Felix bangun pagi pagi buta sebelum ayam berkokok. Sehabis bangun tidur Felix langsung meleset pergi ke arah kamar mandi untuk melakukan ritual pembersihan.
Karna terlalu bersemangat ingin melamar pekerjaan alhasil tadi malam Felix jadi susah tidur.
Selesai mandi Felix langsung berjalan kearah lemari pakaian, sekarang si pirang sedang mengacak-ngacak isi lemari pakaiannya dari setengah jam yang lalu.
Dia sedang mencari baju untuk nanti melamar kerja.
Felix sudah merancang rencana dari semalam, pokoknya sekarang dirinya harus pakai baju yang bagus dan layak agar diterima kerja, kalo sudah diterima pakai boxer pun jadi.
Felix menatap baju abu-abu favoritnya sewaktu di kampung dulu, bajunya baru dirinya pakai sekali. Itu juga disaat hari wisuda kakaknya.
Felix inget banget. Ini baju harganya mahal, Abahnya ngebeliin ini baju waktu dia berhasil memenangkan kompetisi seni di sma-nya dulu.
Felix senang bukan main, saking sukanya sama nih baju si pirang sampek sayang makeknya.
Selesai pakai baju Felix langsung melihat jam di dinding. Sudah jam 8 pagi, waktunya berangkat biar nanti gak keduluan orang lain.
Sebelum berangkat Felix menyempatkan untuk memanjatkan doa terlebih dahulu, agar dirinya diterima kerja disana demi keberlangsungan hidup.
Selesai berdoa Felix segera pergi melanglah keluar dari kamar kostnya "Let's go!" Serunya.
Felix berjalan dengan riang, sesekali si pirang bernyanyi mengikuti lagu yang keluar dari earphone yang tersumpal di telinganya.
Felix berhenti dan merenung di perempatan, dia bingung mau naik angkot atau jalan kaki.
"Kalau naik angkot pasti ngeluarin uang dua ribu." Duh Felix galau, si pirang berniat berjalan kaki karna jarak tokonya gak terlalu jauh, tapi pasti nanti penampilannya yang sudah dia tata sedemikian rupa akan berantakan.
"Aishh naik angkot aja lah." Ucapnya yakin.
•••
Felix mau menangis ajalah! waktu dipertengahan jalan tiba-tiba angkot yang dia naiki mogok, alhasil Felix dan para bocil yang baru mau berangkat sekolah harus mendorong angkotnya supaya mesinnya menyala lagi. Butuh waktu 10 menit, akhirnya Felix bisa bernafas lega saat menis angkotnya menyala lagi.
Felix turun dari angkot dan langsung berlari kencang menghampiri toko bunga di sebrang.
Felix menghela nafas lega saat melihat jika tokonya masih tutup. Loh dia kepagian ya? Gak papa deh itu berartikan dia orang pertama yang melamar kerja.
Felix langsung mendudukan bokongnya di kursi, matanya gak berhenti merhatiin beraneka ragam bunga yang berada di dalam toko.
"Cantik banget..kalo aku yang rangkai pasti bunganya langsung hancur." Felix sudah overthinking, dia gak ada keahlian apapun di bidang dekor bunga kayak begini.
Saat sedang asik mandangin bunga tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.
Felix kaget.
"Siapa? kenapa ada anak kecil di depan toko?" Lelaki didepannya menyeringit heran.
Mata Felix langsung berbinar binar cerah lantaran ada Mas-mas tampan yang berdiri di depannya.
Lelaki tampan itu merhatiin gaya pakaiannya Felix yang mirip bocil baru mandi. Hidungnya juga mencium wangi bedak bayi dan juga minyak telon.
Bajunya sih oke, tapi celananya..ya nggak piyama juga lah!
Sedari dulu Felix memang gak terlalu jago memilih outfit pakaian.
Felix speechless, dia berdiri dan menatap lelaki di depannya dengan tatapan lugu dan polos "Mas, toko bunga ini bukanya jam berapa ya?" Tanyanya.
Lelaki tampan di depannya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya "Sebentar lagi juga buka, kenapa memangnya?"
Felix tersenyum memamerkan deretan giginya "Aku mau melamar kerja disini."
Lelaki didepannya mengangguk angguk tanda mengerti "Oh, ayo masuk." Ajaknya.
Felix kebingungan disaat lelaki tampan berbibir tebal itu membuka pintu toko, loh..jangan bilang--
Felix langsung berlari dan mengekori lelaki tampan itu "Mas pekerja disini juga ya?" Tanya Felix.
Lalaki tampan itu hanga berdehem palan dan menyuruh si pirang agar duduk di kursi "Duduk aja dulu."
Felix mendudukan pantatnya di kursi pink dekat jendela "Mas, coba dong cerita cerita tentang bosnya, galak gak?"
"Pasti bosnya udah tua ya, Mas?" Tebak Felix.
Lelaki di depannya lagi lagi hanya berdehem pelan "Bosnya masih muda kok, umurnya masih dua puluh lima tahun."
"Wahh masih muda ya." Sahut Felix.
Felix ngembungin pipinya dan menglihkan tatapannya kearah bunga tulip di sebrang "Huft..pasti bosnya cerewet." Keluhnya.
Lelaki itu hanya memperhatikan gerak gerik Felix dari meja kasir, dan itu sukses membuat Felix gatal karna suasana disini diselimuti kecanggungan.
"Nama Mas siapa?" Akhirnya satu pertannyaan keluar dari bibir si pirang.
"Hwang Hyunjin, panggil Mas Hyun aja." Jawabnya sembari tersenyum ramah.
Jujur, Felix meleleh karna senyuman lelaki didepannya sangat berdamage untuk hati Felix yang mudah mencair.
"Uhmm..kalo umur Mas Hyun berapa?"
Hyunjin menopang dagunya menggunakan kedua tangan "Dua puluh lima tahun."
Felix tersentak kaget, matanya langsung terpaku menatap Hyunjin yang sedang tersenyum bak setan di meja kasir.
"L-loh..jangan jangan Mas Hyun--"
"Yap, pemilik toko bunga ini ada di depan mata kamu." Potong Hyunjin.
Pliss, Felix mau matik aja lah, karna tadi udah sempat mengira jika bosnya cerewet dan tua.
[ TBC ]
••
Note : Mungkin book ini bakalan slow update karna aku mau nabung chapter dulu :"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rn.Flower's shop [Hyunlix] ✔
Teen Fiction━━ - - Hyunlix 🕊 : ꒰ sebuah kisah dari Rangkaian Nama ꒱ ── Pemilik toko bunga tampan & pegawai cantiknya. •• ➜. [bxb] ➜. 20-08-22 ➜. ©sweetlixe