3. Mencoba Memulai...

18 1 0
                                    

"Ok, anak-anak tugas wawancaranya dikumpulkan besok, jangan ada alasan apapun lagi! " Seru Bu Dian, yang juga merupakan guru bahasa Indonesia.

Mima membanting kepalanya kemeja, Putra tertegun dan kembali memasang wajah cueknya.

"Kenapa sih lo gak pindah aja tempat duduknya? " Bisik Mima sambil memutar kepalanya yang masih diatas meja sambil menatap Putra tajam. Putra mendehem, tak tahu harus bicara apa. Karena baginya cukup Mima yang membuatnya tidak nyaman, malas menambah beban dengan celotehan teman yang mungkin lebih rewel dari Mima. Terbukti, dengan Eros dan Randi yang kini selalu membuntutinya. Ditambah Ridho yang juga ikut-ikutan sok akrab, membuat Putra lagi-lagi malas untuk berkomunikasi lebih jauh.

"Terus, tugas kita gimana? Orang gue aja masih ngerasa ngomong sama tembok kalo sama lo. Gue harus nanya apa? Kayanya hidup lo gak menarik buat ditanya-tanya" Lanjut Mima sambil memutar kepalanya membelakangi Putra. Putra tak bergeming, meski sudut bibirnya sedikit melengkung, rasanya ingin tersenyum namun ada penolakan dalam dirinya.

Bell panjangpun berbunyi, tanda pulang sekolah telah tiba. Putra beranjak, namun belum saja melangkah, Mima menarik tangannya.

"Kita pulang bareng! " Pintanya. Putra mengangkat kedua alisnya, seolah bertanya ngapain dah!

"Jangan geer! Gue cuman mau beresin tugas kita!" Mima meraih tasnya dan menggendongnya, tanpa jawaban apapun, Putra mendahului Mima. Mima menarik nafas kasar sambil memejamkan mata. "Tuhan!!! Hari ini aja kasih aku cadangan sabar... " Serunya. Lesty dan Keren tertawa dibelakangnya.

"Semangat mimawww!!! " Seru mereka.

"Jagain calon pacar gue! " Ledek Keren. Mima memeletkan lidahnya dan berlari menyusul Putra. Langkah cepat Putra akhirnya bisa ia susul.

"Pelan-pelan dong, Put! " Rengek Mima. Putra lagi-lagi tak bergeming. "Aduhhhh!!! " Mima jongkok dan memejamkan mata. Putra terhenti dan menoleh. "Gue lagi hari pertama nih... Sakit banget! " Sambil menekan perutnya.

Putra terdiam, dengan ekspresi yang sama ia menghampiri Mima.

Nah, kena kan lo!  Batin Mima berseru.

Putra meraih tangan Mima, nyaris saja Mima kaget, namun ternyata Putra bukan meraih jemarinya melainkan mengambil tas laptop Mima dan totebag berisi buku-buku. Putra kembali berdiri dan berjalan pelan. Tangan Mima yang tadi terulur, kembali terlipat diatas perutnya.

Robot emang! Asli, dia robot no debat! Gerutu Mima dalam hati. Mima kembali menyusul Putra dan menyamakan langkahnya.

"Kita ke kafe dulu kali ya, Put! Kita beresin dulu tugasnya. " Mima mencoba memulai percakapan ketika mereka sudah sampai di dekat gerbang.  Namun, Putra malah berjalan menuju minimarket.

"Lha, mau apa ke minimarket? Ih, gue sakit perut tau!!! Lo malah bawa jalan kesana-kesini! " Rengek Mima. Putra lagi-lagi tak menggubris Mima dan masuk kedalam minimarket. Mima yang kesal berdiri menunggu Putra sambil menginjak-nginjakan sebelah kakinya ke lantai. "Ngapain dah gue ngikutin dia! Mau-maunya banget gue nungguin tuh Robot android jajan... " Gerutu Mima.

Tak sampai 1 menit, Putra kembali keluar, tiba-tiba memberikan sebotol obat datang bulan di hadapan wajah Mima yang masih merenggut. Seketika Mima terbelalak dan terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Putra kembali mendorong minuman itu hingga menempel di hidung Mima. Lamunan Mima terhenti, segera ia mengambil botol itu.

"Thank's" Mima pelan. Putra mengangguk dan kembali berjalan. "Jadi, kita mau kemana? " Tanya Mima.

"Bukannya mau ke kafe? " Tanya Putra. Suara Putra terdengar merdu saat itu, membuat Mima salah tingkah. Seketika ia mengangguk. "Rumah lo dimana? "

MASA SEKOLAH (Jati Diri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang