定め

208 26 2
                                    

Baik Mafumafu maupun Soraru, keduanya sama-sama menyesal telah pergi ke kota hari itu.

Semua berawal saat pagi hari mereka melihat pick up duo sejoli Eve dan Sou melintas mengangkut lebih banyak bunga dari biasanya.

Maka dengan perasaan murni penasaran, mereka bertanya pada dua pemuda mengenai alasan bertambahnya muatan mereka pagi itu.

"Hari ini akan ada festival besar," jawaban dari si rambut jamur. Soraru dan Mafu saling pandang sebelum mengulang perkataan Eve, "Festival?"

"Benar, festival!" Kali ini sahutan datang dari Sou, "acaranya akan sangat ramai sekali. Ada parade, bazar, pameran, sampai pentas seni juga!"

Mendengar ekaplanasi yang menarik itu tentu mengundang penasaran bagi kedua sejoli. Terutama, karena telah lama mereka hanya berdiam di desa tanpa pernah pergi kemanapun.

Lebih lanjut, keduanya sejak lampau tak pernah memiliki kesempatan untuk menikmati kemeriahan semacam itu. Karenanya, event ini menjadi sebuah hal yang baru.

Menyadari antusiasme mereka, Sou berinisiatif mengajak. "Mafu-san sama Soraru-san mau ikut?"

Dua sejoli saling pandang sejenak. Kemudian, Soraru menjadi orang pertama yang merespon. "Sebenarnya aku ingin pergi, tapi... aku khawatir kelelahan. Usia kandunganku sudah jalan 5 bulan. Kalau terjadi apa-apa, pasti akan merepotkan kalian juga..."

"Ah, begitu, ya..." mendengar hal ini, Sou ikut murung.

Mafumafu melirik wajah istrinya. Tampak sekali sinar mata itu teringin pergi. Ah, Soraru pasti penasaran sekali...

Maka, si albino tersenyum. "Rarucchan sudah pernah lihat festival?"

"Eh?" Tersentak si pemilik surai gagak. Sejenak kemudian kepalanya kembali tertunduk sedikit lesu. Lirih lisannya menjawab, "B-belum pernah..."

"Kalau begitu, ayo kita pergi!"

Kalimat penuh semangat itu membulatkan biru samuderanya. Soraru dapat melihat senyuman di paras itu begitu cerah. Ringan sekali lisan si putih berujar, "Kalau nanti Rarucchan kecapekan, biar Mafu yang gendong!"

Soraru yang masih sedikit ragu, kembali memberi balas lirih, "T-tapi, kalau sibuk ngurusin aku, kamu tidak akan punya waktu menikmati festivalnya..."

"Kata siapa?"

Mendongak wajah Soraru, mendapati lembut paras itu berseri memandang tulus ke arahnya. "Aku menikmatinya bersamamu, kok! Sambil menjagamu, sambil kita bergabung jadi bagian kemeriahan festival. Kamu bukan bebanku. Malahan, aku tak ingin pergi melihat festival kalau hanya seorang diri."

Ah, untai tutur si albino sekali lagi berhasil merengkuh kalbu. Betapa hangat kasih sayang yang tak pernah surut tercurah padanya. Dan untuk hal ini, Soraru benar-benar bersyukur memiliki seorang Mafumafu di sisi. Sebagai pendamping hidup, penopang yang menjadi titik tumpu kekuatan.

Pendek kata, rangkai persuasi sukses memantapkan hati. Soraru mengangguk, kemudian mengiyakan ajakan Sou dan Eve untuk pergi ke kota.

Bangku kemudi berkapasitas dua orang. Karenanya, Soraru dan Mafumafu duduk di kap belakang seperti waktu itu. Diantara bebungaan dalam keranjang anyam yang siap menjadi bagian dari festival kota. Sepanjang jalan keduanya leluasa memandang lanskap di sekeliling. Hamparan alam yang begitu luas sejauh mata memandang. Barisan pepohonan rimbun nan sejuk menjadi rumah bagi burung-burung, serangga, serta sejumlah mamalia kecil. Sesekali mereka akan melewati barisan gedung rusak yang telah berlumut. Beberapa ditumbuhi perdu dan pohon berkayu.

Sudah lama sekali sejak mereka melihat pemandangan yang baru. Keluar desa mungkin menjadi kebutuhan sesekali. Bagaimanapun, mereka berdua tetap memerlukan rekreasi.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang