Senyum Tayari cerah, secerah matahari pagi ini yang menyorot dengan anggun di ufuk timur. Itu yang ada di pikiran Sandy.
"Ayo buruan!" ajak Tayari saat Sandy terlalu lambat berjalan di belakangnya. Gadis itu segera menarik tangan Sandy. Repot nanti jika mereka hilang.
Pagi ini Sandy menemani Tayari pergi ke pasar. sambil menyelam minum air, sambil membantu orang tua sekalian kencan. Sederhananya begitu. Dia segera mempercepat jalannya dan membiarkan Tayari menuntunnya di depan. Satu tangannya berisi tote bag penuh sayuran.
Gadis itu terlihat sudah terbiasa menyibak ramainya ibu-ibu yang sedang tawar menawar dengan pedagang. Sejauh ini, Tayari juga sepertinya hapal jalanan mana yang sepi dan nyaman untuk dilalui dan jalan yang sering ramai. Sebaliknya, Sandy hanya mengekor persis seperti tukang angkut sambil menoleh kanan kiri.
"Ini mau kemana?" tanya Sandy saat mereka masuk ke daerah pasar yang lain.
Tayari menelengkan kepala ke belakang. "Ambil pesanan ayam," jawabnya singkat. Dia membawa Sandy ke sisi ujung pasar dengan bangunan yang sedikit tertutup dan berdinding keramik putih. Ini area khusus daging dan ikan.
Dengan cekatan gadis itu mengambil dompet yang sedari tadi diapitnya kemudian mengeluarkan uang pecahan seratus. "Tulangnya udah dipisah, kan, Bu?" tanyanya. "Soalnya kemarin kelupaan, tuh. Bunda saya jadi agak repot."
"Yah, Neng, kemarin ramai jadi nggak sempat. Salamin maaf ke bunda, ya," balas si pedagang ayam sembari menyodorkan kantung plastic pada Tayari.
Tayari mengangguk seadanya. Dia tidak berniat untuk marah-marah juga, hanya basa basi daripada tidak ada topik. "Makasih, ya, Bu."
"Taruh sini," ucap Sandy yang peka sembari membuka tote bag-nya.
Gadis di hadapannya tersenyum. "Thank you."
Mereka keluar melewati jalan lain. Tujuan Tayari kali ini adalah gerobak soto di sebelah pintu masuk, warung sarapan langganannya.
"Soto di sini dijamin enak. Pokoknya lidahku nggak bisa diragukan," ucap Tayari begitu mereka berdua duduk di salah satu bangku.
Sandy yang duduk di seberang Tayari hanya terkekeh. "Oh ya?" tanggapnya. Dia duduk sembari berpangku tangan dan menatap wajah Tayari lekat.
Gadis itu mengangguk antusias.
"Kalau ke pasar bawaannya memang seberat itu?" tanya Sandy sembari melirik tote bag di sampingnya.
"Iya. Makanya bawa tas kain, biar nggak jebol dan bisa sekali angkut," balas Tayari. Senyum gadis itu segera merekah saat minuman mereka datang lebih dulu. Akhirnya, ada yang bisa menyegarkan tenggorokannya. Dia bergumam lirih, lalu segera menyeruput es teh manisnya.
"Haus banget, ya?" tanya Sandy yang juga ikut mencicipi es tehnya.
Tayari mengangguk. "Tadi lupa bawa minum."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓
RomanceTolong berhenti sejenak saat aku berlari agar kita sungguh-sungguh bertemu. ---- Special Story Diikutkan dalam event Author Got Talent 2022 Teenlit and Romance 2022 With Love, © Nyss