part 15 [Revisi]

917 66 1
                                    

"Dunia memang kejam dan menjengkelkan. kita bisa apa? Kita hanya bisa berjuang sampai akhir hayat."

Dokter bingung, kenapa Rezvan tidak mau semua keluarga nya tau tentang apa yang terjadi pada dirinya? Tadi setelah Rezvan sadar, dia meminta agar sang dokter tidak memberitahukan semua penyakit yang ada di tubuhnya.

Rezvan telah sadar dari komanya. Yang paling-paling sangat bersyukur disini adalah Alvan, Ultraman nya Sagara sudah kembali. Persetan dengan kejadian tadi, Alvan tidak mau merusak momen bahagia ini.

Alvan sangat senang, akhirnya dia bisa menepati janji pada adiknya. Alvan tidak henti-hentinya mengucapkan syukur.

"Bunda, jagoan bunda kembali. Al sangat senang, Al harap kebahagiaan ini akan ada selamanya."

"Ibun, Al banyak ngeluh nya ya.? Lihat Ibun, jagoan Ibun sembuh, dan Al yakin permata nya Ibun juga pasti sembuh. Al akan pastikan itu." Ucap Alvan dalam hati. Tanpa sadar air matanya menetes, dia dengan cepat menghapusnya agar semua orang tidak tau dia menangis.

Rezvan belum membuka suaranya. Dia memegang kepalanya yang di perban, dan sekujur tubuhnya terasa ngilu. Rezvan menatap semua orang yang ada di sana, dia menatap Vira yang tengah menangis, rasanya Rezvan ingin menghapus air mata itu. Tidak, Vira tidak boleh tangisi laki-laki lemah ini.

"Van, lo masih kenal gue?" Tanya Aldi, karena takut terjadi sesuatu sama Rezvan, semenjak dia sadar Rezvan hanya diam dan menatap kosong mereka.

"Kenal lah, ya kan? Masa gak kenal ini gue, Aldi, gembelnya si Bara" ucap Aldi heboh, takut Rezvan tidak mengenalinya.

"Pantes sih kalo si Rezvan gak kenal sama lo, ya karena si Rezvan gak temenan sama gembel" Bara menatap Aldi sembari tersenyum mengejek.

Saat Aldi bersiap ingin mengeluarkan kata-kata mutiara nya, Bara dengan cepat langsung mempragakan apa yang akan di ucapkan Aldi.

"Seperti biasa tersenyum seperti logo Jeno" ucap Bara meledek Aldi.

"Gue dah tau, lagian ya , si Jeno kalo tersenyum gitu manis, lah elo?"

Aldi menatap sinis Bara. Kalo bukan karena ibunya yang cantik dan menggoda, Ingin sekali Aldi menjual Bara.

"Kalian apa-apaan sih, keluar deh kalo mau berantem mah, ganggu banget."  Anya sudah kesal dengan dua curut yang ada di hadapan ini.

"Lo juga, lo itu bukan circle kita. Lo tuh gak di ajak, lo miskin sana keluar" Anya mengusir Vira.

Semua orang diam dan menatap Anya dengan tidak suka dengan perkataan nya.

"Alhamdulillah, akhirnya ada yang ngakuin kalo gue kaya" celetuk Aldi.

"Mending si Vira walaupun dia miskin, dia diem gak banyak cingcong, lah lo beban" ucap Davina. Akhirnya dia bisa balas dendam pada si Aldi sialan itu.

" Gue pergi" ucap Vira singkat, tapi sebelum itu Vira menatap Rezvan dalam.

"Evan, Vira pergi, Vira senang Evan sembuh, seneng banget malah. Vira gak pantes ada di sini. Cepat sembuh perisai nya Vira" ucap Vira dalam hati sembari tersenyum tipis.

Alvan mencekal lengan Vira saat Vira ingin meninggalkan tempat itu membuat Vira terkejut.

"Lo tetap disini" ucap Alvan dingin sembari menatap lurus ke depan.

REZVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang