Chapter 2 : Penyamaran Terbongkar

128 14 6
                                    

Assalamualaikum,
Happy reading.

****

Bel pertanda istirahat telah berbunyi sebagian siswa-siswi ada yang pergi ke kantin, perpustakaan, dll. Sedangkan Eliza dengan penuh semangat tengah pergi ke kantin bersama Dinda untuk mencari keberadaan Pangerannya. Namun sesampainya di kantin, ia tidak menemukan Pangerannya tersebut, dengan sedikit kecewa ia pun pergi ke kelas Pangerannya seorang diri karena Dinda memilih tinggal di kantin, katanya ingin mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Setelah sampai di kelas Pangerannya, Eliza tidak menemukan Pangerannya di sana. Dengan langkah gontai, Eliza berjalan menuju taman sekolah dengan sebotol air mineral yang dibelinya saat di kantin tadi. Eliza suka pergi ke taman sekolah karena tempat itulah pertemuan pertama tidak sengaja antara Eliza dan Zein.

Di taman suasana sangat sepi, hanya ada seorang pria yang masih setia memakai topi dan masker yang ia turunkan ke bawah dagu. Dengan duduk di sebuah kursi yang bisa diduduki dua orang, ia duduk sambil membaca buku, sesekali ia menyantap makanan yang ia beli dari kantin sebelum ke tempat ini.

"Dia kayak orang yang tadi pagi gue tabrak deh," gumam Eliza saat melihat pria yang sedang duduk sendiri di taman.

Eliza berjalan mendekati pria itu tanpa sepengetahuannya.

"Uhuuukkk ... Uhuukk"

Dengan cepat Eliza membuka tutup botol air mineral miliknya dan menyerahkan pada pria itu. Pria tersebut langsung mengambil botol air tersebut dan langsung meminumnya tanpa melihat siapa yang memberikan.

Setelah selesai minum, Zein melepas topi yang dipakainya.

"Makasih," ucap Zein seraya menatap seseorang yang tadi memberikannya air, namun seketika ia dibuat terkejut saat tau bahwa Eliza lah yang telah menolongnya. Gagal sudah penyamarannya yang sejak pagi ia lakukan.

"Pangeranku ..." teriak Eliza spontan saat melihat Zein.

"Dari sekian banyak orang, kenapa harus dia sih," batin Zein.

"OMG ... jadi yang tadi pagi aku tabrak itu Kak Zein?" tanya Eliza dengan suara nyaring.

"Tapi Kakak nggak papa kan?"

"Ada yang sakit nggak?"

"Kakak kok sendirian di sini, memangnya kemana Kak Rafa sama Azka?"

"Tega banget sih mereka ninggalin Kakak sendirian di sini, nanti kalo Kakak diculik orang gimana, aku 'kan bakalan jadi jomblo seumur hidup"

"Ohh, aku tau, Kakak pasti nungguin aku di sini ya, biar kita bisa berduaan, iihh ... So sweet banget sih..."

"Ja-" ucapan Eliza terpotong.

"Ssttt, bisa diam nggak, nyerocos mulu dari tadi," ucap Zein memotong kalimat Eliza, ia sudah mulai kesal.

Zein segera berjalan pergi dari hadapan Eliza, tak lupa ia membawa bukunya. Sikap Eliza yang seperti ini lah yang sangat tidak disukai Zein, sebisa mungkin Zein selalu berusaha untuk menghindari Eliza.

Walaupun sudah beberapa kali di tolak, Eliza tak henti-hentinya mengejar Zein, sering kali Zein merasa risih saat Eliza dekat-dekat dengannya.

"Ish, Kak kok aku ditinggalin sih," ucap Eliza, ia lalu segera menyusul kepergian Zein.

Zein menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya setelah merasa Eliza mengikutinya, dan benar saja, Eliza tengah berdiri dihadapannya dengan sebuah senyuman.

"Bisa nggak sih, sehari aja, lo nggak usah ganggu gue. Gue capek sama tingkah lo yang kayak gini!" Kecam Zein dengan mata yang menyorot tajam.

Eliza hanya diam mendengarkan ucapan Zein, ia tidak terlalu sedih mendengarnya, karena ini sudah biasa baginya. Perlahan ia membalikkan tubuhnya dan melangkah menjauhi Zein, ia tak ingin membuat orang yang ia cintai semakin marah.

Dipisahkan Untuk Memantaskan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang