Assalamualaikum,
happy reading.****
Semua murid berjalan keluar kelas, bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu, mereka semua akan pulang ke rumah masing-masing.
Eliza berjalan bersama Dinda menuju parkiran motor. Beberapa langkah di depan Eliza, Zein berjalan hendak menuju mobil miliknya. Eliza mengenali Zein saat melihat tas yang di pakai Zein, Eliza selalu ingat dengan barang-barang yang dipakai Zein. Eliza langsung berlari ingin menghampiri Zein, sedangkan Dinda berjalan mengekori Eliza dari belakang.
"Kak Zein," panggil Eliza.
Zein tak menggubris panggilan Eliza, ia tetap melangkahkan kakinya menuju mobil.
"Kak Zein, tunggu!" ucap Eliza, tiba-tiba sudah berdiri dihadapan Zein.
Zein terkejut saat Eliza tiba-tiba berdiri di hadapannya, hampir saja ia akan menabrak tubuh Eliza, untung kakinya dengan segera mengerem, kalau tidak, mungkin saja kejadian pagi tadi akan terulang kembali.
"Mau apa lagi sih lo?" tanya Zein mulai naik pitam.
Menurut Zein, berhadapan dengan Eliza hanya membuang-buang waktu saja.
"Aku mau minta maaf," ucap Eliza.
"Minta maaf apa?"
"Minta maaf karna tadi pagi nggak sengaja nabrak Kak Zein, trus minta maaf karna buat Kak Zein marah waktu di taman"
Zein memutar bola matanya malas, seketika ia mendapatkan sebuah ide.
"Gue akan maafin lo, tapi ... " ucap Zein menggantungkan kalimatnya.
"Tapi apa?" tanya Eliza tak sabaran.
"Jangan pernah deket-deket gue, jangan ganggu gue lagi," ucap Zein dengan menatap Eliza.
Eliza meneguk salivanya dengan sedikit susah, ia tak menyangkan Zein akan berkata seperti itu.
"Aku nggak pernah mau ganggu kak Zein, aku cuma mau bukti'in ke Kak Zein kalo aku itu cinta sama Kak Zein"
"Tapi gue nggak cinta sama lo!" sambung Zein cepat.
Zein berjalan menuju mobil miliknya meninggalkan Eliza yang masih diam di tempat.
Sakit, itulah yang tengah dirasakan Eliza, walaupun ia sudah sering sekali mendengar penolakan dari Zein, namun itu tetap membuat rasa sakit di dalam hatinya setiap kali Zein menolak cintanya. Eliza sudah melakukan berbagai macam cara agar Zein luluh dengan cintanya, namun semuanya selalu berakhir seperti ini, penolakan.
Mata Eliza sudah berkaca-kaca, namun air matanya tak kunjung tumpah, bibirnya sedikit bergetar, ingin sekali suara tangis itu keluar dari mulutnya. Eliza berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya.
Tangan Dinda membelai lembut punggung Eliza. "Besok dicoba lagi ya, keberhasilan akan diraih oleh orang yang pantang menyerah," tutur Dinda memberikan semangat kepada Eliza.
Eliza tersenyum menatap Dinda, ia merasa beruntung sekali memiliki sahabat seperti Dinda yang selalu ada di sampingnya dan mengerti dirinya.
"Udah, jangan nangis, ntar jeleknya nambah loh," ucap Dinda kemudian terkekeh kecil.
"Iihhhh, Dindaaa... "ucap Eliza bernada dan sedikit kesal.
Dinda terkekeh lagi menatap wajah Eliza yang berubah 180 derajat, semula sedih menjadi kesal.
"Udah, ayo pulang, kereta kencana lo udah nungguin tuh disana," tutur Dinda.
"Iya," jawab Eliza.
Kereta kencana, itu adalah sebutan untuk motor milik Eliza, bukan tanpa sebab, semuanya berawal dari...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipisahkan Untuk Memantaskan
Roman pour AdolescentsSebuah kisah yang menceritakan perjuangan Eliza mengejar cinta pertamanya yang selalu berujung penolakan. Zein, Seseorang yang bertahun-tahun dikejar oleh Eliza, namun tak sekalipun Zein membalas cintanya dan bahkan membencinya. Eliza tak pernah men...