"Ri, kamu kenapa?" tanya Swasti saat melihat Tayari pulang lebih awal dan menyambangi kedai. Dia baru saja mendapat telepon dari pihak sekolah jika Tayari mendapat hukuman karena hampir mencelakai temannya sendiri. Meski begitu, Swati yakin Tayari punya alasan untuk itu.
Tayari belum ingin menjawab. Gadis itu berjalan ke ruang ganti, meletakkan tas di atas meja, lalu duduk melipat kaki.
"Loh, Ri? Pulang sekolah cepet kamu?" tanya salah satu pegawai ibunya.
"Ujian kamu?" tanya pegawai yang lain saat melihat Tayari sudah ada di kedai jam segini.
Swasti mengikuti Tayari. "Mau makan dulu? Ini kan udah jam makan siang."
Gadis itu mengangguk.
Swasti masuk ke dapur dan kembali dengan sepiring nasi berlauk udang bumbu. Wanita itu mengambil duduk di samping Tayari. "Nik! Tolong buatin jus buat Tayari sama air putih, ya," pintanya pada sang pegawai.
"Bunda, suapin, ya," rengek Tayari sembari menahan ibunya untuk tidak pergi.
Swasti terkikik dan mengangguk. Anaknya ini kalau sedang dalam masalah pasti manjanya kambuh.
"Hoalah, Ri. Kamu itu udah perawan makan masih minta suap bundamu. Malu sama pacarmu," ucap Anik sembari meletakkan segelas jus di meja.
"Kok sampai pacar sih, Mbak?" gerutu Tayari.
"Udah!" selah Swasti meski sebenarnya juga terkekeh. "Ayo buka mulut dulu," ujar Swasti sembari menyodorkan sesendok nasi.
Tayari menurut saja. Gadis itu mengunyah makanannya dalam diam sembari memainkan sedotan di gelas jusnya.
"Tadi di sekolah kenapa?" tanya Swasti pada suapan kedua.
"Tayari dihukum karena mau mukul Adam pakai kursi," jawab gadis itu dengan tenang,
Dahi Swasti mengerut. "Adam? Temanmu ketua OSIS itu?"
Tayari mengangguk. "Tapi Tayari nggak mau minta maaf. Aku nggak salah kok, Bun," kilah Tayari. "Aku marah sama Adam karena sudah berbuat nggak baik."
Swasti kembali menyodorkan sesuap nasi untuk anaknya. "Nggak baik gimana?"
Gadis di hadapannya mengunyah makanan dalam diam. Dari ekspresinya, Swasti paham bahwa Tayari sedang memilih kata yang tepat untuk diungkapkan. Wanita itu tidak ingin mendesak. Lagipula, Tayari akan selalu menceritakan semua hal padanya meski tidak sekarang.
"Adam melecehkan adik kelas yang juga gabung ke OSIS di basecamp, saat nggak ada orang. Kebetulan Tayari masuk dan ngelihat Adam maksa cewek itu. Tayari kaget, Bunda." Mata Tayari berkaca-kaca dan makanannya menjadi sulit untuk ditelan.
Wajah Swasti seketika menegang. Dia mengambil segelas air dan memberikannya pada Tayari. "Teman kamu sekarang gimana? Dia lapor ke guru?"
Tayari menggeleng. "Dia pasti ketakutan dan malu kan, Bun? Pasti dia takut akan dipandang rendah sama teman-teman kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓
RomanceTolong berhenti sejenak saat aku berlari agar kita sungguh-sungguh bertemu. ---- Special Story Diikutkan dalam event Author Got Talent 2022 Teenlit and Romance 2022 With Love, © Nyss