The Wound

2.7K 273 118
                                    


Natt duduk diam di salah satu kursi di ruang apik itu. Dia tampak rapi namun simpel dengan jeans dan kaus pendek putih polos tanpa aksesoris apapun seperti yang diminta. Di depannya seorang pria akhir tiga puluhan membolak-balik kertas di tangan.

"Hasil tes kesehatan menyatakan kau dalam keadaan sehat prima kecuali kau menderita magh, apa itu akan jadi masalah?"

Tuan Peter memintanya datang ke agensi hari ini untuk mengambil foto sekaligus menyerahkan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum ia resmi bergabung ke subdivisi permodelan agensi bernama Be On Cloud itu dan menerima job pertamanya sebagai model.

Natt menggeleng kecil. Itu bukan kanker, ia tidak akan dikemo atau harus menerima donor lambung karena magh.

"Diet berbeda dengan makan tak makan. Aku harap kau menjaga pola makanmu setelah ini, kau faham?"
Natt mengangguki ucapan Peter.

"Bagus. Kau sudah dua pekan ini rutin menjalani basic training sebagai model foto dan video. Aku tanya, apa sebelumnya kau pernah menjadi model sebelum ini?"

Natt menggeleng. Ia tentu sering dipotret untuk dijadikan poster kegiatan kampus yang ia ikuti tapi untuk profesi model ia belum pernah.
"Belum Tuan"

Pria berjanggut tebal itu mengangguk.
"Trainernya memujimu. Kau dibilang tak cuma menang di fisik tapi bertalenta. Gestur-gesturmu apik, gerakan apapun yang kau berikan terlihat enak dilihat. Garis besarnya kau tipe model komersil, untuk runway nanti bisa dipikirkan sambil berlatih karena itu lebih rumit "

Natt faham perbedaan model high fashion, komersil dan selainnya plus cara mereka bekerja. Terimakasih sepupunya Job yang rutin menonton Asia's Next Top Model. Ia tidak tahu tontonan yang sering dia hina itu ternyata sekarang memberinya keuntungan.

Pintu dibuka dan seorang pria, atau wanita mungkin, bertubuh besar masuk dengan heboh membawa berlembar-lembar comcard model.

"Awww, jadi ini model barunya? Uh, tampan sekali, aku suka kulitnya!" Wanita transpuan itu memindai Natt dari ujung rambut sampai kaki membuat Natt ngeri. Tapi itulah model. Model adalah peraga, pada eksekusinya mereka terlihat seperti benda ketimbang orang.

Tuan Peter merasa sungkan.
"Sprite, kau membuatnya takut demi tuhan" " Natt kenalkan ini P'Sprite fashion and advertisement director kita"

Natt memberinya salam dengan hormat kemudian mengenalkan dirinya. Wanita paruh baya itu terlihat menyenangkan dan pintar memuji, ia terus mengatakan Natt tampan, lehernya bagus, kakinya jenjang, kulitnya sehat dan lain-lain.
"Kau menjadi model produk apapun akan terlihat pantas!" itu yang terakhir.

Tuan Peter mengangguk-angguk saja. Ia masih fokus mengamati kertas berisi data diri Natt. Wajahnya yang tegas membuat Natt jadi waspada, apa dia akan sejeli itu?

"Kau menskip tes psikologi dan kesehatan mental. Kenapa?"

Demi tuhan itu yang paling Natt hindari, rupanya Pria itu sadar bahwa data tentang hal tersebut tidak tercantumkan. Kaki kiri Natt tanpa ia sadari bergerak-gerak gelisah. Ia harus jawab apa? Jangan sampai satu hal itu menghalanginya masuk ke sini. Ia bisa kena hukuman dari seseorang.

Brak! Meja digebrak main-main dengan tumpukan kertas. Wanita bernama Sprite itu pelakunya.
"Ya ampun Peter sudahlah! Kau jangan aneh-aneh, coba lihat dia tampan sehat bugar begini, mana mungkin dia ada sakit-sakit yang seperti itu. Sudah yuk anakku kita pergi dari sini!"
Wanita itu terlalu bersemangat langsung menggamit lengan Natt dan menyeretnya pergi.
Ternyata malaikat penyelamat tidak harus putih jelita, yang wujudnya seperti P'Sprite juga ada.

"Oy! Sprite mau kau bawa kemana modelnya?" Tuan Peter berteriak tapi dua orang itu sudah pergi. Sprite berteriak dari luar ruangan.
"Mencoba barang-barang untuk iklan!"

WOUNDED [a mileapo fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang