Prologue

327 42 4
                                    

Hari itu.

Aku berdoa pada Tuhan agar Dia memberiku satu kesempatan lagi.

Aku masih belum bisa meninggalkannya seperti ini, akupun tak rela membiarkan perasaanku menggantung seperti ini.

Tuhan.

Apa Kau mendengarku?

.

"Nacchan? Kenapa melamun?"

Ah, suara lembut itu. Belum aku sempat untuk menengok ke arahnya, ia sudah terlebih dahulu muncul di hadapanku. Dengan senyum lebarnya itu, memamerkan lesung pipinya yang memperindah wajah mungilnya yang manis. Gadis bersurai cokelat ini sungguh menawan, membuatku ingin memeluknya erat-erat sekarang. Mungkin semua ini terdengar hiperbola, tentu saja karena aku tengah mengalami suatu hal yang biasa kita sebut dengan istilah 'jatuh cinta'.

Jatuh cinta... Terdengar menyenangkan. Aku tengah mengalaminya, dan itu benar-benar membuatku merasa senang saat ini. Meski hanya berjalan berdampingan bersamanya, walau hanya dengan statusku sebagai sahabat, aku sudah merasa bahagia.

Namun hari itu, Tuhan mengajariku suatu pelajaran yang penting. Hari itu, kupikir Tuhan sudah tak peduli padaku dan menghancurkan hidupku begitu saja. Kupikir Tuhan sudah merenggut rasa sukacitaku.

Tidak, aku benar-benar salah.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang