Hal memalukan yang pernah Tayari lakukan semasa sekolah adalah terpeleset di kantin sekolah karena tumpahan kuah baksonya Sita. Kemudian Gilang, teman sekelas yang menyukainya, datang dan menolong. Sorakan dan suitan menggema seisi kantin. Nasibnya sudah mirip alur cerita drama Korea yang sering dia tonton. Jika di drama Korea, kejadian itu terlihat romantis dan membuat Tayari bersemu saat menonton. Tapi jika dirinya sendiri yang mengalami, rasanya ingin mengubur diri hidup-hidup di lading kompos sekolah agar tidak ditemukan siapapun.
Kemudian hari ini, kejadian serupa terulang lagi. Kejadiannya di lapangan basket dan pangeran kesiangannya bukan Gilang tapi Sandy.
Sudah sejak tadi Tayari sadar tapi gadis itu masih tetap menutup matanya rapat-rapat karena malu. Dari kasak kusuk yang didengarnya, Sandy masih ada di sana, di ruang UKS tempat dia berbaring sekarang. Sebelumnya dia masih mendengar suara Sita sedang mengeluh dan mencibir dirinya yang pingsan. Teman macam apa itu? Kemudian gadis itu sempat berbicara dengan Sandy dan meninggalkannya. Seharusnya Sita di sini dulu agar bisa membawanya pergi bersembunyi. Selain itu, alasan mengapa Tayari enggan membuka mata karena pening di kepalanya masih berdenyut-denyut. Tulang tengkorak di bawah matanya terasa kaku dan sakit saat dia ingin membuka mata.
Duh, Gebra, untung sudah tidak masa orientasi. Jika iya, sudah Tayari pastikan laki-laki itu akan dihukum mencabuti seluruh rumput di lapangan sepak bola sampai gersang.
Tayari ingin membuka mata saat merasakan tangannya disentuh oleh Sandy. Namun dia segera mengurungkan niatnya saat mendengar suara lain di sekitarnya.
"Sandy!" panggil suara itu. "Lo mau sampai kapan di situ? Pelajaran matematika udah mau mulai dan pasti bentar lagi Bu Beta bakal masuk kelas."
Jika Tayari tidak salah mengira, itu jelas suara Akhina. Benarkah?
"Ya udah, lo masuk kelas aja, Na," balas Sandy.
"Terus lo gimana?" Suara Akhina naik satu oktaf. "Kenapa lo masih di sini? Lagian bukan lo juga yang salah. Seharusnya yang ngerasa bersalah itu Gebra."
Sandy mendengkus. "Kalau lo khawatir sama jam pelajaran lebih baik lo ke kelas sekarang daripada mikirin gue."
"Apa sih yang lo suka dari Tayari?" Akhina masih belum menyerah dengan egonya.
Tangan Sandy menjauh dari Tayari dan menatap gadis yang berdiri di ambang pintu. "Bukan urusan lo."
"Cewek yang semena-mena kaya dia, nyebelin dan sering ngerjain orang lain. Mana sih kelebihan dia?" cecar Akhina.
"At least dia nggak kaya lo yang egois sama perasaan lo sendiri," tindas Sandy.
Pernyataan itu menohok bagi Akhina. "Dia juga nggak lebih baik dari gue."
"Dia baik di mata gue."
"Ternyata lo buta, Sandy." Akhina melangkah mundur dari pintu. "Dan catatan buat lo, gue akan balas apa yang dilakuin Tayari ke gue saat MOS. Gue juga butuh keadilan." Gadis itu berbalik dan pergi meninggalkan ruang UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓
RomansaTolong berhenti sejenak saat aku berlari agar kita sungguh-sungguh bertemu. ---- Special Story Diikutkan dalam event Author Got Talent 2022 Teenlit and Romance 2022 With Love, © Nyss