Askary

9 6 0
                                    


| Let's Read |


"Maaf, cari siapa?."

Belova buru-buru membalikkan badannya dan menatap perempuan paruh baya yang mungkin seumuran dengan mamanya.

"Maaf tante. Saya mau tanya, apa benar ini rumah Askary?." tanya Belova dengan sopan.

Perempuan tersebut menatap Belova dari atas sampai bawah. Ia melihat perempuan didepannya mungkin baru bangun tidur terus mandi cepat tidak sadar handuk masih ada dikepalanya.

"Tan?." panggil Belova lagi karena orang didepannya menatapnya saja.

"Ah iya.. kamu cari Askary?." dan diangguki oleh Belova.

"Saya mamanya Askary." ucap perempuan tersebut sambil membuka pagar rumahnya.

Belova pun melotot kaget mendengar ucapan orang didepannya yang ternyata mama Askary. Pantas saja mukanya rada mirip, ternyata mamanya.

Buru-buru Belova mencium tangan mama Askary yang menganggur.

"Maaf tan, tadi saya ngga sopan."

"Eh.. gapapa. Ayo masuk dulu, biar tante panggil Aska dulu ya."

"Itu tan, gau──"

Terlambat mama Askary sudah melenggang kedalam rumah.

"Yaelah ketemu dia dong gue?."  

Ditempat lain. Seorang pemuda yang tengah membersihkan kandang kucing pun dikagetkan oleh tepukan bahu sang mama.

"Mas."

"Kenapa ma?." tanya sang anak yang tak lain adalah Askary Mahatma Mahendra.

"Udah selesai belanjanya?."  yang diangguki sang mama

Menghampiri sang mama dengan menggendong kucing kesayangan Afkar selaku adik lelakinya yang masih kelas 9 SMP.

"Mas punya pacar ya?." tanya mama sambil menuang teh seduhan dicangkir putih.

Askary yang sedang mencium wajah pesek Maemunah pun dibuat mengkerut alis. Pacar? sejak kapan dia ada pacar?.

"Mama ngomong apasih. Aku ngga punya pacar ma."

"Kalo punya pun udah aku kenalin ke mama papa."

Ariane yang mendengar ucapan sang anak pun terdiam, ada benarnya juga. Jika anaknya mempunyai pacar pasti akan mengenalkan nya kepada keluarga.

Singkat cerita. Dulu Askary pernah menyukai teman lesnya sendiri, dan pada saat itu Askary masih duduk di bangku SD kelas 5. Itu sangat terbilang muda untuk anak seusianya mengenal arti cinta. Tapi sayang, crushnya itu tidak menyukai Askary malah menyukai temannya sendiri. Sadboy sejak dini.

Melamunkan sesuatu sampai ia lupa jika teh tersebut sudah lumayan dingin.

"Mama buat teh buat siapa?."

"Eh." kaget Ariane

"Ma, jangan melamun ah." nasehat Askary tapi sendirinya doyan melamun.

"Oh iya, mama lupa. Di ruang tamu ada temen kamu."

'Temen?'

"Siapa ma?."

Perasaan teman-temanya tidak ada yang mengatakan untuk bermain kerumahnya. Apa mungkin teman, Afkar?.

"Mama lupa nanya. Udah cepet temuin, ini sekalian." ucap sang mama sambil memberikan teh tersebut kepada Askary.

Askary berjalan keruang tamu sambil membawa teh diikuti oleh Maemunah dibelakangnya.

Saat sudah sampai ia dikagetkan oleh kedatangan Belova yang tengah duduk sambil memangku tempat makan mahal milik ibu-ibu jaman sekarang 'tupperware'.

"Bel?." panggil Askary dengan menaruh cangkir teh dihadapan Belova.

"Ah iya, nih buat lo." sambil menyerahkan Tupperware berisi salad buah tersebut.

Melihat keterbingungan Askary, Belova mau tidak mau harus menjelaskan maksud kedatangannya kerumah Askary.

"Itu dari kanjeng."

"M─maksud gue, itu dari nyokap gue. Jangan lupa lo makan, soalnya dia bikin sendiri khusus buat lo." ucap Belova sambil berdiri.

Askary menerima Tupperware tersebut. Ia menatap Belova lalu tatapannya beralih kearah atas kepala Belova yang terdapat handuk.

"Lo tau rumah gue?."

"Ngga. Gue dikasih tau Bevaro."

"Oh.. oke, bilangin ke tante Ririn makasih banget." ucap Askary.

"Gue balik dulu. Nyokap lo mana?."

Askary pun menoleh kebelakang untuk melihat.

"Bentar gue panggilin."

Tak berapa lama mama Askary datang sambil menyerahkan Tupperware milik Belova tersebut. Tapi anehnya Tupperware tersebut masih berat yang berarti isinya masih ada.

"Aduh.. kenapa cuma sebentar? maaf ya tante lagi masak, jadi ngga bisa nemenin kamu ngobrol." ucap Ariane merasa tidak enak.

"Gapapa tante, Belova cuma sebentar kok kesini. Yaudah Belova pamit pulang dulu." pamitnya.

"Mau pulang ya? mas.. anterin Belova pulang sana, kasian tadi jalan loh kesini."

Menyipitkan mata sambil menggigit gigi karena merasa gimana gitu. Belova jadi malas jika seperti ini. Ngapain pake dianter segala coba?.

"Eh.. nggausah tan, Belova bisa pulang sendiri kok. Kan deket juga rumah kita." tolaknya halus.

"Udah kamu dianter sama Askary aja ya.. biar irit tenaga. Udah mas sana anterin." yang diangguki langsung oleh Askary.

Percuma sia-sia ia menolak, tapi tak apalah dari pada ngga sama sekali.

"Belova pamit ya tan. Assalamualaikum." saat mencium tangan mama Askary ia dibuat meringis malu double power.

Bagaimana tidak saat mencium tangan ibu dari Askary tersebut, handuknya jatuh mengenai tangan mama Askary. Ia lupa jika masih menggunakan handuk. Aneh bukan? begitulah Belova, berotak lemot, tukang marah, gampang ngelag, pelupa dan lain sebagainya.

Mama Askary yang melihatpun tertawa dibuatnya. Ada-ada saja tingkah anak muda jaman sekarang.

   -🍀-

Jangan lupa vote dan komen, thankyou.

Belove first AskaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang