The Obsessive Maniac Is Trying To Confine Me

bab 23

Apakah saya tertangkap basah melarikan diri? Tidak masalah. Tenang saja—.

Sama seperti pergi jalan-jalan—.

Dan saya dapat mengatakan bahwa barang bawaan ini dibawa untuk pindah ke suatu tempat.

Saya pikir begitu dan berjalan ke depan dengan tenang. Tapi langkah kaki itu perlahan mendekatiku dengan langkah cepat.

Napasku menjadi kasar karena firasat buruk.

Aku akan segera lari karena aku tidak mau, tapi sebuah kekuatan yang kuat menarik pinggangku.

Pada saat itu, saya tidak bisa bernapas sama sekali.

"Nuni."

Yurtha Herthas,

Itu adalah pemeran utama pria dalam novel ini.

"Aku menangkapmu."

Ah.

Aku kehabisan napas.

Napasku terengah-engah saat sebuah lengan kuat melingkari pinggangku seolah-olah seekor ular besar menarik-narik tubuhku.

Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri.

Saat itu, Yurtha membenamkan wajahnya di leherku. Ketika kulit panas menyentuh saya, saya merinding pada sensasi yang tidak saya kenal.

"Ha— Nunim."

"...."

"Nunim, Nunim."

Suara yang sangat rendah memanggilku satu demi satu membuatku merinding.

Nafas panas yang dia hembuskan mengalir dari belakang leherku.

"Kenapa kamu melarikan diri?"

"Kau tidak suka aku pergi? Itu sebabnya saya meminta Anda untuk bergabung dengan akademi. "

"...."

"Kau bilang kau tidak menyukainya. Itu sebabnya saya pergi sendiri. Saya pikir Anda menghormati niat saya. Mengapa?-"

Apakah saya meninggalkan dia?

Saya tidak bisa mengatakan apa-apa di depan suara yang dipenuhi amarah.

"Kenapa kamu tidak menjawabku? Nana, hm?"

"...."

"Kamu adalah orang pertama yang pernah saya miliki untuk menunjukkan kesabaran begitu lama."

Tangan lainnya, yang tidak melingkari pinggangku, menyentuh bahuku. Dengan gerakan halus, tangannya terulur dan meraih daguku, memutarnya.

Aku berhenti bernapas, yang sudah sulit, saat aku melihat mata merahnya yang bersinar terang.

"Apakah kamu bersenang-senang bermain?"

"...."

"Tapi apa yang harus kita lakukan? Sudah waktunya untuk kembali bersamaku. "

Saya pikir tidak ada gunanya mengatakan bahwa dia disalahartikan sebagai seseorang seperti yang saya lakukan kepada bawahannya yang datang untuk menyampaikan kata-katanya.

Kemudian, saya akhirnya memutuskan.

Jika saya tidak bisa menghindarinya, saya harus menghadapinya.

Baru kemudian aku melihat langsung ke mata merah itu.

"Kamu pikir kamu siapa?"

Suara tajam seperti penusuk keluar dari mulutku.

Saya tahu bahwa tidak baik melawan pemimpin sub-laki-laki.