The Pit

2.1K 228 80
                                    

Suasana hati tuan muda yang baik menyeruak hingga ke sudut-sudut rumah. Sejak awal pagi ia tak membutuhkan apapun lagi sehingga para asisten rumah tangga dibolehkan pulang lebih awal juga untuk melakukan hal lain yang mereka sukai. Bertemu orang tercinta misalnya. Dunia indah bukan jika dipenuhi cinta?

Tentu benar, tanpa perlu disaksikan siapapun Mile tersenyum sumringah sendirian di ruang musiknya. Tidak sedang bermain musik, melainkan sedang membungkus sesuatu yang istimewa untuk seseorang yang istimewa juga. Sebuah kamera edisi teranyar dari merek terbaik di kelasnya.

Tak aneh jika dalam acara berbelanjanya sepulang kuliah tadi ia mendadak tertarik mendatangi gerai kamera, memang pikirannya sehari-hari dipenuhi seseorang yang mengaku suka memotret. Tak perlu lama-lamalah dia di sana, cukup tunjukkan mana yang terbaik dan termahal maka itu akan pindah ke tangan Mile secepat bukti transfer elektronik bankingnya.

Ajakan bertemunya diiyakan. Walau dengan berbagai omelan dan sumpah serapah khas pemuda itu, ia mau dijemput Mile sore ini.

Pukul lima tiga puluh. Mile bersiap, matahari tenggelam atau burung-burung pulang mencari makan tentu akan jadi objek foto pertama yang apik oleh Natt. Ia jadi turut bersemangat.

*****

Terpujilah developer yang mengadakan renovasi di salah satu apartemen dekat kampus Natt, kini mereka merubahnya menjadi bilik lebih kecil yang ramah untuk kantung mahasiswa. Natt sebagai salah satu pemesan lini awal mendapat potongan dua puluh persen untuk pembayaran tahun pertama. Sudah satu pekan ini Natt kembali tinggal dekat kampusnya dan terpaksa membuat sang ayah kembali sendiri.

Secara garis besar, itu berita baik. Natt merasa akhir-akhir ini ada dewa keberuntungan yang mengintilinya. Ia menerima banyak pemotretan untuk katalog fashion, juga poster umum. Walau menjadi model sama sekali bukan minatnya tapi jujur ia senang mendapat uang dari situ.

Satu hal baik lagi terjadi hari ini. Seorang selebriti tenar rupanya melakukan kunjungan. Bukan untuk tayangan acara televisi atau apa, dia datang hanya untuk menggerutu karena tak diberi tahu bahwa Natt ternyata pindah ke sini. Natt yang usil hanya tertawa saja, dia sengaja mengerjai Mile rupanya.

Natt kira datangnya Mile ke apartemannya dan akan langsung membawanya berkeliling sudah lebih dari cukup, ia senang melakukannya, namun rupanya pemuda itu membawa tentengan, sebuah paperbag motif klasik dengan isi entah apa.

"Perasaan tiga menit yang lalu aku tidak minta apa-apa" gumam Natt saat tas kertas itu sudah Mile alihkan ke tangannya. Kini mereka duduk di ruang tamu baru Natt. Mile tersenyum.

"Tandanya aku lebih canggih dalam merespon keinginanmu" cibir Mile main-main.

Paperbag rupanya hanya kulit luar dari sebuah kotak hitam di dalamnya. Natt menggoyangkannya di tangan dan lumayan berat. Ia melirik Mile.

"A, sebuah bom. Kau dendam padaku karena rumahmu kurusak. B, benda mahal yang surat-suratnya lebih berat dari barangnya. Atau C, mangga"

Tebakan Natt yang salah semua itu menghibur Mile dan membuatnya malah yang jadi tak sabar.
"Makanya cepat buka agar tahu"

Pita pengikat ditarik dan tutup kotak melonggar. Dalam hitungan detik box kamera rilisan Canon, EOS-1D X dengan warna hitam itu terpampang penuh pesona. Mile tak melupakan wajah berseri Natt saat tahu bahwa itu adalah isinya.

"Ini kamera!" dia memekik senang hingga terlonjak sedikit dari kursi saking semangatnya. Ia selalu ingin punya kamera profesional sendiri. Sejak ia dan Job pisah rumah ia jadi hanya memotret menggunakan kamera ponsel.

WOUNDED [a mileapo fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang