Bab. 1

186K 9.4K 57
                                    

Segalanya kacau.

Menghabiskan separuh malam dalam pesta ulang tahun sahabatnya lalu keesokan paginya dia malah terbangun dalam keadaan hampir tidak berbusana bersama seorang laki-laki yang merupakan kakak sahabatnya sendiri!

What the hell!!

Arelia benar-benar ingin menangis sekarang. Rasa bersalah dan kekalutannya bercampur menciptakan sensasi menyengat di dalam dada. Arelia takut kalau laki-laki itu, Axelle akan menyalahkannya dan dia juga takut kalau-kalau Alexa akan membencinya.

Oh Tuhan apa yang harus dia lakukan?!

Di tengah kekalutannya Arelia menoleh, menatap tato ular besar yang melingkar di punggung Axelle. Hal itu juga lah yang membuat Arelia langsung sadar kalau orang yang berbaring bersamanya kini adalah Axelle. Kakak dari sahabatnya itu merupakan pemilik dari studio tato sekaligus seorang tattoo artist itu sendiri. Dan dengan kebiasaan Axelle yang kerap kali tidak memakai baju saat berada di rumahnya, membuat Arelia mau tak mau harus melihat semuanya saat dia berkunjung.

Sebenarnya Axelle tidak seburuk itu, sama seperti Alexa yang menjadi primadona karena kecantikannya, Axelle juga memiliki perawakan yang membuat kaum hawa tak bisa mengabaikannya dalam sekali lirikan. Penampilannya sama seperti lelaki menawan lainnya, batang hidung tinggi, sepasang netra tajam dan janggut tipis yang dirawat rapi. Axelle juga cukup kekar, Arelia bahkan harus mati-matian menyembunyikan rona merahnya setiap kali berpapasan dengannya, terutama pada sesuatu yang seharusnya tidak dilihat sebebas itu.

Dan meskipun pekerjaan laki-laki itu sering kali dipandang sebelah mata, sebenarnya Axelle cukup baik padanya. Yah, walau lelaki itu hanya akan mengangguk dan memberi senyum amat tipis setiap kali mereka bertemu tapi, selebihnya Axelle tidak pernah menolak jika Alexa memintanya mengantar Arelia pulang.

Intinya Axelle sempurna.

Tapi tak peduli seberapa menawannya laki-laki itu bukan berarti Arelia mau terlibat dalam cinta satu malam bersamanya! Demi Tuhan, dia masih cukup waras untuk tidak memiliki niat buruk pada kakak sahabatnya sendiri.

Sambil mengutuk dalam hati, Arelia kemudian bergegas menuruni ranjang. Meraih gaun hitamnya yang tertanggal di atas lampu tidur lalu mengenakannya secepat yang dia bisa, juga sebisa mungkin tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Baru setelah mengantongi barang-barangnya Arelia bergegas keluar kamar dengan penuh kehati-hatian. Dia tidak mau mengusik Axelle dan terjebak dalam situasi yang tak kalah kacau dari ini

Masih dengan langkah pelan Arelia berjalan menjauh, mencoba mencari jalan keluar. Kontras dengan tadi malam keadaan villa benar-benar senyap sekarang, hanya ada sisa-sisa kekacauan pesta yang ditinggalkan tak bertanggung jawab. Arelia bahkan harus sangat memperhatikan langkahnya jika dia tidak ingin terjebak dalam lautan kertas confetti.

Juga dimana alexa?

Jujur Arelia tergoda untuk menggedor setiap pintu guna menemukan gadis itu. Tapi sudahlah, lebih baik menyelamatkan nyawanya terlebih dahulu.

Arelia lalu memesan sebuah taxi secara online dan baru benar-benar merasa bebannya terangkat saat dia merasa sudah cukup jauh dari villa. Menyandar lelah, Arelia berusaha mencari kisah lengkap dari ingatannya yang kacau. Arelia ingat saat itu dia masih menikmati pesta sembari melahap potongan kue sendirian, jelas Alexa terlalu sibuk untuk menemaninya dan Arelia tidak terlalu mengenal banyak orang. Arelia juga sempat ikut menyumbang satu lagu sebelum kembali duduk di dalam keremangan.

Lalu apa?

Ketika Arelia masih bergelut dengan ingatannya yang hilang, dering ponsel menyadarkannya. Arelia terhenyak saat nama Alexa tertera jelas di sana. Gadis dengan surai segelap malam itu menelan ludahnya gugup. Bagaimana jika Alexa akan menyumpahinya karena tahu kalau dia sudah melakukan 'sesuatu' dengan kakaknya?

Meski berbagai spekulasi buruk menggenang di otaknya Arelia tetap menerima panggilan Alexa.

"Are, kamu dimana?" Suara serak Alexa segera menyapa, tampaknya gadis itu baru saja terbangun.

Arelia berdeham gugup sebelum menjawab. "P-pulang."

"Kenapa enggak bilang kalau mau pulang?" Arelia bisa mendengar Alexa menguap di seberang sana. "Kamu tahu Bang El nyari kamu?"

Arelia tersentak, jantungnya seketika berdebar keras. "S-siapa?" Tanyanya kembali memastikan.

"Bang Axelle."

"Jangan bilang apapun sama Bang El ya, Al. Please!"

"Loh, why? Dia nyari kamu."

Membayangkan wajah dingin laki-laki itu seketika membuat Arelia bergidik takut. "Jangan pokoknya," tegasnya.

Alexa terdiam sesaat. "Oh."

Arelia mengernyit heran mendengar jawaban santai Alexa. Hanya itu? Bukankah seharusnya Alexa mempertanyakan kenapa Axelle mencarinya atau kenapa Arelia tak ingin laki-laki itu mengetahui keberadaannya? Tapi kenapa reaksi Alexa bisa setenang ini? Seolah gadis itu sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Seketika Arelia mengernyit curiga.

Jangan-jangan...

"Alexa kau tahu kalau aku dan Bang El..." Arelia menggantung kalimatnya, tak tahu apakah harus memberi tahu Alexa yang sebenarnya atau tidak.

"Yap." Sebaliknya Alexa menyetujui tanpa beban.

Arelia jelas tercengang. Lalu ingatan semalam menyeruak, terutama saat Alexa menghampirinya dengan segaris senyuman konyol dan memaksa Arelia untuk meminum segelas strawberry mojito yang katanya tak beralkohol.

Tunggu!

Strawberry mojito?!

"Ale, apa yang kamu masukkan ke mojito tanpa alkohol mu itu?" Arelia bertanya curiga, sedikit menebak jawabannya.

Alexa terdiam sebelum menjawab penuh kepolosan. "Vodka."

Arelia melotot horor. Dia tidak salah dengarkan?

"Sejak kapan vodka bukan termasuk ke dalam minuman beralkohol?!"

"Hmm, sebenarnya vodka adalah minuman dengan kadar alkohol tinggi," jawab Alexa yang sontak membuat Arelia semakin tercengang.

Alexa itu sedikit gila, Arelia sudah tahu sejak pertama kali dia berteman dengan gadis itu. Maksudnya manusia normal mana yang berani menggoda dosennya sendiri sampai-sampai rumah tangga orang lain hampir hancur dibuatnya? Jelas Alexa bisa melakukannya. Tapi dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau Alexa akan tega menjalankan siasat gilanya pada Arelia.

Menggeram, Arelia memuntahkan kemarahannya. "Alexa Arkana Putri apa kau tahu, gara-gara minuman mu AKU BARU SAJA MENIDURI KAKAK MU SIALAN!!"

Dan setelah itu Arelia memutuskan panggilan mereka secara sepihak. Dia terlalu marah. Bagaimana bisa Alexa melakukan hal seperti itu padanya? Juga pada Axelle, yang notabennya adalah kakaknya sendiri?

"Oh god," lirih Arelia sembari memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau takdir konyol akan menerpanya begitu saja. 

Sejurus kemudian Arelia mendongak, tersenyum kaku saat tak sengaja memergoki kalau driver taxi online-nya baru saja menatapnya dengan wajah aneh. Arelia merutuki mulutnya kemudian tertawa hambar. "Biasa Pak, anak muda."

Duhbunuh saja dia!

Strawberry Mojito (Open Pre-order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang