Ingatan demi ingatan menyeruak memenuhi pikiran. Lima tahun lamanya ingatan mengenai hari itu tidak pernah berhenti terulang mengalahkan ingatan ketika hutan Dartmoor dilahap api dengan ganas tiga ratus tahun yang lalu.
Tidak ada yang tahu bagaimana cara menghibur hatinya yang bak tertancap duri. Hatinya begitu kelam, dirundung lara yang tidak pernah sembuh.
Belahan jiwanya, mati mengenaskan di pelukannya. Mati dalam keheningan tanpa berucap salam perpisahan, hanya mata jernihnya yang menatap redup kepadanya. Kekecewaannya semakin besar ketika melihat mata jernih kekasihnya perlahan-lahan menutup.
Ingatan sialan, batinnya ketika terus mengingat semua itu hingga saat ini. Rasa teramat menyakitkan. Teramat menyakitkan hingga dia memutuskan untuk tidak pernah memakamkan kekasihnya, hanya menyimpannya pada peti kaca yang penuh akan mawar hitam. Peti kaca yang ia pandangi setiap harinya tanpa bosan. Berharap bahwa kekasihnya akan hidup kembali dan menemaninya sampai akhir hayat. Terlalu menyedihkan.
Terkadang amarah memuncak ketika melihat kekasihnya terbaring tanpa hembusan nafas. Amarah akan kepayahannya yang tidak bisa menyelamatkannya, dan amarah akan penyebab terjadinya semua ini. Mereka kaum sok suci yang telah berani membunuh kekasihnya, belahan jiwanya yang telah terikat oleh takdir.
Bagaimanapun ia berhak memberi pembalasan atas kematian kekasihnya bukan?
°°°
"Joseph! Carilah kayu ke hutan, kita sedang butuh banyak kayu untuk memanaskan diri di musim dingin seperti ini." Yang disuruh lantas menganggukkan kepalanya. Ia lalu mengambil dua buah apel lalu berjalan kaki menuju Hutan Dartmoor.
Sejujurnya banyak desas-desus bahwa hutan ini banyak makhluk buas. Banyak orang yang hilang pada hutan ini dan tidak pernah kembali. Hanya Joseph saja yang bisa kembali tanpa goresan sedikitpun. Banyak yang terheran ketika Joseph kembali dengan memikul banyak kayu, itu sebuah keajaiban.
Sejujurnya Joseph bukanlah pemberani, dia masih memiliki rasa takut tatkala menginjakkan kakinya di Hutan Dartmoor. Serigala liar dan ular banyak ia temui, tapi itu dulu. Semenjak dia memiliki 'teman' yang selalu menemaninya ketika mencari kayu secara aneh ancaman-ancaman seperti itu lenyap dan meninggalkan kesan damai Hutan Dartmoor. Tapi pemikiran aneh mengenai hal itu selalu Joseph tepis, karena mungkin temannya itu hafal Hutan Dartmoor dan jalan yang jarang dilalui oleh binatang buas bukan?
"Joseph!" Seorang laki-laki berambut pirang memanggilnya dari Pohon Ek. Lalu dia melompat turun dan menghampirinya yang tengah menatap kagum.
Bagaimana tidak kagum jika temanmu sendiri memiliki paras rupawan layaknya Pangeran Kerajaan? Oh dan lihat bisepnya yang terbentuk apik. Dia bahkan tak segan menggunakan baju tanpa lengan pada musim dingin untuk memamerkan otot indahnya.
"Sam ini apel yang aku dapat dari pasar. Sebagai permintaan maaf ku karena telah membuatmu menunggu lama." Joseph menyodorkan apel merah yang dia bawa. Apelnya terlihat segar dan menggugah selera, tapi tidak dengan Sam.
"Aku tidak makan makanan seperti ini huh? Tapi tidak apa-apa, akan ku pajang barang pemberianmu di rumahku seperti buah pir minggu lalu. Tidak ada yang berani menyentuhnya, bahkan ibuku mengatakan bahwa diriku aneh memajang buah-buahan." Sam menatap apel yang telah ia genggam kemudian mengusapnya perlahan dan memasukkannya kedalam kantong. Pemberian dari Joseph merupakan barang yang berharga.
"Maaf, aku hanya punya itu saja." Dengan raut sedih Joseph menunduk dan memainkan tangannya yang terbalut sarung tangan. Ia merasakan bahwa sosok di depannya ini tengah menepuk surai kelamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pixie Nixie [Chanmin] (On Hold)
FantasíaTags. Harsh word, Chanmin, Fairytale AU.