Chapter 1.

2.4K 95 6
                                    

Bern, Swiss.

"Wihh gila keren banget suasananya." Gumam Soleh kagum dengan keindahan ibu kota Swiss.

"Iya lah keren, disini mana ada sampah sembarangan. Lu kira di Indo?" Aldo menoyor kepala Soleh.

"Bukan sampah doang sih, tapi emangg bagus banget wehweh bangun classic gini semua." Ucap soleh dengan nata berbinar.

Pemandangan dari langit sebelum Gracio cs mendarat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan dari langit sebelum Gracio cs mendarat. Sesaat setelah mereka sampai di lapangan udara, begitu banyak pria menggunakan jas hitam berbaris rapih menyambut mereka.

"Welcome to Bern!" Ucap seorang pria yang sudah cukup berumur.

"Uncle Ben! I'm glad to see you!" Gracio berlari memeluk pamannya yang bernama lengkap Ben Reindhaard Harlan.

"Hey ponakan uncle sudah besar." Ucap pamannya sambil membalas pelukan Gracio.

"Uncle, perkenalkan mereka sahabatku, aku ingin mereka menjadi anggotaku nanti." Ucap Gracio sambil mempersilahkan teman temannya berkenalan.

"Saya Mario Genoveva." Ucap Mario.

"Saya Soleh Solihin. " Ucap Soleh.

"Saya Aldo Panjtoro." Ucao Aldo.

"Yang terakhir pasti Dheo?" Tebak paman Ben sebelum Dheo berbicara.

Mereka semua terkejut tak terkecuali Gracio. "Uncle tau Dheo?" Tanya Gracio.

Paman Ben hanya tersenyum dan menjulurkan tangannya pada Dheo. "Suatu kehormatan bisa di datangi oleh keluarga Alkatiri." Ucap Paman Ben.

Dheo sendiri terkejut mendengar marganys yang selalu ia sembunyikan malah disebutkan dengan lantangnya oleh orang yang baru dikenalnya.

Dheo pun menjabat tangan paman Ben. "Benar, saya Dheo Raven Alkatiri. Saya sangat terkejut mendengar marga saya disebutkan padahal gak ada yang tau bahkan teman teman saya." Ucap Dheo.

"Hahahaha, sebenarnya saya sudah mengetahui tentang kalian semua sudah lama, mungkin semenjak kalian tau kalau keluarga Gracio itu Mafia?" Ucap paman Ben mengira ngira.

"Tenang saja, Aku tidak akan membunuhmu karna kamu sahabat dari keponakanku yang ku sayang ini." Lanjutnya sambil menepuk kepala Dheo pelan.

"Tunggu tunggu. Ehh sebentar, kenapa uncle bisa tau marganya Dheo, bahkan aku sendiri gak tau." Protes Gracio.

"Akan kujelaskan nanti. Ayo sekarang kita ke markas terlebih dahulu. Aku tau kalian lelah." Paman Gracio langsung bergerak mengajak merek semua ke markasnya yang terletak dibawah Menara Gereja.


Saat memasuki menara, mereka semua turun lewat pintuh bawah tanah yang tersembunyi.

Sepanjang jalan banyak sekali pria mengenakan jas hitam yang membungkuk memberi hormat kepada mereka. Mereka semua diantarkan ke kamar mereka masing masing.

Precious PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang