The Bestfriend

1.6K 181 47
                                    


"Itu pemuda yang kau puji ketampanannya?ck, dia sampah"

"Misha, please. Kau tak serius kan menyukainya?"

"Misha my bunny, Natt itu SERIGALA"

"Aku tahu maksudmu mendekatinya baik, aku hanya takut kau terlempar olehnya"

Mungkin, seandainya Mile tidak pernah mengatakan hal itu langsung di depan telinga Misha semua tidak separah ini. Seandainya Mile dan Misha bukan sahabat pasti tak akan sesakit ini. Mata dua teman sekental darah itu benar-benar tak salah lihat satu sama lain bahwa itu benar-benar Misha yang tiba-tiba sudah berada di Thailand, dan itu benar-benar Mile, yang sedang berciuman dengan Natt.

"Hahaha, so funny Mile"
Misha mengatakannya bukan di depan Mile, tapi di udara kosong yang berada dengan wajahnya seiring langkah cepat- teramat cepat yang ia lajukan. Natt tidak melemparnya tapi Mile, sahabat kecil tempatnya pertama kali ia mengatakan bahwa ia menyukai Natt itu yang melakukannya.

Tawa Misha tidak awet, ini mendadak  begitu perih. Sungguh ia tahu diri bahwa ia dan Natt tidak memiliki hubungan apapun, tapi Mile? Tidak, ia tidak tahu, kenapa seluruh tubuhnya mendadak merasa nyeri secara bersamaan.

Amarah dan rasa sakit sepertinya menambah kecepatan langkah gadis itu sampai Mile dengan kaki panjangnya tak mampu menangkap lagi dimana sahabatnya itu. Mantel coklat dan beannie putihnya hanya nampak sekelebat-sekelebat saja di antara orang-orang di bandara. Mata Mile yang lelah setelah perjalanan hampir lima jam tak dapat fokus mencari namun ia sama sekali tak berniat berhenti, ia butuh mencari Misha.

"Mishaa??!!"
Pemuda tampan itu tak sadar meneriakkan namanya seperti orang bodoh, lupa dengan statusnya sebagai artis atau apapun itu. Terimakasih untuk orang yang tiba-tiba menarik lengan Mile dengan kuat sehingga dia berhenti nyaris terpelanting. Itu managernya yang sudah khatam dengan tingkah impulsif Mile.

"Calm down!! Jangan bertindak gila!"
Walau pemuda itu mengenakan pakaian serba hitam tapi suaranya yang khas itu mudah dibedakan oleh penggemar yang bisa jadi kebetulan ada di antara orang-orang ini. Manager Ning sungguh serius mengekang lengan Mile sebelum artisnya itu membalik semua bahu orang satu persatu untuk mencari mana sahabatnya itu.

"Lepaskan phi, aku butuh mencari Misha!"

"Bukan itu caranya! Mile tenanglah!"
Wanita tiga puluh lima tahun itu menghentak keras bahu Mile agar pemuda itu waras sedikit. Ia menarik keras Mile ke tepi agar tidak memancing perhatian.

"Aku tak tahu apa yang terjadi tapi tolong jangan berkejaran di bandara Mile. Ini malam hari, besok kita urus lagi" dengan telaten managernya mengajari Mile seperti anak kecil walau entah Mile mendengarkan atau tidak. Wajah pemuda itu sibuk dengan pikiran  yang sedang berkecamuk dalam kepalanya. Ini terlalu berantakan.

Misha, Mile tak tahu sahabatnya itu telah kembali, ia melupakan ponselnya selama menghabiskan waktu berdua dengan Natt. Melihat wajah gadis itu tepat di depan matanya seolah membuat Mile diguyur air es, baru menyadari apa yang selama ini ia lakukan.

Ia merebut pemuda yang disukai sahabatnya.

Pikiran itu tercamkan di kepala Mile sampai managernya menyeretnya pergi, pulang ke rumahnya sendiri berupa raga saja tanpa sukmanya yang mengambang. Hanya dengan mengingat bagaimana wajah Misha saat memergokinya tadi Mile tahu, ia mengacaukan semuanya.

******

Suasana rumah keluarga Pastur Ahm yang baru pulang berobat dari Singapura itu kini ramai dikunjungi karib kerabat dan juga jemaat yang sudah merindukan kehadirannya. Halaman rumahnya yang tidak sangat luas dipenuhi kendaraan yang membesuk sore itu.

WOUNDED [a mileapo fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang