The Maldives

2.5K 184 170
                                    


Kepulauan Maladewa yang terletak di arah barat daya Thailand itu rupanya benar-benar memikat, tak heran negara republik dengan pulau-pulau atol berpasir putih ini selalu masuk list terdepan wisatawan asing. Awan langit di sekitar tempat ini adalah sirus tipis bak helai bulu burung. Udara tropis yang berada di titik tiga puluh satu derajat celcius adalah hawa yang paling tepat untuk berwisata bahari.

Jika ada yang mengira Natt dan Mile saat ini sedang bersuka ria menikmati pemandangan atau berciuman di pesiar maka salah, mereka berdua ada di ranjang kamar resort pribadi Mile dengan pemuda itu terkapar mengalungkan tangan dan kaki ke tubuh Natt seperti bayi koala raksasa. Mile jetlag parah.

Perjalanan udara empat setengah jam itu bukan paling lama yang pernah ditempuh artis sibuk seperti Mile, hanya entah kenapa kepala dan lambungnya buruk sekali sejak berangkat tadi. Ia telah minum apapun itu pereda kepalanya yang berkunang namun lemahnya masih belum hilang sejak mereka sampai dua jam yang lalu.

Jadilah ia sekarang hanya memeluk kaki dan pinggang Natt seperti pemuda itu adalah guling. Dia malah seratus persen sehat, mengelusi kepala Mile yang malang. Natt tak perlu mengambilkan apapun untuk Mile karena ada satu orang lagi yang dibawa artis muda durhaka itu, managernya, Ning.

Beralasan mengajaknya liburan plus mengurus pekerjaan Mile, kini wanita itu merangkap menjadi asisten rumah tangga untuk si dua pemuda. Ibu satu anak yang sudah mirip kakak Mile itu telah dikenalkan pada Natt dan seperti yang Mile duga, apapun yang membuatnya bahagia maka Ning akan ada di pihaknya.

"Oh jadi kau yang membuat otak Mile pindah ke lutut dan lututnya pindah ke muka CEO di bar?"
Begitu katanya saat bertemu Natt, sama sekali tidak salah.

"Mau minum teh jahe lagi?"
Tawar Natt merujuk pada teko bening di meja. Ia iba pada Mile yang belum pulih tapi tak menyangkal juga kalau dia terlihat menggemaskan saat ini. Alis tebalnya itu berkerut karena merasa agak pusing dan ia tak berhenti bergelung di pinggang Natt yang duduk membaca buku panduan wisata.

Mile menggeleng. Ia tak ingin apapun lagi. Penerbangan pagi mereka sampai di bandar udara Hanimaadhoo pukul sepuluh dan sekarang pukul dua belas. Mereka sudah makan dan membersihkan diri. Rencananya dia akan mengajak Natt berkeliling resort dulu begitu sampai tapi malah ia yang tepar.

Natt menyusul Mile berbaring.

"Tidur saja yuk, kelilingnya bisa sore nanti menunggu kau segar"
Jemari panjang Natt menyusuri pipi pucat Mile di bantal yang sama dengannya.

Mile menggenggam jemarinya.
"Aku merasa bersalah karena merusak jadwalnya, harusnya sore nanti kita ke pasar ikan"

"Jangan suka menyalahkan diri. Tak perlu jadwal apapun asal bersamamu aku sudah senang kok" ucapnya tulus. Mile tersenyum karena jujur saja itu adalah kalimat paling murni yang ia dengar dari Natt. Ia tak salah mengajak pemuda itu berlibur sejenak, ia butuh melihat pemuda itu tersenyum bebas di bawah luasnya langit samudra. Fuck jetlag, tapi besok pagi Mile jamin ia sudah bisa menceburkan kepala keras Natt ke dalam air.

Jam menunjukkan pukul dua belas waktu setempat, jam paling pas untuk tidur. Kamar berdinding kayu menguatkan aroma bunga kering dari diffuser di atas meja, tapi Mile memilih pergi bermimpi sambil menghirup wangi akar vetiver di ceruk leher Natt. Beberapa menit saja sebelum ia benar-benar terlelap.

*****

Karena resort Mile ini anyar dan baru akan dibuka Februari tahun depan maka tentu belum ada apapun yang disediakan di sini, Mile dan Natt memutuskan untuk menjelajahi pasar dan supermarket lokal dengan vespa sewaan keesokan harinya saat matahari masih benar-benar pagi. Ning bilang berdasarkan informasi dari website bahwa pasar ikan Maldives di pagi hari akan menyajikan seafood yang baru ditangkap semalam, so it's damn fresh.

WOUNDED [a mileapo fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang