[5] Kebingungan

2.1K 297 46
                                    

"Dia bukan Sangah-ssi yang kukenal," Kim Dokja bergumam pada dirinya sendiri. "Semua insiden ini tidak ada sangkut pautnya dengan Putra Mahkota," Kim Dokja menjawab setelah beberapa saat berpikir.

Yoo Sangah tidak mengalihkan pandangannya dari Kim Dokja, "Kalau begitu dari mana Anda tahu nama saya?"

______________chapter5________________

Keduanya saling memandang satu sama lain. "Wajahmu mengingatkanku pada seseorang," Kim Dokja menjawab.

Kecanggungan yang menyelimuti kedua orang itu membuat suasana tak nyaman.

Dua hari sebelumnya, di tempat Lee Gilyoung dan seorang gadis bernama Mia.

"Hey bocah! Apa kau sudah merasa lelah?" tanya Mia pada Lee Gilyoung yang kini berada tidak jauh darinya.

"Heh, khawatirkan dirimu sendiri Mia! Tanganmu sudah bergetar!" jawab Lee Gilyoung, gadis yang di katai seperti itu mengalihkan pandangannya ke arah Lee Gilyoung sambil menebas pria yang jauh lebih besar darinya.

"Kita lihat siapa yang akan jatuh ke tanah lebih dulu!" Mia menyeringai.

Suara teriakan terdengar dimana-mana, segerombolan pria berbadan besar tergeletak jatuh tak berdaya. Dua anak kecil yang kini menebaskan pedangnya dengan membabi buta ke orang-orang yang mencoba mendekati mereka.

Bau darah segar menyelimuti kawasan tersebut, membuat indra penciuman menjadi kaku, seolah-olah orang-orang itu mendapat bala bantuan yang entah datang dari mana. Kembali membuat dua anak tersebut merasa terpojok, di karenakan kalah jumlah dan energi yang kian menipis membuat keduanya saling membelakangi, saling menjaga satu sama lain.

"Hah...hah.. kapan oppa-mu itu datang?" Lee Gilyoung bertanya dengan nafas yang tak teratur, sang lawan bicara tak menjawab dan hanya mengeratkan genggamannya pada pedang yang sudah berlumuran darah itu.

"Oppa-ku pasti datang.." terdengar suara yang bergetar menjawab, "..Aku yakin.." suara yang memperdengarkan keyakinan dan keraguan atas satu kalimat akhir yang terucapkan. Walaupun Lee Gilyoung tidak melihat ekspresi seperti apa yang Mia tampilkan, tapi ia yakin saat ini gadis itu sedang menahan tangisnya.

"Jika kau sangat yakin," Lee Gilyoung menarik diri dan menebas pria yang ada di depannya. "MAKA KAU HARUS BERTAHAN SAMPAI OPPA-MU DATANG!"





Suara pedang yang saling mengikis satu sama lain terdengar hingga--

Bruk!!

Suara hantaman tanah terdengar, sudah jelas itu berasal dari kedua anak yang kini terjatuh ke tanah dengan keadaan lemah.

"Kalian boleh juga.. " ucap seorang pria yang kini berdiri di depan mereka.

"Kalian bisa bertahan hingga empat jam?" Pria itu melanjutkan, berjalan mendekat sambil tertawa, merasa telah menang melawan kedua monster kecil itu.

"Ya, walaupun begitu kalian tetaplah seorang anak kec-"seketika ucapannya terpotong, mendapati belati kecil hampir membelah pipi kanannya.

"Berhenti sampai di sana," suara dingin yang rendah terdengar menggema. "Sia--" belum sempat berbalik pria itu merasakan tubuhnya yang dengan cepat terbelah menjadi dua.

Tak ada suara, yang tersisa hanya keheningan pada tempat yang kini menjadi tempat pembantaian massal.Dari kejauhan terlihat seorang wanita berambut panjang dengan cahaya violet yang menyelimuti rambut hitam redupnya. Menampilkan wajah putih pucat dan sebagian sorot mata dark violet menyala tertutupi oleh bayangan hitam. Wanita itu menghilangkan aliran pedang mana.

Ia melihat di sekelilingnya dan hanya mendapati dua anak kecil yang memandangnya bingung. Ia mengalihkan pandangannya ke anak laki-laki berambut cokelat yang terduduk diam memaku.

[BL] Our different worlds become one [omniscient reader's viewpoint]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang