"Ada tawa yang hilang, ada senyuman yang punah. Ada harapan yang kian lama kian pudar, menua, dan pada akhirnya mati"
Tentang harap yang akan segera usai, melebur bersama waktu yang diam-diam menyembunyikan takdir.
Tentang Taehyung dan harapan nya..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lagi-lagi Namjoon harus terduduk dengan lemas diruang tunggu rumah sakit, pertahanan nya dibuat runtuh kembali setelah beberapa waktu lalu menemukan bagaimana keadaan anaknya yang tidak baik-baik saja.
Rasa takut terus menyelimuti hati, membuat akal sehatnya hilang seketika. Dirinya tidak bisa berpikir jernih, semua seakan berkelumit diotaknya.
Ting
Satu pesan masuk terdengar, menyadarkan segala lamunan yang melambung terlalu jauh. Diliriknya layar handphone itu, tertera nama yang hampir saja terlupakan dalam keadaan yang genting seperti ini.
Kakak
Yah, kakak kerumah sekarang. Jangan beri tahu adek dulu
Namjoon ingat, dirinya belum mengabari anak sulungnya itu tentang kondisi adiknya sekarang. Raut muka itu berubah, berusaha kembali pada kesadaran yang mengharuskan nya tetap waras dan kuat setidaknya dihadapan anaknya.
Namjoon mengetik cepat setiap kata dilayar sana, otaknya berpikir untuk menyusun kalimat yang tidak membuat anaknya itu panik. Namjoon tahu bagaimana sulungnya itu, apalagi berkaitan dengan keadaan adiknya.
Ayah
Ayah dirumah sakit kak, kakak susul kesini saja bisa?
Kakak
Adek kenapa? Sekarang bagaimana?
Ternyata sulungnya sudah hafal betul tentang situasi yang mengharuskannya ditempat itu, tak perlu bertanya akan siapa yang berada disana.
Ayah
Adek masih ditangani, kakak hati-hati dijalan. Jangan panik
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kini pandangan nya beralih pada pintu didepannya, masih tertutup rapat tanpa ada niatan untuk terbuka.
Waktu seakan lama berlalu, setiap detiknya seakan lambat untuk berjalan.
Harus tenang, itu selalu menjadi kalimat yang membuat Namjoon tetap sabar untuk menunggu.
Hingga tanpa sadar langkah seseorang mendekat menghampiri.
"Yah"
Namjoon menatap asal suara, pemuda dihadapannya masih terlihat terengah sehabis berlari.
"Bagaimana?"
"Kak.."
"Apa yang terjadi? Kenapa bisa masuk rumah sakit?"
"Tenanglah dulu, duduk" Tangan kekar itu membawa tubuh anaknya untuk duduk, memberi waktu untuk sedikit menghela nafas terengah itu.
"Yah!"
Jungkook, sulungnya itu sudah tidak sabar. Semua seakan berkecamuk menjadi bayangan yang menyeramkan baginya, rasa khawatir itu masih belum bisa hilang meskipun dirinya sudah berada ditempat yang dituju. Namun tujuan nya bukan untuk itu, melainkan orang yang didalam sana masih belum jelas keadaan nya.
"Oke, aku sudah lebih tenang. Tolong beritahu aku, adek kenapa?"
"Adek drop lagi, keadaan nya tidak seperti yang diperkirakan"
"Maksud ayah..?"
Namjoon menunduk, meremat jari jemari itu untuk menguatkan sesak yang menyeruak. Masih jelas dalam pandangannya bagaimana anak bungsunya itu kesakitan dalam dekapan dirinya.
"Ugghh.. sak-kitt.. hikss.. ahkhh.."
Tubuh itu menggeliat, mengerang sakit ketika debaran didadanya meronta-meronta. Wajah pucat miliknya memerah, menimbulkan urat-urat didahi itu menonjol keluar.
"Ay-yyah.. hiks.. sak-kithh.. akh! Hah.. hah.."
Buliran air mata itu terus keluar bercampur keringat dingin yang semakin mengucur bahkan seluruh tubuh itu basah bermandikan keringat.
Lengan bergetar itu meremas kuat pusat rasa sakitnya, sesekali menepuk keras dada yang tersentak itu jika tak terhalangi lengan kekar sang ayah.
Semakin kesini rasanya semakin menyakitkan, udara yang berkeliaran bebas itu tidak bisa dihirupnya. Semua seakan menjauh dan enggan memberinya sedikit saja jatah untuknya bernafas.
"Eunghh.. Hah.. hahh.. hahh.. hikss.. akhk!"
Semua benar-benar menyesakan, Namjoon merutuki diri yang tak bisa berbuat lebih untuk anaknya. Kalaupun bisa tak apa jika dia harus bertukar rasa sakit itu, Namjoon rela.
Kesakitan itu bukan untuk pertama kalinya dia lihat, bahkan hal semacam itu harusnya sudah biasa. Namun semua tidak semudah itu.
"Apa yang harus ayah lakukan, Kak?"
Tak ada sahutan, Jungkook hanya diam. Bukan tidak ingin tapi dirinya pun tidak tahu, bahkan kalau dia dapatkan jawaban itu lebih dulu dirinyalah orang yang pertama akan melakukan nya.
Cklekk
Suara itu membuat dua orang disana tersadar, menatap penuh harap pada seorang perawat diambang pintu sana.