part 3 [Revisi]

1.6K 149 1
                                    

Rezvan berlari dengan cepat menuju mobilnya, sangking paniknya dia sampai melupakan Elvan, Elvan yang melihat itu bingung, kenapa kakaknya berjalan dengan terburu-buru dan menghampiri mobilnya yang terparkir.

"Kak ini kembaliannya" Teriak seorang kasir.

"Ambil aja" Elvan buru-buru keluar menyusul Rezvan.

"Bang ada apa?" Tanya Elvan dengan panik.

"Alvan di keroyok" jawab Rezvan tak kalah panik.

Elvan terkejut. Bagaimana bisa?

"Lo pulang nya pakai taksi aja,jangan ikut, hati-hati, kalau mau makan, makan aja, jangan nunggu gue sama alvan." Ucap Rezvan dengan buru-buru sembari naik ke mobilnya.

"Tapi bang-" belum juga Elvan menyelesaikan perkataannya, mobil yang dikendarai Rezvan sudah melesat jauh.

"Maaf El, gue tinggal, gue harap lo bisa pulang dengan selamat, adek gue bukan hanya lo, tapi Alvan juga" ucap Rezvan sembari melihat ke arah spion mobil melihat Elvan yang masih berdiri dengan lesu.

"Bunda, Evan takut, Evan takut gak bisa lindungi adik-adik Evan." Batin Rezvan.

Rezvan mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi, sakit di kepalanya belum juga hilang, dadanya mulai sesak. Penglihatannya mulai kabur. Rezvan berusaha agar mata nya tetap terbuka. Rezvan meremas stir mobilnya dengan kuat untuk melampiaskan rasa kesalnya. Kenapa harus sekarang?

"Jangan sekarang Tuhan, tunggu Evan selamatin dulu adik Evan" ucap Rezvan dengan lirih.

Mobil yang dikendarai oleh Rezvan semakin mempelan.

" Evan emang mau ketemu sama bunda, tapi gak sekarang, adik-adik Evan masih butuh Evan, jangan sekarang ya" Rezvan terus berusaha agar mobilnya tetap seimbang.

"Al tunggu gue, tolong bertahan sebentar lagi " Rezvan kembali menancap gas mobilnya. Rasa pusing dan sesak di dadanya sudah ia tidak rasa. Yang terpenting sekarang adalah kesepakatan adiknya.

Rezvan melihat jam di tangannya, pasti El udah sampai di rumah, semoga saja El tidak lupa langsung meminum obatnya.
Dalam keadaan sekarat pun, Rezvan masih memikirkan adik-adiknya.

Dengan sekuat tenaga Rezvan berusaha untuk menormalkan agar tubuhnya tidak tumbang. Rezvan terkekeh saat darah keluar dari hidung nya.

"Gue harus kuat, demi Alvan" ucap Rezvan sembari menghapus darah nya dengan kasar.

Rezvan melihat maps lokasi yang di berikan temannya Alvan itu. Lokasi nya sudah dekat. Rezvan buru-buru melihat wajah nya di kaca yang ada di dalam mobil untuk memastikan sudah bersih apa belum. Dan yang terpenting bibir nya terlihat pucat atau tidak.

Rezvan turun dari mobil dengan jalan yang sempoyongan, memang rasa sakitnya belum sepenuhnya hilang. Tapi dia harus kuat demi Alvan.

Rezvan mencari kesemua penjuru lapangan untuk mencari keberadaan adiknya itu. Dengan kondisi yang lemah dan penglihatannya yang mulai kabur membuat Rezvan kesusahan mencari keberadaan adiknya itu.

"ARGGHHHHH!!!"

Rezvan memukul -mukul kepalanya sendiri kesal karena tidak bisa menemukan adiknya itu. Sungguh Rezvan sangat khawatir. Apa yang akan dia ucapkan sama Bundanya saat tau Alvan kenapa-kenapa.

"Al lo dimana?" Teriak Rezvan sembari tubuh nya berputar melihat kesana-kemari.

"Al jangan bikin gue khawatir" ucap Rezvan dengan lirih.

"BANGSAT!" Rezvan mengacak-ngacak rambutnya kesal.

"Berisik!!"

"Al" Rezvan menengok ke arah suara. Rezvan langsung berlari saat melihat Alvan tengah menahan sakitnya sembari menyenderkan tubuhnya di samping pohon.

REZVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang