi, dan sekarang tergantikan dengan patah hati.
Tanpa sadar air matanya mengalir, dengan cepat Talita menghapus air mata, melihat sekeliling dan bernapas sedikit lega, ternyata tidak ada orang yang melihatnya menangis dipingir jalan seperti ini.
"Enggak, aku gak boleh cengeng cuman karena masalah sekecil ini." Talita mencoba menghibur diri sendiri. "Ini baru awalnya aja, nanti pasti Althaf sendiri yang datang dan langsung ngungkapin perasaannya."
Tampaknya Talita masi tidak mau menyerah untuk bisa membuat Althaf menjadi kekasihnya. Baginya tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, jika mau berusaha pasti akan ada hasilnya.
Apa maksud Althaf tadi? "Cintai dulu yang menciptakan-Nya baru ciptaan-Nya."
***
Talita merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, matanya terus saja mengeluarkan air mata. Barukali ini ada yang menolak cintanya mentah mentah. Padahal cinta ini tulus, cinta semurni ini hannya untuk Althaf, tapi kenapa Althaf mengatakan bahwa kehadiran Talita mengganggu hidupnya. Bukankah itu kejam?
"Bolehkah aku istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa sakit dihati? Atau bolehkah aku berhenti dan menyerah dengan semua yang terjadi ini?" Jujur, Talita tidak sanggup untuk terus berpura-pura tegar di hadapan semua orang.
"Keinginanku cuman satu, yaitu bahagia. Ya, aku ingin bahagia. Aku ingin merasakan kebahagiaan tanpa harus berpura-pura. Aku ingin bisa tertawa menikmati kehidupan dunia."
Tanpa sadar Talita memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi. Setidaknya dengan tidur membuatnya melupakan sejenak rasa sesak didada.
***
Aku senang saat jatuh cinta
Aku juga merasa senang saat patah hati.
Menurutku tidak ada yang salah dengan itu.
Aku menikmati setiap momen yang terjadi dalam hidupku.Aku menikmati setiap perubahan dalam hidupku.
Ketika aku jatuh cinta itu membuatku lebih senang menulis kata-kata indah.
Begitu juga saat patah hati, Ia mengajarkan aku cara untuk bisa mengintropeksi diri sendiri.Hari ini begitu berbeda jauh dengan hari-hari sebelumnya. Jika dulu Talita begitu semangat pergi ke sekolah, tetapi untuk kali ini Talita rasanya tidak ingin pergi ke sekolah.
Yang dulu niat utama pergi ke sekolah melihat Althaf. Namun sekarang wajah Althaf lah yang membuatnya malas untuk ke sekolah.
Nenek orang yang sangat tegas, Beliau tidak mengizinkan Talita untuk bolos sekolah sehari pun. Apalagi insiden tadi pagi saat Talita mencoba untuk berpura pura sakit ketahuan, Nenek langsung menyiram Talita dengan Air minum yang ada di kamar.
"Tinggal di rumah ini berarti ikut aturan yang berlaku! Nenek gak suka liat anak yang sukak bolos."
Talita mencoba merubah mimik wajahnya menjadi memelas, memohon agar keinginannya kali ini diperbolehkan.
"Tapi...." belum sempat Talita menyelesaikan ucapannya. Nenek langsung memotong.
"Hidup itu gak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita yang harus menyesuaikannya, karena disetiap penyesuaian selalu ada pelajaran yang tidak pernah diajarkan."
Talita menatap wajah keriput Nenek yang sudah duduk di samping. "Jadi?"
"Jadi, jangan pikirkan bagaimana hasilnya. Jalani dan nikmati aja prosesnya!"
Walau masih belum mengerti seutuhnya, namun Talita langsung mengangguk dan bersiap untuk pergi ke sekolah.
***
"Udahlah gak usah ngejar Althaf terus! Percuma dia gak akan mau sama kamu." Bukannya menghibur, Fatimah malah membuat Mood Talita semakin hancur.
Talita melihat Althaf yang selalu sibuk dengan bacaannya. Perlahan Talita sadar bahwa memang tidak akan mungkin bisa menaklukan hati Cowok cuek seperti Althaf.
Talita tersenyum dengan misterius. Ada sebuah ide yang langsung terbesit. Kali ini Ia yakin dengan rencana yang akan Ia lakukan.
Suasana sekolah telah sepi hannya ada satu atau dua orang yang masih berlaku lalang meninggalkan sekolah. Seperti biasa Althaf akan pulang lebih akhir, Ia selalu membereskan setiap kelas dan mengunci pintu.
Talita langsung masuk ke kelas dimana ada Althaf duduk dengan beberapa buku yang Ia masukkan kedalam tas.
"Aku mau ngomong, penting banget."Althaf melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Dua menit." Ucapnya tanpa memberhentikan aktifitasnya.
Talita tidak ingin protes dengan waktu yang diberikan Althaf. Kali ini Ia tidak mau menyiakan waktu yang telah susah payah Ia pinta dari Althaf yang terkenal super sibuk.
"Terserah habis ini kamu mau menganggap aku murahan atau apalah, yang penting aku mau ngungkapin perasaan yang mengganggu hidup aku sejak hari pertama pindah ke sekolah ini."
"Satu menit lagi."
Talita mengepalkan kedua tangannya menahan emosi melihat Althaf yang begitu cuek padanya. Bukan, bukan hannya pada Talita tetapi pada semua wanita yang Ia lihat.
"A....aku suka sama kamu. Ya, Aku mencintai kamu Althaf."
Althaf tidak bergeming, Ia mengancing tas ransel dan langsung menyandangnya.
"Jangan pernah menaruh harapanmu kepadaku karena aku hannya manusia biasa. Bisajadi suatu saat nanti aku akan mengecewakanmu." Althaf pergi meninggalkan Talita yang masih memandangnya. Saat akan selangkah lagi menuju pintu, Ia memberhentikan langkah menatap Talita sekilas.
"Taruhlah harapanmu kepada Allah. Dia tidak akan mengecewakanmu, karena Dialah pemilik segala sesuatu."
***
Talita mencoba menyamakan langkah kakinya dengan Althaf. " Kenapa sih jalannya cepet banget?"
"Stop ngikutin saya!" Althaf memandang Talita dengan sinis
"Jangan g-r! Orang mau pulang ke rumah kok."
"Apa mau kamu?" Tatapan Althaf masih tetap sinis.
Talita langsung mengembangkan senyum. "Jadi pacar aku ya!" Matanya berbinar menunggu jawaban Althaf.
Althaf memutar bola matanya, capek menghadapi wanita yang ada di depannya. "Jangan terlalu memikirkan percintaan! Kamu dan Aku masih muda perjalanan kita masih panjang, sekarang bukan saatnya bermain-main dengan zina."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jumat, 19 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]
Fiksi Remaja[Update setiap hari : Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu] Percayalah! Caramu jatuh cinta begitu mahal untuk dihargai. Tidak semua orang sanggup menahan rasa kagumnya, apalagi ketika dihadang kekhawatiran ketika orang yang Ia kagumi diambil orang lain. W...