"Eh!" seorang wanita sedikit terkejut kala menatap ke bawah. Melihat seorang anak kecil meringkuk lemah.
Wanita itupun menurunkan badannya dan berjongkok di hadapan anak kecil itu.
Anak kecil itupun mendongak kan sedikit kepalanya, agar bisa menatap wanita itu.
"Kamu kenapa, Nak?!" tanya wanita itu dengan nada sedikit panik sambil mengangkat tubuh anak kecil itu.
Tangan kanannya mengangkat anak itu, sementara tangan kirinya menghalangi orang-orang yang ingin menabraknya.
"Sakit." hanya satu kata itu saja yang mampu di lontarkan oleh sang anak.
Wanita itu membawa sang anak ke jalanan pinggir kota.
Ia mendudukkan anak kecil itu.
"Apa yang sakit, Nak?" tanya Wanita itu saat mereka sudah berada sedikit dari keramaian.
"Ini Lili yang sakit!" Lili menunjuk kearah lutut, lengan, serta kepalanya.
Wanita itu merendahkan posisi badannya agar bisa melihat luka di lutut Lili.
"Ibu gulung celana nya sedikit ya, Nak!" pamit wanita itu sebelum ia menaikkan celana di bagian betis Lili. Karena luka itu ada di lutut.
Lili mengangguk, dan wanita itu menggulung sebagian celana Lili.
Dilihatnya memang ada luka yang darahnya mengalir dan sedikit mengenai celana Lili.
"Sebelah lagi ibu gulung ya, Nak," pamit wanita itu lagi.
Lili kembali mengangguk.
Dengan sigap, wanita itu menggulungnya lagi.
"Shhh.." rintih Lili.
Wanita itupun meniup luka itu, berharap rasa perih luka Lili berkurang.
"Ikut sama ibu mau, Nak?" tanya wanita itu karena merasa kasihan dengan Lili.
Lili terdiam, tak lama menggeleng.
"Aku ingin sama Kakek," ucapnya pelan.
"Tadi kamu sedang sama Kakek?" tanya wanita itu, yang di hatinya masih ada rasa khawatir dengan luka Lili yang terus mengalir darahnya.
Lili mengangguk lalu menggeleng.
"Tadi pagi sama Kakek, tapi Kakek mau ngambil kereta kuda dulu. Terus Lili di beri izin sama Kakek, untuk menunggu di dekat air mancur.
Tapi di sana ada pria mabuk, Lili kabur. Dan sampai sekarang enggak tau Kakek dimana. Lili jatuh karena tadi Lili melihat Kakek lewat tapi Lili enggak sempat manggilnya," jelas Lili bercerita panjang lebar.
Wanita itu mengangguk, "Tapi ibu khawatir sama luka kamu, Nak!" kata Wanita itu.
"Gakpapa Bu, Makasih sudah bantu Lili ya," kata Lili yang suaranya masih terdengar lemah.
Wanita itu malah menggeleng. "Kamu tunggu disini ya, Nak. Ibu mau pulang sebentar dulu!" Setelah mengatakan hal itu, wanita yang belum Lili ketahui namanya pun, berlari meninggalkannya.
Lili celingak-celinguk melihat sekitar, berharap kembali melihat William lewat.
Luka goresan di tangan kanannya sedikit berdenyut, Lili pun meniup pelan lukanya itu.
Tak lama, saat ia sedang memperhatikan kanan jalan Kota, ia melihat wanita yang tadi menyelamatkannya, berlari kearahnya sambil membawa sebuah kotak yang Lili yakini isinya obat-obatan untuk mengobati lukanya.
"Duduk yang baik ya, Aku akan membersihkan luka ini terlebih dahulu," ucap wanita itu, sambil menuangkan cairan berwarna bening keatas kapas.
Lili mengangguk, dan meluruskan kakinya untuk mempermudah wanita itu mengobatinya.
Wanita itu pun mengelap luka Lili secara perlahan. "Awss..." ringis Lili kesakitan.
"Sebentar ya, ini sedikit lagi kok." wanita itu berucap dengan lembut.
Memang benar yang dikatakan oleh wanita itu, tak perlu menunggu lama, Luka di kaki Lili pun, sudah selesai di obati dan di bersihkan.
"Terima kasih," ucap Lili.
"Sama-sama," jawab wanita itu sambil tersenyum manis.
"Namamu siapa?" Lili bertanya dengan tatapan polosnya.
"Aku Arini, ibu dari dua anak!" kata wanita yang ternyata bernama Arini itu.
"Wahh ibu baik sekali ya!" puji Lili sambil mengangkat kedua jempolnya.
Arini terkekeh geli, melihat tingkah lucu Lili. Kini ekspresi Lili seolah tadi tidak terjadi apa-apa. Wajahnya ceria seperti tak ada rasa sakit.
"Kamu sedang menunggu siapa?" tanya Arini yang mengikuti arah pandangsakit, sembari membereskan peralatan obat tadi.
"Aku menunggu Kakek, semoga saja ia segera lewat di sekitar sini," kata Lili yang kini tatapan mulai fokus pada jalanan.
"Mau aku bantu?" Arini menawarkan bantuan.
Lili mengangguk, "Hari sudah mulai siang. Aku merasa sedikit takut jika belum menemukan Kakek," ujar Lili.
Arini mengangguk paham. "Kakek Lili yang mengendarai kereta kuda ya? Yang tadi Lili ceritakan?" Arini memastikan terlebih dahulu sebelum ia membantu Lili mencari Kakeknya.
Lili pun mengangguk.
"Baiklah, mari kita kesana. Aku rasa tadi aku melihatnya di sekitar sana, disaat aku pergi mengambil obat," Arini menunjuk jalan yang ia rasa tadi sempat melihat William lewat.
Lili segera berdiri, tiba-tiba saja Arini teringat bahwa Lili baru saja terjatuh.
"Eh, maaf aku lupa! Apa kaki Lili sudah bisa di bawa berjalan ke sana? Disana cukup jauh," kata Arini bertanya.
Lili mengangguk,"Tenang saja, ayo! Segera ke sana. Lili takut nanti Kakek terlanjur pergi lagi!" Dengan rasa penuh semangat Lili malah berlari mendahului Arini.
"Tunggu!" teriak Arini yang terkejut saat melihat Lili yang sudah berada di depannya.
🐑🐑🐑🐑🐑
Yahuuuuuu dikit lagi nihhh! Bakal di pindahnya😗
Ga jadi nunggu support votmen nya, soalnya biar cepet pindah aja deh👌
Jangan lupa bantu Cae support votmen yaa guuuuyyyss
Tengkyuuuuu😌😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Lili
Teen FictionKeluarga yang utuh, orangtua yang jelas. Adalah impian dari gadis bernama Lili. hidup dengan alur cerita yang terlalu berkelok, membuat Lili ingin menyerah dari kehidupan dunia. Dibuang oleh sang Ayah, di beli oleh kakek tua yang entah berantah asal...