Bab. 6

86.1K 6.3K 34
                                    

Axelle menepati janjinya. Saat Arelia baru saja keluar dari rumah kosnya laki-laki itu sudah berada disana. Duduk bersandar pada kap mobilnya. Axelle tampak menunduk, memainkan ponselnya dan bersikap tak acuh pada sekitar. Meski begitu kehadirannya masih memberi sedikit goncangan. Banyak pejalan kaki yang diam-diam meliriknya sembari berbisik.

Ini juga yang membuat Arelia enggan mendekat. Dia merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. Dibandingkan dengan Axelle dan Alexa yang memiliki tampang rupawan, Arelia bukan lah apa-apa. Wajahnya rata-rata, dia tidak terlalu pintar bergaul, bukan seorang mahasiwa berprestasi dan tinggi badannya hanya 157 cm. Amat timpang dengan tinggi badan Axelle yang mencapai 178 cm.

Arelia melangkah ragu untuk mendekat. “Abang,” panggilnya, membuat si pemilik panggilan spontan menoleh.

Axelle menyunggingkan senyum. “Kita berangkat sekarang?”

Arelia mengangguk. Axelle lalu bergegas membuka pintu penumpang depan, mempersilahkannya untuk masuk. Seperti semalam, Axelle dengan lembutnya menaruh punggung tangannya agar kepala Arelia tidak terantuk pada mobil. Dan bahkan dengan sangat perhatiannya mengingatkan Arelia untuk memakai seat belt. Dan selama itu Arelia tidak bisa memungkiri kalau jantungnya tidak bisa bersikap tenang, terus berdebar kencang dan semakin kencang.

“Kamu sudah sarapan?”

“S-sudah.”

Setelahnya hening.

Tak ada lagi yang berbicara. Arelia meremas jemarinya, sumpah dia tidak pernah merasa secanggung ini sebelumnya. Untungnya jarak kos ke kampusnya tidak terlalu jauh sehingga tidak butuh banyak waktu sampai mobil mereka sampai di area kampus.

“Hmm, terimakasih Abang karena udah anterin aku.”

Laki-laki itu juga menoleh, mengungkap segaris senyuman yang lembut. “Kapan kamu selesai kuliah? Nanti saya akan jemput kamu lagi.”

Arelia sontak menggeleng. Bukannya apa-apa, Arelia hanya tidak enak jika Axelle terus mengantar jemputnya. Arelia memang sudah hidup mandiri sejak dia memasuki bangku SMA, jadi dia sudah terlalu terbiasa untuk melakukan segalanya sendirian. Lagi pula Axelle adalah kekasihnya bukan supirnya.

"Ahh, enggak usah Abang. Aku bisa berangkat kuliah sendiri, ojeg atau angkutan umum juga banyak kok."

"Tapi ojeg tidak sebaik saya 'kan? Terutama kamu tidak perlu mengeluarkan biaya apapun, saya bersedia untuk mengantar jemput kamu setiap hari," ujar Axelle seolah tidak memberi Arelia kesempatan untuk menolak.

Arelia tercekat. Dia masih kesulitan untuk menyanggah Axelle. Wajahnya yang lempeng itu loh, bikin jantungnya dag-dig-dug-ser. "Ada kok ojeg yang ganteng," bisik Arelia.

"Apa?" Tanya Axelle. Anehnya Arelia bisa melihat perubahan ekspresi di wajahnya yang datar. Seolah laki-laki itu tengah marah. Tapi kenapa?

Arelia tertawa gelagapan. "Enggak hahaha..."

Axelle bergeming tak menjawab. Namun sepasang netra gelap laki-laki itu menyorot dalam, membuat Arelia semakin panas dingin. Sejurus kemudian Axelle tiba-tiba menarik pandangannya, menghela nafas yeng terasa berat sebelum akhirnya kembali melihat Arelia. Axelle mengulurkan tangannya, menyentuh samping kepala Arelia dan mengelusnya lembut.

“Mulai sekarang kamu tidak perlu menaiki ojeg lagi, ada saya yang sedia mengantar kamu kemana pun kamu mau.”

Merasakan perlakuan itu membuat Arelia gugup bukan main. Pipi gadis itu memerah dan pada akhirnya Arelia hanya bisa menganggukkan kepalanya setuju.

Axelle tersenyum puas melihatnya. Tangan yang masih bersarang di kepalanya bergerak menangkup pipi Arelia. Ada segurat terkejut saat merasakan betapa panasnya kulit gadis itu. “Kalau begitu selamat belajar. Hubungi saya jika kelas kamu sudah selesai.”

“Ah, i‐iya,” balas Arelia kikuk lalu bergegas membuka pintu mobil. Namun Arelia bahkan belum sempat mengeluarkan kaki kirinya saat suara laki-laki itu kembali terdengar.

“Sampai jumpa, baby.”

Oh jantung, apakah engkau baik-baik saja disana?

***

“Gimana? Abang aku, oke banget enggak?”

Arelia mendengus, tidak menjawab. Gadis itu memilih menyibukkan diri untuk menyalin materi kuliah milik Alexa. Bolos kelas satu kali membuat Arelia harus ekstra cepat mengejar materi yang seabreg.

“Kan aku udah bilang, Abang aku enggak seburuk itu kok. Walau enggak terlalu suka ngomong, tapi selebihnya Bang El lumayan. Tapi tahu enggak, sejak pertama kali kamu ke rumah, aku bisa lihat kalau Bang El tertarik sama kamu. Setiap ada kamu, Bang El tuh aneh. Alasan mau ambil minuman lah, dompetnya ketinggalan lah bahkan pernah sekali Bang El berkilah kalau celananya ketinggalan. Aneh banget anjir, siapa yang bisa ketinggalan celana di ruang tamu? Pokoknya ada aja alasan supaya dia bisa liat kamu."

Arelia mengernyit bingung, membayangkan Axelle seperti itu seumpama melogiskan sebuah dongeng tak masuk akal. Selama ini citra Axelle yang tertanam di benak Arelia adalah laki-laki dewasa yang kaku, tidak suka bicara atau tersenyum dan jelas akan terjauh dari hal-hal konyol seperti itu.

"Ini semua gara-gara kamu!" Semburnya Arelia tiba-tiba.

Alexa tercengang. "Lah? Salah aku dimana? Aku cuma ngasih segelas kecil vodka, sedikit banget loh itu. Enggak ada orang yang bakalan mabuk hanya dengan sedikit alkohol."

Mendengarnya Arelia langsung menunjuk dirinya sendiri dengan sewot. "Ada kok! Teman mu ini bisa mabuk hanya dengan secuil alkohol."

Alexa mencibir. "Itu sih kamu yang payah."

"Alexa!" Rengut Arelia jengkel.

Alexa tertawa geli. "Kamu benar-benar tipe Bang El tahu enggak? Abang pernah bilang kalau dia suka perempuan yang bisa membuatnya lupa kendali, awalnya aku enggak ngerti maksud dari hilang kendali itu apa? Tapi sekarang aku tahu, and that's you. Kamu harus lihat penampilanmu saat menari di atas tempat tidur, aku bahkan sampai menganga. Kamu menggoyangkan pantat rata mu sambil—"

"ALEXA!!" Arelia langsung saja membekap mulut Alexa yang hampir saja membeberkan aibnya. Gadis itu menatap sekitar, khawatir kalau orang lain akan mendengar perkataan Alexa. Alexa yang diperlakukan seperti itu jelas tidak terima. Gadis itu mencubit lengan Arelia sehingga si empunya menjerit dan otomatis melepas bekapannya.

"Sesak tau!" Sungut Alexa tak terima, yang dibalas Arelia dengan mengangkat bahu tak acuh. Namun detik selanjutnya Alexa sudah kembali menampilkan wajah usil. "Terus kamu juga meluk Bang El—"

"ALEXAAAA!!"

Strawberry Mojito (Open Pre-order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang