Bab 10

3.2K 599 29
                                    

Kisah lengkap bisa didapatkan di Playstore dan Karyakarsa ya.

Search keyword: carmenlabohemian boss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Search keyword: carmenlabohemian boss

Di Karyakarsa

Di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Enjoy

Luv,
Carmen

________________________________________

Maxton membimbingnya turun dan menuju mobil pria itu, Rolls Royce Phantom putih keluaran terbaru. Sopir pria itu sudah menunggu di samping pintu mobil yang terbuka dan Maxton layaknya gentleman sejati yang membantu Sabrina masuk ke mobil, dia meraih siku Sabrina pelan dan membantunya masuk. Lalu pria itu berputar untuk masuk melalui sisi pintu yang lain. Sementara itu, Sabrina sibuk menenangkan detak jantungnya dan mencoba untuk menikmati momen ini saja.

Pikirkan ini saja, Sabrina. Kapan lagi kau bisa duduk di belakang mobil Rolls Royce yang mewah dan lega, cukup rekam momen ini saja dan abaikan pria tampan menarik di sampingmu. Anyway, kau sudah melihatnya hampir sepanjang waktu. 

Tapi melihat Maxton di tempat kerja berbeda dengan melihat Maxton yang sekarang. Auranya saja berbeda. Suasananya berbeda. Mereka akan pergi ke acara charity dinner bersama, Sabrina ada di sini sebagai pendamping pria itu, posisi yang biasa diisi oleh teman kencan Maxton, jadi tentu saja, keseluruhan atmosfernya berbeda. Maxton dalam balutan tuxedo hitam mewah, ia dalam balutan gaun rancangan desainer yang mahal, everything is different, it's out of the routine, wajar saja jika Sabrina tidak bisa bersikap seperti biasa. 
 
"Sampanye?" tanya Maxton dari sampingnya, meraih salah satu gelas sementara mobil itu bergerak begitu mulus hingga tak terasa. 

Sabrina langsung menggeleng. "Tidak, terima kasih. It's still too early for me," jelas Sabrina gugup. Ia tidak mau berakhir mabuk sebelum memulai malamnya. 

Maxton hanya tersenyum lalu menuangkan segelas sampanye untuk dirinya sendiri. Sementara Sabrina masih berkutat dengan dirinya sendiri, berusaha memberitahu dirinya sendiri untuk tak terlalu gugup dan bersikap profesional seperti biasa. Tapi ia tak berani menoleh untuk menatap Maxton walaupun ia bisa merasakan tatapan pria itu yang terarah padanya. Mereka hampir tidak berbicara sepanjang perjalanan tapi Sabrina sangat sadar kalau Maxton kerap menatapnya. 

Ketika mobil itu berhenti, Maxton menunggu sampai sopirnya membukakan pintu, ia lalu keluar dan berputar untuk membukakan pintu mobil bagi Sabrina. Pria itu lalu membungkuk dan menjulurkan tangan untuk membantu Sabrina keluar. Tapi saat Sabrina keluar dari mobil itu dan baru saja menegakkan diri, ia dikejutkan dengan ratusan kilat cahaya kamera yang nyaris membutakannya. Sampai-sampai Sabrina kehilangan keseimbangan, hak sepatu tingginya tergelincir pelan dan ia nyaris jatuh. 

Oh Tuhan! Jantungnya terasa mencelos. 

Untung saja Maxton dengan sigap meraih pinggangnya dan menarik Sabrina ke arahnya. Lalu pria itu menunduk untuk menatapnya, bertanya penuh khawatir dengan nada serak. "Apa kau baik-baik saja?"

Sabrina mengangguk, tak sanggup menjawab. Tubuhnya yang kaku tak mampu bergerak. Apa ini? Apa... apakah Maxton terangsang... karena Sabrina? Ia berharap ia salah, tapi Sabrina bisa merasakan bukti gairah pria itu yang menempel padanya. Memang tidak kentara, tapi Sabrina tahu kalau ia tak mungkin salah, Maxton memang terangsang. 

Sejenak, ia tidak sadar akan sekelilingnya. Lalu telinganya mulai menangkap suara-suara para reporter yang melemparkan pertanyaan pada Maxton, rata-rata bertanya tentang siapa dirinya. 

Maxton mengabaikan pertanyaan-pertanyaan itu, hanya tersenyum pada mereka sambil membimbing Sabrina masuk ke dalam gedung bertingkat dua tersebut. Lengannya di sekeliling pinggang Sabrina dan membuat Sabrina semakin susah bernapas. Ia juga merasakan wajahnya memanas. Sungguh memalukan karena ia tadi hampir terjatuh. Apa mereka mengambil fotonya tepat di momen tersebut? Belum lagi dengan tatapan yang diberikan Maxton, kenapa pria itu harus melihatnya dengan cara yang membuat perut Sabrina jumpalitan? Memikirkannya saja sudah membuat Sabrina merasa pipinya semakin merona. 

Di sampingnya, Maxton sepertinya tak memiliki masalah. Pria itu dengan penuh percaya diri membimbing Sabrina. Mereka masuk ke dalam gedung, menuju ke ruangan tempat berlangsungnya acara charity dinner. Tempat itu sudah ramai dipenuhi tamu dan Maxton sepertinya mengenal lebih dari separuh tamu-tamu di sana. Bahkan sepertinya pria itu mengenal semua orang. Sabrina bertemu tiga orang senator, beberapa CEO perusahaan raksasa, beberapa duta besar bahkan seorang pangeran Arab. Maxton terus berpindah, tidak pernah mengobrol lama dengan satu kelompok tertentu dan setiap kali Maxton memperkenalkan Sabrina, dia selalu memperkenalkan Sabrina sebagai teman kencannya alih-alih asisten pribadinya. 

Selama itu, Maxton terus meletakkan satu tangannya di punggung Sabrina sementara mereka bergerak menyapa beberapa kenalan pria itu. Sabrina tak pernah melihat sisi Maxton yang ini, oh ya, selama bekerja dengan pria itu, Maxton memperlakukannya dengan baik, sopan dan penuh respek tapi yang ini berbeda, Maxton memperlakukan Sabrina dengan penuh perhatian dan lembut.  Pria itu akan bertanya apakah Sabrina lapar, apakah ia membutuhkan minuman dan walaupun Sabrina meyakinkan Maxton bahwa ia baik-baik saja dan tak membutuhkan semua itu, Maxton terus mengambil minuman dari nampan pelayan dan menyodorkannya.

Tanpa sadar, Sabrina sudah lupa berapa gelas sampanye yang telah ditenggaknya. Jika begini, bisa-bisa ia akan mabuk sebelum pesta ini berakhir. 

In The Bed with Her BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang