Ruang kelas paling dekat dengan tangga terlihat bersih dan rapi daripada sebelumnya. Sudah tidak ada debu sedikit pun bahkan sudah bebas dari sarang laba-laba yang mengotori ventilasi jendela. Bangku-bangkunya ditata rapi dan lurus simetris. Tayari berjalan dan memeriksa ruang kelas berikutnya. Tidak lebih kotor dari kelas sebelumnya. Kemudian kelas sampingnya, lalu sampingnya dan sampingnya lagi dan Tayari berhenti di ruang kelas paling ujung.
Dia berdiam diri di ambang pintu sembari memandang ke arah laki-laki yang sedang berdiri di atas tumpukan meja dan kursi sedang mengusap kusen ventilasi dan membersihkan debu.
"Sandy!" panggilnya.
Laki-laki itu terkejut, hampir terhuyung. Dia berbalik dan membeku menatap Tayari ada di bawah sana berdiri dengan wajah pucat.
"Ya, kak?"
"Kamu boleh turun."
Sandy menatap bingung. Dia memeriksa pekerjaannya. Hanya sisa sedikit lagi. "Iya, sebentar lagi saya turun."
Dahi Tayari mengernyit. "Turun sekarang, hukumanmu udah selesai." Dia mengisyaratkan Sandy untuk menurutinya dengan gerakan kepala.
Mau tak mau Sandy turun, menata ulang meja yang dia pakai dan membersihkan sisa debu di seragam putihnya. Dia mengikuti Tayari keluar kelas dan mematung. Di bangku panjang depan kelas, Tayari duduk di sana dengan sebotol air dan sebungkus makanan. Gadis itu menyilangkan kaki dan menunjuk Sandy dengan dagunya.
"Duduk sini. Kamu belum makan siang, kan?" tanyanya. "Itu di makan dulu sebelum pulang."
Sandy mengerjapkan kedua matanya, bingung dan kehilangan kata-kata. Tapi sorot mata Tayari menyiratkan dia tak mau dibantah. Laki-laki itu duduk di samping Tayari dan mengambil botol minum. "Makasih, Kak."
Laki-laki itu makan dengan canggung. Nasinya jadi sulit ditelan bukan karena tidak enak, tapi karena Tayari ada di sampingnya duduk dengan tenang. Meski gadis itu tidak sedang melihatnya, tapi Sandy merasa tidak nyaman dengan artian yang berbeda.
Dalam kunyahannya, Sandy sesekali mencuri pandang pada Tayari. Rasanya aneh dan mustahil saat melihat Tayari yang seperti ini. Dia yang selalu memasang wajah judes dan sombong sekarang hanya menunjukkan wajah yang lelah. Ekspresi yang berbeda dengan Tayari yang Sandy temui malam itu. Biasanya Tayari akan berteriak, memerintah, mengeluarkan kalimat keramatnya pada siswa baru dan menjatuhkan hukuman untuk mereka yang tidak disiplin. Sandy sering mendengar keluhan dari teman-temannya, mengomentari Tayari mengerikan dan emosional. Dia juga mendengar gosip jika Tayari adalah tukang perundung di sekolah karena itu dia menjadi ketua penegak disiplin, dan gosip tidak menyenangkan lainnya. Tapi usai melihat sisi Tayari yang ini, rasanya gosip itu hanya omong kosong.
Tayari yang sekarang terlihat seperti seseorang yang ingin mengeluh dan lelah.
"Kak Tayari udah makan siang?" tanya Sandy memberanikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓
RomanceTolong berhenti sejenak saat aku berlari agar kita sungguh-sungguh bertemu. ---- Special Story Diikutkan dalam event Author Got Talent 2022 Teenlit and Romance 2022 With Love, © Nyss