The Obsessive Maniac Is Trying To Confine Me

bab 28

punk gila ini.

"Aku selalu membayangkannya."

Mengapa Anda membayangkan itu?

Mengikuti Yurtha kemarin, kali ini Richard. Karma apa yang saya bangun di kehidupan masa lalu saya—?

"Aku sudah lama mencari pembantu, tapi aku tidak percaya kita bisa bertemu seperti ini. Saya kira kita ditakdirkan. "

"—Bukankah itu hubungan yang bernasib buruk?"

"Ini adalah takdir."

Mungkin karena saya bertemu Yurtha, jadi saya tidak ingin terus berbicara dengan seseorang yang tidak mengerti.

Dan bukankah kamu mencoba membunuhku?

"—Kenapa kamu mencariku?"

Apakah Anda akan membunuh saya?

Tetap saja, saya pikir saya memberinya perawatan terbaik.

Saya mengganti mangkuk anjing untuk membersihkan piring putih, berbagi makanan penutup saya, dan membiarkan dia mengupas kentang untuk bersenang-senang.

Tiba-tiba, saya merasa tidak adil memikirkan masa lalu.

"Apakah kamu akan membunuhku?"

Sekarang situasinya telah didorong ke ujung tebing, sepertinya tidak ada cara untuk melarikan diri.

Aku memejamkan mata seperti itu.

"Apa maksudmu membunuh? Apa maksudmu aku dengan pelayan itu?"

"... Kenapa kamu mencariku?"

"Karena itu takdir."

Seseorang, tolong bersumpah untukku.

Aku memelototi omong kosong yang berkibar dengan mata sedih.

"Jika kamu melihatku dengan tatapan yang begitu panas, darahku mengalir deras."

"... Darah mengalir deras?"

"Aku sedang membicarakan hal di bawah ini."

Ah, bajingan gila ini.

Saya tidak tahu berapa kali saya mengulanginya hari ini.

"Aku di sini untuk menjemput pelayan. Ikutlah denganku, pelayan."

"Jika aku punya pilihan, aku akan menolak—"

"Sayangnya, kamu tidak punya pilihan."

Maka ini penculikan!

Saya sudah frustrasi karena saya dirasuki oleh novel BL, tetapi saya tidak percaya saya diculik seperti ini.

Tiba-tiba, aku teringat Emily yang meninggalkanku di sini.

"Selamatkan aku, Emily ..."

Aku merindukanmu, Emilia. Kamu mau pergi kemana?

"Siapa Emilia?"

Saat aku bergumam kagum, Richard menyipitkan dahinya dan bertanya.

"Kami berbagi kentang yang Anda berikan kepada saya."

"Jadi maksudmu kau berbagi denganku sekarang?"

"...Apa yang harus saya bagikan?"

Omong kosong macam apa ini?

Semakin dia berbicara, semakin kepalaku terasa berputar.

"Ini mengecewakan."

"...."

Dia tersenyum dengan baik ketika dia melihat ekspresiku yang keriput. Sungguh, aku—.

"Kalau begitu pelayan, akankah kita pergi?"