2 - Death God

142 30 6
                                    

"Tunanganmu."

Tu... Tunanganku?

Aku menatap lekat-lekat gadis itu, tak percaya. Aku berusaha mencari-cari tanda kebohongan di wajah gadis itu, namun aku tak menemukan wajahnya sama sekali.Raut wajahnya serius, dan sedikit menampakkan kesedihan.

"Ti... Tidak apa-apa kalau kau tidak ingat. Aku..." Gadis itu kembali tersenyum, walau aku tahu ia memaksakannya, "Aku... tetap..."

Runtuh sudah pertahanan gadis itu. Air mata segera membanjiri pipinya, mengalir deras tanpa henti. Walau ia cepat-cepat mengusap air matanya itu, namun air matanya tetap tidak berhenti mengalir.

"Eh... aku tidak bermaksud menangis..." ia berusaha tertawa di sela tangisnya itu, "Maafkan aku..."

Suara tangisan ini... adalah suara tangisan yang kudengar saat aku terbangun tadi. Dari perangainya, aku yakin sekali ia sangat mencintai 'aku' yang bernama 'Daiki' itu.

Entah dorongan darimana, tetapi mendadak aku sangat ingin memeluknya. Aku tidak ingin melihatnya menangis. Hingga aku berusaha menggerakkan tubuhku yang kaku, bangkit duduk dan memeluk gadis itu.

"Maafkan aku." ucapku, "Sungguh, maafkan aku, Asaki-san."

"Eeh, mengapa kau meminta maaf? Kau tidak perlu meminta maaf." Gadis itu tertawa, tangisnya mulai reda, "Tak bisakah kau memanggilku 'Asaki-chan' saja? Menggunakan '-san' terdengar begitu formal."

"Iya, iya." balasku, tertawa kecil, "Umm... Asaki-chan, mungkin sekarang aku belum bisa mengingat apapun. Tapi... kuharap suatu saat nanti, aku akan mengingat semuanya. Dan aku berharap kau akan terus di sisiku sampai saat itu."

"Tentu saja. Aku akan terus menunggumu, sampai kapanpun."

Dugaanku benar. Gadis ini benar-benar mencintai 'Daiki'. Aku jadi merasa bersalah, karena aku tidak mengetahui atau mungkin tidak mengingat apapun tentang Daiki. Akupun tak mengerti, mengapa hari itu nasibku menjadi seperti ini.

Tuhan mungkin memberiku satu kesempatan lagi untuk hidup, agar aku menyadari bahwa aku memang tak bisa bersama Fuyuki. Mungkin Tuhan segera memisahkan aku dengan Fuyuki agar aku meninggalkan dunia sebelum perasaan cintaku dengan Fuyuki menjadi lebih besar.

Karena itulah, aku memiliki tujuan baru. Aku takkan membiarkan gadis ini kembali menangis, dan aku akan membuatnya terus tersenyum. Dan oleh karena itu, mulai detik ini aku akan hidup sebagai 'Daiki'.

Tuhan, bantulah aku dalam meraih tujuanku. Jangan biarkan aku menyesal seperti hari itu.

.

"Daiki-kun, kau sudah boleh pulang~!"

Gadis bersurai cokelat itu masih berseru dengan penuh semangat seperti biasa. Aku tertawa, mengacak rambut lurus sebahunya itu.

"Aku sudah tahu, Asaki-chan. Kau tidak lihat aku sedang berberes-beres?" tanyaku. Asaki tertawa, lalu mencubit kedua pipiku.

"Mana kutahu. Aku baru tahu kau sedang berberes-beres barusan, karena aku baru masuk." jawabnya.

"Sheesh. Sudah berapa kali kubilang, jangan cubit aku." ucapku, sembari melepas tangan Asaki dari pipiku, "Aku merasa seperti anak kecil."

"Aku melakukan ini karena kau bilang kau ingin diperlakukan seperti anak kecil."

"Oh... benarkah?"

"Umm... tidak sih."

Aku tertawa kembali, kali ini sambil mengacak rambut Asaki lagi, "Kau benar-benar tidak bisa berbohong, ya."

"Terserah." Asaki memasang wajah merajuk, "Tapi ada bagusnya juga kan? Itu artinya aku tidak menyembunyikan apapun darimu."

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang