Assalamualaikum, happy reading.
****
Suhu dingin ruangan sudah dirasakan Eliza disaat kakinya melangkah masuk ke dalam Mall. Di sore hari ini Eliza bersama Ayana pergi ke Mall untuk membeli beberapa kebutuhan. Mata Eliza berbinar menatap Ayana sambil menunjuk ke sebuah toko baju, ia sedang mengkode Ibunya ini agar masuk ke toko baju tersebut, semoga salah satu baju tersebut akan dibawanya pulang hari ini.
"Bunda, itu bajunya keren-keren loh, lagi diskon juga," seru Eliza.
"Itu celana jeansnya juga ucul banget, yuk bisa yuk beli'in buat El," rayu Eliza.
Kepala Ayana menggeleng dan menarik tangan Eliza untuk berjalan bersamanya menjauh dari toko yang ditunjuk Eliza. Eliza hanya bisa pasrah, ia berjalan gontai di samping Ayana. Sepertinya harapannya untuk bisa membawa pakaian baru akan hangus.
Tak lama kemudian, Ayana berjalan memasuki toko baju muslim diiringi Eliza dari belakang. Ayana menatap baju gamis satu-persatu yang terpajang di toko ini. Sebuah baju gamis berwarna hitam menarik perhatiannya, ia lantas mendekati baju yang menggantung di hanger. Baju dengan model yang sangat simple namun terlihat elegan.
"Bunda mau beli gamis lagi?" tanya Eliza menatap Ibunya.
"Iya, tapi bukan buat Bunda, buat kamu," jawab Ayana menolehkan wajahnya kepada Eliza.
Eliza tersentak kaget, Gamis? Eliza? Eliza langsung membayangkan dirinya memakai gamis tersebut, ia melihat bukan seorang remaja yang memakai gamis tersebut namun lebih seperti ibu-ibu.
"Eliza," panggil Ayana dan memecahkan lamunan Eliza.
"Enggak Bun, nanti Eliza malah jadi kayak ibu-ibu," jawab Eliza saat tersadarkan.
"Enggak, El," ucap Ayana, ia mengambil baju tersebut dan menyerahkannya kepada Eliza. "Coba kamu pakai dulu," sambung Ayana, Ayana berharap kali ini Eliza akan mengikuti kemauannya.
Mulai sekarang Ayana akan berusaha untuk membiasakan Eliza menutup auratnya. Setiap kali Ayana menyuruh Eliza untuk menutup aurat, Eliza selalu berkata bahwa ia belum siap. Namun sekarang ia akan bersikap tegas terhadap Eliza.
"Iya, Bun," lirih Eliza, sebenarnya ia tidak setuju dengan keinginan Ayana, namun sepertinya ia harus melakukannya, lagi pula ia hanya mencobanya saja 'kan.
"Tunggu, El," cegat Ayana saat Eliza mulai melangkahkan kakinya menuju ruang ganti. Dengan cepat tangannya mengambil sebuah pashmina berwarna cokelat dari tumpukan beberapa pashmina dan memberikannya kepada Eliza. "Sekalian sama hijabnya," sambung Ayana diakhiri senyumannya.
Eliza berjalan malas menuju ke dalam ruang ganti. Sedangkan Ayana menunggu Eliza dengan duduk di kursi yang tak jauh dari ruang ganti.
Beberapa menit kemudian, dengan langkah pelan, Eliza berjalan mendekati Ayana.
"Bunda ...." panggil Eliza dan membuat Ayana langsung menatap ke arahnya.
Ayana membulatkan matanya menatap Eliza, senyuman langsung mengembang di wajahnya, ia seperti tidak sedang menatap Eliza, namun seorang wanita lain. Wajah Eliza terlihat sedikit berbeda saat menggunakan hijab pashmina. Ia berharap suatu saat Eliza akan mengenakan hijab bukan karna paksaanya lagi.
"Masyaallah, ini anak bunda?" Ayana berjalan medekati Eliza.
"Kaya ibu-ibu ya, Bun," ucap Eliza menatap penampilannya.
"Nggak kok, kayak bidadari," jawab Ayana tersenyum bahagia. Ia langsung menggenggam tangan Eliza dan membawanya.
"Bun, mau kemana?" tanya Eliza spontan saat ibunya menarik dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipisahkan Untuk Memantaskan
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan perjuangan Eliza mengejar cinta pertamanya yang selalu berujung penolakan. Zein, Seseorang yang bertahun-tahun dikejar oleh Eliza, namun tak sekalipun Zein membalas cintanya dan bahkan membencinya. Eliza tak pernah men...