TW: Kissing
Jungwon membuka lacinya, tersenyum ketika menemukan sebuah gelang yang dia simpan. Sedikit berdebu, namun masih layak untuk dipakai. Dia berbalik, Ratu Alina yang berkunjung untuk mengantar mereka berada di depannya.
"Mama suka memakai ini, walaupun aku tak yakin ini seperti gayanya," kenangnya. Gelang emas tersebut memiliki rantai kecil, bandul mungil bergantung, sisi atas bandulnya memiliki sebuah permata ungu. "Apa ini milikmu?"
Ratu Alina menerimanya, menelusuri rantainya. "Aku memberikan ini ketika melamarnya."
"Ketika kalian menikah," bisiknya. "Apa yang kau pikirkan?"
"Jungwon–"
"Aku memiliki pertanyaan," potongnya. "Jika kau tahu akhir kalian akan seperti ini– Bahwa kalian takkan bisa bersama, kenapa kalian memaksa untuk melawan takdir? Kenapa– Kenapa harus menikah?"
"Jungwon–" dia mengalihkan wajahnya, namun sang ratu meraih pipinya, mengelusnya. "Tidak pernah terpikir bahwa suatu hari aku akan kehilangan kalian," bisiknya. "Aku percaya. Dan dengan semua tantangan yang kami hadapi, aku percaya. Padaku. Pada mamamu. Pada kami."
"Tapi itu tak berhasil 'kan?" tanyanya. "Kau pergi 'kan?"
"Aku tak menyesali ini," dia mencoba. "Bahkan ketika kami tak bisa bersama pun, dua tahun bersamanya telah menjadi kenangan paling membahagiakan di dalam hidupku." Ratu Alina berjalan ke arah jendela. "Ini dulu kamar mamamu."
Jungwon menyadari bahwa itu bukan pertanyaan. "Ya."
Dia membuka jendela tersebut. "Kau pasti terkejut tentang betapa mudahnya ini terbuka dari luar," bisiknya, menahan tawa kecil. "Kau suka ketika aku mengelusmu di malam hari. Mamamu juga menjadi mudah untuk tidur."
"Kau–" Jungwon menatapnya. "Mengunjungi kami?"
Sang ratu menoleh, membalas tatapannya. "Setiap malam." Dia mendekat. "Sampai kau lahir, dan kakekmu mengetahui semuanya. Kami dipaksa untuk memisahkan diri dari satu sama lain. Jungwon, kau bisa untuk tidak mempercayai semua yang kukatakan. Tapi kau harus percaya bahwa aku menyayangimu."
Jongseong mengetuk pintu, membungkuk pada Ratu Alina sebelum menoleh pada Jungwon. "Semuanya sudah siap."
Mata sang ratu berkaca-kaca, tangannya hendak menyerahkan gelang itu pada mereka. "Simpan itu," ujar Jungwon. Dia mengikuti Jongseong keluar, namun menoleh pada Ratu Alina, yang masih terdiam di tempat, menundukkan kepalanya. "Selamat tinggal," bisiknya. "Ibu."
Dia mengangkat kepala, menoleh. "Jungwon–"
Namun putranya sudah pergi.
~~~
Keduanya berjalan di lorong, menuju ruang bawah tanah dimana mereka akan pergi, sementara yang lain menunggu mereka untuk datang. Namun pikiran Jungwon berkecamuk.
Tidak karena dia akan meninggalkan rumahnya.
Namun bahwa dia akan meninggalkan semua yang dia miliki disini. Tidak ada yang tahu kehidupan macam apa yang menanti mereka. Tidak ada yang tahu apa yang menanti dia dan Jongseong kedepannya. Setelah mengalami dunia Jace dan Julius, Jungwon merasa bahwa dia tak ingin mengalami itu lagi.
"Hei," panggil Jongseong. "Kau tak apa?"
"Bisa kita bicara?" Yang lebih tua menganggukkan kepalanya, menunggu. "Kau–" mulainya. "Kau masih ingin menungguku?"
Jongseong terdiam. "Jungwon–"
"Karena aku tidak."
Dua tahun bersamanya telah menjadi kenangan paling membahagiakan di dalam hidupku. Orang tuanya memiliki waktu dua tahun, lalu kenapa Jungwon dan Jongseong tak memiliki waktu barang sedetik?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA IACTA EST • jaywon • end •
FanfictionAlea iacta est: the die has been cast - titik dimana kita tak bisa kembali. Epsilon Zephyrus adalah sebuah planet dimana setiap bangsa hidup makmur. Hingga pada suatu waktu, terjadi pembunuhan yang korbannya mati kehabisan darah. Bangsa Sangre sebag...