29. Nomor tak di kenal

57 14 13
                                    

"Dua hari lagi kita pulang pondok, mau kapan kita ketemu dia lagi?" Tanya Azmi di sela sela ia sedang membuka buku catatannya

"Hmmm, kayanya Allah belum setuju deh kalau sekarang sekarang kita harus ketemu Rifki." Jawab Azhar yang sedang berbaring

"Mungkin kamu yang ragu makannya kita selalu ada aja halangan."

"Mungkin, tapi besok biar Azhar sama Fajri aja yang nyari tau soal dia, Abang kan ada tugas dari kiyai, Abang fokus aja sama tugas nya."

"Hmmmm." Angguknya

"Ya udah Azhar ke kamar dulu."

"Iyah." Balasnya

🍂

"Nak, in syaa Allah Abi dan umi akan mempertemukan kamu dengan salah satu putra dari sahabat Abi." Ucap salah seorang pria paruh baya

"Siapa? Kok Abi sama umi sebelumnya gak pernah nanya dulu ke Nadira, mau atau gak nya?" Tanya Nadira

"Karena umi dan Abi mu sudah yakin jika kalian akan cocok nanti nya, masalah kamu mau atau gak itukan bisa di bicarakan langsung di sana supaya kamu bisa lebih jelas melihat parasnya." Jelas umi Najwa

"Hmmmm, memangnya beliau siapa? Kok umi sama Abi yakin banget kalau kami cocok nantinya."

"Beliau seorang Gus, dan calon ustadz muda. Ayahnya seorang kiyai pemilik pondok pesantren di Bandung, uminya seorang Hafidzah, dan beliau sudah mendirikan toko butik dan bekerja sama dengan umi mu, oh Iyah ayahnya juga seorang CEO dan pernah sempet bekerja sama dengan Abi." Jelasnya

"Gus sekaligus calon ustadz? Apa beliau cocok jika bersanding dengan Nadira nanti?" Tanyanya yang sekarang bergiliran menatap Abi dan uminya

"In syaa Allah, makannya Abi mu merencanakan pertemuan ini untuk melihat cocok atau tidak nya." Jawab sang umi

"Tenang nak beliau sudah terjamin pendidikannya dan agamanya." Sambung sang Abi

"Nadira masih kurang Abi untuk masalah ilmu apa lagi beliau calon ustadz muda, memangnya Nadira siapa sih Abi, bisa bisanya bersanding dengannya."

"Sayang, semua itu kan butuh ke cocokan dan butuh saling melihat satu sama lain, baju saja kalau kita mau beli harus di lihat terlebih dahulu cocok atau tidak nya untuk kita, begitu pun sebaliknya." Ucap sang umi

"Jika kalian nanti merasa cocok kita bisa lanjut ke jenjang ta'aruf, atau langsung khitbah saja?" Sambung sang Abi

"Melihat saja belum sudah mau main khitbah aja."

"Ya sudah kita lihat nanti saja."

"Abi rencanakan pertemuan ini setelah kelulusan pondok yah." Ucap sang Abi

"Iyah, Nadira serahkan semuanya ke umi dan Abi jika itu terbaik buat Nadira."

"Bismillah saja nak, yakin dan minta di permudahkan." Ucap sang umi yang disertai senyumnya

"Iyah umi." Balasnya

🍂

Tepat pukul 07.00

Seorang pria muda yang sibuk dengan buku catatannya, tak lupa dengan Al Qur'an dan laptop yang sudah ia siapkan di meja belajarnya.

Tlinggggg....... Tlinggggg........ Tlinggggg....... (suara notifikasi )

0825********** mengirim foto.      3

"Siapa?" Ucap nya bingung menatap layar ponselnya

"Siapa?" Ucap nya bingung menatap layar ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Al FURQON   [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang