"Aletta sini sama Ummi," ajak Ummi sembari menggandeng tangan Aletta. Gadis kecil itu menoleh ke arahku, lalu melepaskan tangan Ummi dan mencoba meraih tanganku.
"Sama Kak Nola," lirihnya yang membuatku tersipu malu.
"Ya Allah milih ternyata," ucap Ummi sama Abi.
"Ummi tertolak," cetus Gus Rayhan yang ada di samping Umminya. Sedangkan aku di belakang, sebenarnya kami menghadiri pengajian di mana Gus Rayhan menjadi pematerinya.
Aletta tiba-tiba menarikku maju, lalu meraih tangan Gus Rayhan. Tangan kirinya menggandeng tanganku dan yang lain menggandeng Gus Rayhan. Sungguh, tingkahnya menggemaskan.
"Oh mau digandeng sama Om juga ceritanya," sindirku.
"Bukan Om, tapi Abi," lirih Aletta yang membuatku menghela napas. Jelas dari gerak bibirnya itu yang coba dikatakannya.
"Kalian tuh memang cocok jadi keluarga, lihat aja baju udah couple-an warna putih. Gandengan anaknya di tengah," ucap Ummi yang membuatku kikuk dan menatap Gus Rayhan.
"Abi," gumamku dengan menye-menye.
"Ummi," ucap Gus Rayhan sembari tersenyum.
"Udah, Aletta sama Ummi kasihan Abinya mau ngasih ceramah di mimbar nanti," bujuk Ummi sembari berhenti dan menghadap Aletta.
"Aletta mau main sama Kak Nola di ayunan sama selunculan," pinta Aletta.
"Biar sama Nora saja Ummi, Ummi sama Abi kan tamu spesial harus ada saat Gus ceramah."
"Ning juga orang spesial yang harus ada di samping saya--"
"Kak Nola milik Aletta, ya, Abi bisa pelgi sendili!" kesal Aletta sembari mengerucutkan bibir.
"Ya Allah punya anak angkat satu galaknya ngalahin Umminya, tapi tetap saja Aletta sama Ning harus temani say--"
"Gus Rayhan!" teriak seseorang dari jauh. Seorang perempuan dengan niqab dan gamis lebar berwarna hitam. Tertutup dan alim.
Dari mata dan bulu matanya yang lentik bisa ditebak jika ia sangat cantik. Kulit tangannya pun putih bersih, jam tangan melingkar di pergelangan tepat di atas manset hitam. Suaranya pun merdu, ia juga manis, terlihat dari lekuk matanya pasti ia tersenyum.
"Lho, Nduk, kamu di sini?" tanya Ummi yang bersemangat.
Aku yang masih di sana memilih mundur beberapa langkah merasa diabaikan.
"Ini Ning Ratna? Ning apa kabar?" tanya Gus Rayhan yang langsung menggandeng tangannya.
Perempuan itu pun langsung menjatuhkan diri ke pelukan Gus Rayhan. Pun Gus Rayhan mengelus puncak kepalanya.
Tatapanku menajam, Gus Rayhan bahkan tak pernah menyentuh wanita yang bukan mahramnya. Namun, perempuan yang dipanggil Ning Ratna itu malah bermanja di pelukannya.
Dari kejauhan aku memicingkan mata, terlihat jelas Gus Rayhan mendaratkan jemari di dahi perempuan itu dan tertawa lepas selama Ning Ratna berada di pelukannya.
Sakit. Jelas itu yang kurasa, terlebih Ning Ratna memang sangat cocok untuk Gus Rayhan. Tiba-tiba hatiku gundah dan memilih menggendong Aletta kemudian mengajaknya bermain ayunan di taman yang agak jauh dari acara diadakan.
Kini, hari sudah sore. Aletta tertidur pulas di pangkuanku. Sedang aku sendiri duduk di atas ayunan sembari memandang sendu ke acara itu.
"Ah, kenapa aku khayal dicintai Gus seperti Gus Rayhan, enggak mungkin. Pasti Ning Ratna udah halal sama Gus Rayhan. Jelas aku beda jauh darinya," omelku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dari Masa Lalu
Teen FictionNora Vivian Az-zahra seorang penulis artikel blog di perusahaan berita terbesar di kotanya. Tak lupa pula dukungan temannya yang bernama Nazil Zikri Nuarta sejak SMA. Nazil sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Nuarta History Network. Keduany...