Border 9: The Stars and Their Nebulas

257 40 1
                                    

TW: Blood, and blood-drinking; manipulation

"Hai."

Jungwon menoleh ke arahnya, tersenyum tipis. "Hai." Jongseong tak bergerak, masih berdiri di depan pintu, sedikit ragu untuk maju ke depan. Dan yang lebih muda menyadarinya, karena dia menipiskan bibir, menunjukkan lesung pipinya. "Kau takkan masuk?"

Dia menganggukkan kepala, mendorong dengan perlahan. "Bagaimana–" dia berdeham. "Apa kau baik-baik saja?" Jungwon mengalihkan wajahnya. "Maaf, itu pertanyaan bodoh–"

"Tak apa," balasnya, tersenyum. "Lagipula, ini kali pertama kita mengalami seperti ini. Aku yakin tak hanya kau yang canggung, aku sendiri merasa aneh dengan diriku."

Jongseong memperhatikan wajahnya, cukup dekat ketika Jungwon berada di ujung tempat tidur, di sisi dimana dia tidur; sementara dia duduk di kursi rodanya di sampingnya. Masih ada sedikit luka memar di wajahnya, perban-perban kecil menutupi luka dari sabuknya.

Jungwon mengenakan piyama yang dia sampirkan ke pundak, sementara tubuhnya ditutupi perban utuh, melingkari dari perut hingga ke dadanya. Tangannya memiliki sedikit luka, merah darahnya terlihat sedikit.

Jongseong mengerjapkan matanya. "Aku minta maaf." Sebelum Jungwon dapat bicara lagi, dia memulai. "Aku minta maaf karena terlambat menyelamatkanmu. Aku minta maaf karena– aku terlalu keras pada kalian, jika aku tidak melarang Sunoo terlalu cepat, atau mungkin kita bisa pergi bersama-sama– itu tak pernah terpikir olehku. Aku mencoba untuk tidak membahayakanmu, tapi aku justru–"

"Jongseong," dia melihat Jungwon berusaha meraih tangannya, namun telapaknya terhenti di samping tangannya berada. "Tarik nafasmu." Jongseong menurutinya. "Jika kau meminta maaf karena membahayakanku, aku pergi kesana atas keinginanku sendiri. Apapun yang terjadi, aku akan menemui Kazimir, jika dengan cara itu aku bisa tahu kenapa kita seperti ini."

"Itu tidak benar–"

"Lihat dirimu," tegurnya. "Kau juga terluka. Tak adil untuk dirimu sendiri jika kau menyalahkanmu."

"Aku melihatmu, Jungwon." Dia terdiam. "Aku mungkin tak melihat apa yang dia lakukan padamu. Demi Tuhan – jika Dia ada, aku akan mencabik-cabik dagingnya dan meminum darahnya langsung dari nadinya jika aku melihat itu terjadi. Walaupun aku tak melihat saat itu, aku melihat setiap bekas dari yang dia lakukan. Bagaimana aku tak menyalahkan diriku sendiri?"

"Karena itu tak benar," bisiknya. "Jika itu bukan aku yang harus disalahkan, bukan kau juga. Jasper adalah satu-satunya yang bersalah."

Mungkin Jungwon masih mengira bahwa dia pantas disalahkan, namun lebih baik daripada melihat Jongseong terus menyalahkan dirinya sendiri. Namun dia menggelengkan kepalanya. "Aku bersalah karena gegabah."

Jungwon tersenyum kecil. "Mungkin kau tak seharusnya pergi sendirian kesana."

"Aku tak bisa–" dia menelan ludah. "Tidak ketika itu kau," bisiknya, dan Jungwon mengangkat kepalanya, menatapnya. "Tidak ketika–" dia menatapnya. "Itu kau."

"Aku yakin kau akan melakukan itu juga jika itu orang lain."

"Mungkin," balasnya. "Tapi setidaknya, aku akan berpikir dengan jernih." Dia tak melepaskan pandangannya. Persetan dengan Jungwon yang mungkin akan menghindarinya, Jongseong akan membiarkan itu jika terjadi. "Aku kehilangan kau dua kali, aku takkan membiarkan itu terjadi tiga kali."

"Kau tak pernah kehilangan aku. Kau kehilangan Jace–"

"Aku kehilangan kau, Jungwon," dia berusaha. "Jem mungkin kehilangan Jace, Romeo kehilangan Julius. Tapi aku–" dia mendekat, sedekat yang dia bisa. "Aku kehilanganmu."

ALEA IACTA EST • jaywon • end •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang