"Kau tidak suka kacang polong, sensei?"
Aku mengangguk, tak menjawab karena mulutku penuh mengunyah makanan. Fuyuki mengangguk-angguk mengerti, lalu tertawa kecil.
"Kenapa?" tanyaku setelah mengunyah makananku.
"Tidak, tidak." balasnya, tawanya masih belum berhenti, "Sensei benar-benar mirip dengannya... Aku jadi semakin teringat padanya."
"Oohh." Aku hanya ber'oh'ria karena aku tak tahu harus menjawab apa. Setelah pernyataan cintanya itu, aku menjadi agak gugup. Aku salah tingkah, takut gadis itu melihat wajahku yang memanas sekarang.
"Sensei, apa aku mengganggu?"
"Uhuk!" Aku tersedak mendengar pertanyaannya yang begitu tiba-tiba, "Tentu saja tidak. Memangnya mengapa?"
"Habisnya, kau terlihat tidak nyaman. Aku khawatir kalau kau terganggu dengan keberadaanku." tutur Fuyuki. Gadis ini benar-benar perhatian bukan?
Aku tertawa, lalu menjulurkan tanganku untuk mengacak rambut halus terawatnya, "Tenang saja. Lagipula, untuk alasan apa aku terganggu dengan keberadaanmu?"
Fuyuki tersenyum kecil, "Sensei, aku harus pergi. Aku tidak ingin membolos di pelajaran Miki-sensei."
Aku mengangguk, tertawa karena gadis itu masih penurut pada ibunya seperti biasanya. Fuyuki bangkit berdiri, berjalan menuju pintu. Aku hanya bisa duduk, memakan bentou-ku seraya menatap punggung Fuyuki yang semakin menjauh.
"Fukushiro-san."
Suaraku itu membuat gadis itu menghentikan langkahnya, dan menolehkan kepalanya ke arahku. Wajah penasarannya menunggu kata-kata yang selanjutnya akan keluar dari mulutku.
"Aku..."
Aku...
"Kau kenapa, sensei? Aku harus buru-buru ke kelas, atau Miki-sensei akan menceramahiku panjang lebar."
"Ah, sudahlah. Lupakan."
...Aku adalah Natsuki.
Aku tak sanggup mengatakannya. Detik dimana kata-kata itu keluar dari mulutku, nyawaku akan melayang. Kesempatan keduaku akan berakhir. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk tidak mengatakannya dan hanya menatapnya dari kejauhan.
Tuhan, apa yang seharusnya kulakukan?
.
"Oh? Shikishima-sensei!!"
Ugh. Tadinya kupikir aku akan berjalan dengan leluasa karena jam pelajaran masih berlangsung. Tetapi suara familiar itu... Firasatku mengatakan sebentar lagi sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Ah, Naoki-chan." sapaku seramah mungkin, dengan senyum paksa yang kulukis di wajahku. Semoga dia tidak menyadarinya.
"Apa yang sensei lakukan disini? Sensei sedang bebas dari jam mengajar?" tanyanya tanpa jeda, "Huahh, kita bahkan bertemu sekarang! Apakah ini yang biasa disebut dengan 'takdir?"
"Err... Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan... Ahahaha...." balasku malas, ditambah tawa yang dipaksakan kali ini. Aku tidak ingin terlibat dengan gadis ini, rasanya aku ingin kabur dari sini.
"Sensei... Apa kau membenciku?"
Hm?
Jujur saja, bukannya aku membencinya tetapi... hanya saja aku kurang menyukainya. Hei tunggu, apa dia menyadari sikapku yang enggan meladeninya?
"Senseii~ Kau dingin sekali." Gadis itu hanya berjarak beberapa senti saja dariku, dan sekarang ia menggait tanganku. Seandainya saja dia bukan muridku, aku pasti-
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
Teen FictionCinta pertamaku. Bagaikan musim panas dan musim dingin. Takdir memisahkan kami. Saatku berpasrah diri menerima kenyataan pahit, Tuhan memberiku kesempatan kedua. Natsuki (Summer) and Fuyuki (Winter) ⓒspringinsouth [D I S C O N T I N U E D]