"Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama dengan nomor pemeriksaan 028/Pdt.G/2022/PN Jkt.pst memutuskan terdakwa Gita Sekar Andarini yang terjerat kasus sengketa lahan di Kebayoran Baru divonis bebas." Hakim mengetuk palu, Gita dengan tersenyum sambil melambai ke kamera berjalan keluar ruang sidang
Benar kata pak Ariel, Gita adalah belut yang sangat sulit ditangkap:).
Hari-hari selama ku di Italia sangatlah menyenangkan, seumur hidup baru aku rasakan indahnya kota Venesia yang disebut-sebut kota kanal.
Banyak tempat yang aku dan Amel kunjungi, mulai dari museum sampai toko pernak-pernik yang menjajakan berbagai hiasan khas Italia.
Juga uniknya di sini jarang kendaraan karena kebanyakan menggunakan perahu, dan itu menjadi point lebih untukku mengajak Deo ke sini.
Seperti saat ini, aku dan pak Ariel juga Amel tengah makan siang di restoran yang bersebelahan dengan aliran sungai.
Tapi tolong bedakan ya makan di empang di Indonesia sama di sini. Bukan mendiskreditkan, tapi emang beda levelnya:).
"Jadi Bu Dey akan pulang saja malam ini? Kirain masih betah di sini." Ucap pak Ariel
"Saya masih harus praktek pak, mungkin lain waktu saya ke sini lagi." Jawabku sopan dengan tersenyum
"Ya sudah, sampaikan salam saya sama Amel ke Gita ya, Dey?." Aku mengangguk dan melanjutkan makan
Kami lalu melanjutkan makan sambil berbincang, rasanya raga ini enggan meninggalkan kota pizza yang indah ini.
Rencananya kami setelah makan akan kembali ke hotel, karena aku harus bersiap-siap untuk kepulangan ke tanah air jam 8 malam nanti. Walau sudah dipersiapkan sejak semalem, tapi rasanya harus siap-siap dengan bener.
"Maaf Bu Dey saya ingin bertanya, apakah ibu cinta dengan Gita?." Pak Ariel tiba-tiba bertanya hal yang aneh
"Makanya saya menikah dengan dia karena cinta pak, ini buktinya." Aku menunjuk cincin pernikahan di jari manis kiri
"Bu Dey, pernikahan bukan permainan yang bisa ibu rekayasa. Pernikahan adalah ritual paling sakral dalam sebuah hubungan, karena pernikahan adalah bersatunya dua insan yang saling mencintai dan menyayangi. Bukan ajang permainan ego dan tujuan tak terpuji." Kenapa pak Ariel tahu rencanaku dan Gita?
"Maaf pak saya gak ngerti dengan ucapan bapak, saya tidak bermain-main kok. Kalo saya bermain-main, mungkin kini saya dengan pria lainnya di belakang Gita." Bantahku karena pak Ariel sedikit demi sedikit memojokkan ku
"Dey, bukan itu yang pak Ariel maksud. Maksudnya kamu jangan menjadikan pernikahan untuk mencapai tujuan lainnya, karena pernikahan adalah pelabuhan terakhir sebuah hubungan. Juga, siapa yang tidak sakit hati bila dikhianati di belakang." Aku terdiam mendengar ucapan Amel, kenapa mereka berdua bisa tahu?
"Yah apapun itu, saya cuma berharap kalian tetap dalam rencana sampai selesai. Kami tidak bisa menahan kalian juga, toh kalo jodoh kalian pasti bersatu." Tukas pak Ariel lalu kembali memakan makanannya
Apa ini? Kenapa aku seakan terpojok? Kenapa seakan aku mulai sadar dengan pilihanku yang salah? Kenapa baru sekarang?.
Tapi kalo boleh jujur, aku sedikit tertarik dengan Gita sejak awal kami bertemu. Ia memiliki kharisma walau sedingin kulkas, cuek namun begitu perhatian.
Mungkin sejak pertama benih cinta yang Gita tanam mulai tumbuh seiring waktu, ia mulai bertumbuh seiring bersamanya aku dengan Gita.
Kini tinggallah takdir yang akan menentukan, apakah kami diciptakan untuk bersama atau berpisah mencari keberadaan cinta masing-masing?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guest of Heart✓
FanfictionTuhan mengirimkan tamu ke hatiku sebagai pengisi dan pembelajaran.