"Hentikan!"Kebisingan diruangan itu terhenti ketika satu kalimat keluar menginterupsi, semua beranjak menjauh memberi ruang pada si pemilik kuasa.
Tidak ingin lagi anaknya merasa tersiksa, Namjoon sudah memutuskan meski berat untuk dia terima.
"Hentikan, biarkan dia pergi sekarang. Biarkan anak ku pergi dengan tenang sekarang.. hiks.."
Jahatkah dirinya menghentikan detak yang selama ini dipertahankannya?
Namjoon tidak ingin menyerah, namun takdir mengharuskannya berhenti. Apa yang dia usahakan sudah sampai pada batas waktu yang Tuhan tetapkan, dirinya tidak bisa mengelak.
Langkah gontai itu mendekati pembaringan putra bungsunya, senyum menyayat hati berhiaskan air mata turut menyertai.
Disana denyut itu masih teraba, perlahan semakin melambat detak si dadanya.
"Terima kasih, Nak. Sekarang adek boleh pergi, ayah sudah mengijinkan. Ayah ikhlas"
Kata itu mengalun lembut disamping telinga Taehyung, menuntun langkah baru pada keabadian.
"Ayah bangga, ayah bahagia bisa memiliki putra hebat seperti Taehyung. Taehyung ayah yang kuat, putra ayah tersayang"
Lengan kekar itu mengusap lembut dada telanjang itu, mencari detak yang bisa dia nikmati sesaat.
Kepala Namjoon sepenuhnya bersembunyi di ceruk leher putra bungsunya, menikmati bau tubuh yang akan selalu dia rindukan.
"Adek.. Ini kakak, kakak sudah mengijinkan adek untuk istirahat sekarang. Tidak apa, asalkan adek bahagia dan tidak kesakitan lagi. Maafkan kakak, yaa"
Bisikan itu kembali Taehyung dapatkan, di iringi kecupan hangat didahinya.
"Semoga kita bertemu kembali disana, tunggu kakak"
Jungkook ikut mendampingi, menggengam telapak tangan dingin itu dengan lembut. Menyalurkan kehangatan yang tidak seberapa, namun dirinya berharap sedikit menenangkan adiknya tercinta.
"Tidurlah, adek sudah lelah. Kakak dan ayah temani adek disini"
°°°
"Seojong, kita kemana sekarang? Kerumah mantan suami mu?"
"Tidak usah, kita ke rumah sakit saja langsung"
"Rumah sakit?"
"Hm, Taehyung sedang dirawat"
"Sejak kapan? Kau tidak memberi tahuku"
"Sudah cukup lama, aku lupa"
"Kau ini! Setenang itu, ibu macam apa?"
"Tidak perlu mencibirku seperti itu, kau tau sendiri bagaimana aku bukan?"
"Iya, kau keterlaluan"
"Terserahmu saja"
°°°
Rintik gerimis disore hari, dikala mentari mulai kembali bertemu senja yang menyendu.
Semburat kekuningan masih nampak jelas, tidak ada awan kelabu yang biasanya terjadi ketika hujan turun.
Harapan Taehyung telah sampai pada puncaknya, menikmati sisa waktu disamping orang tercinta.
Tidak ada yang sempurna, begitu dengan harapan yang Taehyung semogakan. Tuhan belum bisa mengabulkannya sekarang, masih butuh waktu jika Taehyung terus memohon.
"Tuhan, aku tidak lagi berharap bagaimana bunda menemui ku. Tapi, tetap jaga bunda untuk ku. Tolong selipkan rasa cintanya untuk ku sedikit saja, lalu biarkan bunda bahagia setelahnya".
Dirasa waktunya semakin dekat, suara bisikan-bisikan ditelinganya tidak lagi terdengar jelas.
Kkrkkhh...
Tarikan nafas berat itu membuat dadanya tersentak, suara mengik terputus-putus terdengar pelan.
Tes
Tes
Air matanya mengalir dari kedua belah sisi, melepas jiwa berpisah dengan raga.
"Terima kasih, Ayah.. kakak.."
"Bunda..."
Hhhhh...
Haahhhh....
Hembusan nafas terakhir Taehyung mengalun lembut, menyisakan sesak setelahnya bagi si pendengar.
Brakkk
°°°
Kebut alur nya 🤭
Gimana? Berasa kepaksa gak?
Terima kasih dukungan kalian semua di cerita ini, tungguin terus yaa.. bentar lagi goodbye..
See you 🥰
08/10/22
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE *lengkap*
Fiksi Penggemar"Ada tawa yang hilang, ada senyuman yang punah. Ada harapan yang kian lama kian pudar, menua, dan pada akhirnya mati" Tentang harap yang akan segera usai, melebur bersama waktu yang diam-diam menyembunyikan takdir. Tentang Taehyung dan harapan nya..