Happy fun read.
Selengkapnya bisa didapatkan via Playstore dan Karyakarsa ya.
Untuk Karyakarsa, pembelian bisa dilakukan via web: www.karyakarsa.com
supaya bisa tetap bisa menggunakan e-wallet seperti biasa, jadi tidak perlu top up koin. Tinggal klik judul dan klik kotak koin.Untuk top up koin, via website juga jauh lebih murah ya.
Enjoy
Luv,
Carmen_________________________________________
Maxton sudah hampir kehilangan akal sehatnya, tapi ia berusaha untuk tidak membuat Sabrina takut. Jadi ia berusaha mencium dan menyentuh wanita itu selembut mungkin. Maxton tahu, Sabrina sangat tegang, dia terkejut dan bingung dan wanita itu sepertinya siap kabur setiap saat sementara Maxton tidak siap melepaskan Sabrina. Tidak malam ini. Ia terlalu menginginkan Sabrina dan tidak ada gunanya lagi terus berpura-pura.
Semua perdebatan dan argumen yang selama ini disusunnya menjadi tidak berguna. Semua alasan rasional yang coba dijelaskan kepada dirinya sendiri selama berminggu-minggu yang menyiksa menjadi terlupakan. Ketika melihat wanita itu bersama pria lain, Maxton sudah kehilangan kendali. Ia tak lagi bisa terus berpura-pura padahal seluruh tubuhnya menginginkan wanita itu.
Dan malam ini... oh... saat Sabrina berada di dalam pelukannya ketika mereka berdansa, ketika Maxton memeluk dan menekankan tubuh wanita itu padanya, hangatnya Sabrina, lembutnya tubuh wanita itu, aromanya... semua itu membuat Maxton nyaris gila. Dan sekarang, ketika bibirnya menyapu halus bibir wanita itu, merasakan manisnya bibir Sabrina dan Maxton tahu ia ingin merasakan lebih... lebih lagi... Persetan dengan Alan atau siapapun. Sabrina adalah miliknya dan terkutuklah Maxton bila ia hanya diam saja melihat miliknya direbut begitu saja dari hadapannya. Sabrina will be his. Maxton tak lagi peduli pada fakta bahwa Sabrina adalah karyawannya, ia bisa memikirkan hal itu nanti, tapi tidak sekarang. Sekarang... ia hanya ingin mencium Sabrina dan ia akan mencium seluruh tubuh wanita itu malam ini.
Maxton menekan bibirnya lebih keras ke bibir Sabrina dan ia bisa merasakan wanita itu bergetar. Ia lalu membuka mata dan melihat wanita itu menutup matanya erat, tangan-tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya.
"Sabrina, it's just a kiss," bisik Maxton lembut. Apa wanita ini takut padanya?
Mata Sabrina pelan terbuka dan keduanya menatap Maxton bimbang. Ia bisa membaca gairah di kedua mata hijau wanita itu, yang sayangnya bercampur rasa takut juga rasa ragu. "Relax, Sabrina. Aku tidak akan menyakitimu. Aku tidak akan pernah menyakitimu." Tak ada alasan bagi Sabrina untuk merasa takut padanya.
Sabrina mengangkat wajahnya dan menatap Maxton dengan mata hijaunya yang besar dan indah, napas wanita itu pendek dan cepat. "Aku... aku tahu itu," bisiknya dengan suara rendah, tapi Maxton masih bisa menangkap keraguan di dalam suara wanita itu.
Ia tahu Sabrina mungkin bingung dan juga bimbang. Wanita itu mungkin ingin menolak Maxton tapi di saat yang sama, dia mungkin tak yakin apakah itu yang diinginkannya. Sabrina pasti bingung dan bertanya-tanya mengapa Maxton tiba-tiba menciumnya tapi wanita itu pasti juga tahu bahwa pada tahap ini, Maxton tertarik secara seksual padanya. Sabrina mungkin sedang mengkhawatirkan apa yang akan terjadi seandainya mereka tidur bersama, mempertanyakan kewarasannya apakah dia seharusnya menolak Maxton atau membiarkan pria itu melanjutkan. Karena Maxton tahu, di balik sikap professional Sabrina, wanita itu sama sekali tidak kebal padanya.
Sebelumnya, ia berpura-pura tidak tahu. Sebelumnya, Maxton berpura-pura tak bisa membaca ketertarikan tersebut. Tapi sekarang... everything has changed.
Maxton lalu tersenyum, ibu jarinya kemudian mengusap dan menekan bibir bawah Sabrina. "Kau memiliki bibir yang sangat lembut, bibir yang sangat cocok untuk dicium," bisiknya dengan suara rendah sambil melakukan gerakan memutar di bibir bawah Sabrina yang penuh itu.
Maxton kemudian menunduk untuk mencium wanita itu lagi, bibirnya menyapu lembut bibir Sabrina beberapa kali sebelum menekankan mulutnya lebih kuat. Ia lalu menggerakkan bibirnya dan dengan pelan menggigit kecil bibir bawah Sabrina yang penuh hingga wanita itu terkesiap pelan dan membuka mulutnya seketika. Maxton mencuri kesempatan tersebut, bibirnya mengisap kecil sebelum lidahnya terjulur menggoda, menjilat pelan lalu mulai merayu hingga Sabrina membuka mulutnya lebih lebar, menyuarakan undangan dalam diam.
Rasanya seperti di surga ketika akhirnya Maxton mencicipi rasa wanita itu. Sabrina terasa seperti sampanye dan strawberry, dengan sedikit campuran cokelat yang memabukkan dan rasa unik dari wanita itu yang Maxton yakin akan membuatnya ketagihan. Tubuhnya bereaksi, Maxton bisa merasakan kejantanannya yang mengeras, kali ini terasa sangat mendesak sehingga membuatnya nyaris sakit. Tangan Maxton lalu bergerak, sebelah tangannya naik untuk menahan tengkuk Sabrina sementara yang lain mengelus lengan wanita itu dengan gerakan naik turun yang ringan dan lembut.
Lalu Maxton menjauh sejenak. Ia kemudian menggenggam tangan Sabrina dan mengangkatnya ke bibir. Dengan lembut, Maxton mencium punggung tangan wanita itu lalu membalikkannya dan kini mencium telapak lembut Sabrina. Saa lidahnya menggoda, wanita itu kembali terkesiap. Maxton tersenyum lalu bibirnya turun untuk menciumi pergelangan dalam Sabrina yang lembut dan halus hingga wanita itu bergetar. Maxton belum selesai. Ia kembali membalikkan tangan Sabrina dan menciumi ujung jemari wanita itu, satu persatu, sebelum tatapannya naik untuk menatap Sabrina dan ia mengulum telunjuk wanita itu dan mengisapnya lembut.