Candaku

356 58 11
                                    

Suatu hari, aku sempat mengobrol dengan salah satu teman lelaki, dia yang usianya terpaut lima tahun di bawahku, bertanya, "kenapa tidak mencari pria lain?"

Dia yang tahu bahwa aku menjalin hubungan dengan salah satu kakak kelasnya yang terkenal playboy di sekolah sedikit tersenyum menatapku. Aku pun hanya membalas senyumnya sambil menjawab, "carikan aku pria itu, kalau ada!"

"Tidak ada pria yang bisa dipercaya sekarang, kecuali aku!" jawabnya.

"Oh ya? Kalau begitu, kamu saja jadi pacarku!" Candaku.

Dia terdiam. Wajahnya bersemu merah sambil menunduk. Entah tersipu merasa malu atau merasa jijik mendengar leluconku.

Beberapa hari kemudian, kami dipertemukan kembali dalam acara keluarga. Kami duduk berhadapan dengan semua keluarga di sebuah meja makan yang cukup panjang.

Aku melahap makananku. Tanpa memperdulikan tatapannya. Menikmati setiap hidangan yang tersaji di depanku. Tidak ada rasa malu ataupun jaim sebagai seorang wanita yang tengah duduk di depan pria. Dua tanganku nyaris tak ada ruang bersih. Tumpukan tulang di piring, menyisakan senyum di bibirnya tanpa sepengetahuanku.

Aku beranjak dari tempat duduk. Membawa segelas air kemasan di mulut. Melewatinya. Menjauh dari kerumunan untuk membasuh tangan.

Saat aku kesulitan mencoba  untuk mengikat jilbab, dia tiba-tiba saja membantuku dari belakang. Air kemasan yang masih ada di mulut, ia ambil dengan cepat. Lalu menyiramkannya pada tanganku yang sudah menengadah di bawahnya. Wuah.. Aku terdiam. Untuk sejenak pikiranku terbawa arus. Sesepele itu, tapi mampu membuat jantungku berdebar kencang.

Masih dalam acara keluarga. Kami bertemu kembali. Seseorang membawa nampan berisi kopi yang masih mengepul dalam termos plastik. Beberapa gelas juga disandingkan untuk tempat menuang kopi berwarna hitam itu.

Aku yang memang penyuka kopi, langsung berlari mendekat. Mengabaikannya yang berdiri di bingkai pintu. Memenuhi sebuah gelas dengan kopi.

Kepulan asap di atasnya sangat jelas. Namun, saat ku dapati ia tengah menatapku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menyesap kopi itu. Dan hasilnya, aku memekik, mengaduh bersamaan dengan teriakannya yang juga menyita perhatian beberapa orang di sekitarku.

"Awas, panas!"

Dengan sigap ia merampas kopi dari tanganku.  Ekspresinya membuatku sangat tak nyaman. Ia menuang kopi di gelasku ke gelas yang lain. Begitu seterusnya. Ia melakukannya berulang di depanku sambil berkata, "hati-hati, kenapa sih kamu selalu saja gagal fokus?"

Dan aku hanya bisa meringis sambil menggigit lidah yang sudah mati rasa karena terkena kopi panas.

"Ini, pelan-pelan!" Ia kembali menyodorkan kopi yang sudah mulai hangat ke arahku.

Sekali lagi. Sikap sepele itu membuatku terdiam. Dan jika semua wanita mendapat perlakuan seperti itu dari orang yang disayangnya, pasti dunia ini akan diliputi dengan kebahagiaan. Benar bukan? Seperti aku yang saat itu juga diam-diam bahagia.

Aku tidak tahu. Saat itu, ia menjadi begitu pendiam. Pria yang sudah kuanggap seperti saudara dan selalu bisa jadi penyemangatku, tiba-tiba mendiamkanku.

"Kenapa? Aku punya salah?" tanyaku polos.

Ia mendengus kesal, sambil membuang wajahnya ke arah lain. Jelas aku tersenyum, ini pertama kalinya buatku mendapatinya cemberut.

"Ya sudah, nanti kalau udah baikan, bilang, ya?" aku masih menggodanya.

"Kenapa kamu masih selalu dekat dengan dia?" tiba-tiba dia membuka suara.

"Dia?" Alisku bertaut.

"Katanya kalian sudah putus. Kenapa masih perhatian?"

Aku tergelak mendengarnya. Benar, aku memang sempat bercerita padanya, bahwa aku sudah putus dengan kekasihku yang playboy itu. Tapi bukan berarti, aku harus bermusuhan bukan dengannya?

"Kok malah ketawa?" dia makin kesal.

"Lah terus, aku harus bagaimana? Bukannya sebagai temen wajar ngasih perhatian? Kamu juga gitu sama aku kan?" kilahku.

"Oh, jadi kamu cuma anggap aku temen?"

Mulutku ternganga melihatnya berdiri mendekatiku. Bingung. Khawatir, apa aku telah salah ucap padanya?

"Bukannya kamu yang minta aku buat jadi pacar kamu?" Matanya menatapku tajam. Tak kukira bahwa candaku bisa seserius itu di matanya.

#Gubrakh..
-------------------

😁😁😁😁😁
Mari rehat sejenak..
Tersenyum lalu berfikir..

Bukankah wanita jauh lebih rumit pemikirannya? Namun butuh hal-hal sederhana untuk membahagiakannya.
Tak perlu mewah, cukup hal kecil yang mampu meruntuhkan egonya. Hal kecil menurut pria, namun berarti bagi kami. Wanitamu.

#SalamSayang❤❤❤

AntologiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang