The Space

2K 230 116
                                    


Mile sebagai pemuda rajin dan hidup teratur sepanjang hidup sungguh tak kenal bangun tidur di atas pukul enam. Alarm sangat bangga padanya karena dia taat dan matahari pagi hafal pada Mile yang selalu hadir absen duluan dengan teh atau kopi pagi dari balkon griyanya yang mewah.

Tapi sepertinya matahari akan kehilangan dirinya pagi ini. Ia tak ditemukan di sudut manapun balkon penthousenya, alarm di meja pun tak komentar apapun, benda itu telah dilepas batrainya oleh Natt pagi tadi sebelum pergi kuliah agar tak mengganggu tidur pemuda tersebut yang masih nyenyak di bawah selimut bekas percintaan semalam.

Mile bangun saat merasa ruangan menghangat. Sekali kedip saja ia tahu ini sudah tengah sore. Ia masih menyesuaikan matanya dengan cahaya silau dari jendela dan hawa panas yang membuatnya menyibak selimut.

Ia ingat bahwa ini adalah ranjang Natt. Pembaringan ukuran satu orang itu mereka bagi berdua untuk terlelap setelah melalui malam mendesahkan nama satu sama lain hingga lelah. Sungguh Mile tak tahu jika ia bisa kembali mendapatkan tidurnya. Entah itu karena efek orgasme atau karena ia akhirnya bersama Natt? Ah, orgasme bersama Natt adalah jawaban yang adil.

Mereka melakukannya lagi, kali kedua setelah malam penuh amarah di penthouse Mile. Semalam juga terjadi tanpa rencana, kepasrahan dan rasa butuh membimbing mereka memuja tubuh satu sama lain begitu saja. Mile telah lupa rasa candu bubuk putih kemarin, ia punya candu lain sekarang; wajah Natt saat klimaksnya datang. Dan syukurlah pemuda itu mengizinkan Mile melihatnya berkali-kali semalam.

Natt saat dilanda orgasme bukanlah pemandangan yang bisa dilihat di kesempatan lain, itu bukan kernyitan sakit. Itu adalah matanya yang berkabut dan nyaris terbalik tersetrum gairah. Mulutnya terbuka dengan komposisi teriakan, racauan dalam bahasa kenikmatan, dan nama Mile.

Ponselnya yang nyaris kehabisan batrai dicek, tak ingin lama-lama mengingat indahnya Natt saat ia garap atau dia bisa terangsang lagi tanpa penyelesaian di kamar ini. Ia melewatkan kuliahnya pagi tadi. Pesan dari ibunya memberondong kotak masuk sejak semalam.

(mama)
22.01
Kau bisa menemui mama pukul delapan besok? Mama punya hal penting untuk dibahas.

(mama)
06.12
Sarapanlah di rumah kami, mama memasak.

(mama)
07.30
Oke baiklah kalau kau tak ingin sarapan. Jangan lupa pukul delapan.

Mile mengusak rambutnya. Pukul delapan tadi pagi ia masih bergelung bersama Natt di bawah selimut.

(mama)
08.00
Pesan mama tak kau baca juga?

(mama)
08.10
Ketertibanmu, pangeran.

Mile terus membaca satu demi satu serbuan pesan ibunya. Isinya tentu saja ketersinggungan dan kekhawatiran wanita itu karena Mile mengabaikan seluruh pesan dan rencana janjian mereka. Sumpah Mile tak niat demikian. Di sekian pesan terakhir ia tahu ibunya pasti mengajak ayahnya turut ribut.

(papa)
14.00
Kau membuat mamamu khawatir karena tak muncul dimanapun. Pukul delapan belas tak ada perubahan akan papa track lokasimu.

Mile mendesah pasrah. Ia juga sedikit merasa bersalah karena hilang begitu saja saat ibunya membutuhkannya. Sekarang pukul tujuh belas lebih sembilan belas. Mile berniat mandi terlebih dulu agar keluar dari kamar ini dalam keadaan sama seperti ia masuk semalam.

Apartemen Natt ini adalah dalam bentuk studio dengan bentuk persegi panjang yang Mile perkirakan luasnya sekitar delapan kali empat. Mayoritas benda dalam ruangan ini berwarna gelap. Pemandangan pertama dari pintu adalah meja belajar dan peralatan pemuda itu. Kemudian berbagai macam poster mulai dari band seperti The Green, film seperti American Psycho dan lainnya.

WOUNDED [a mileapo fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang