The Sixth.

443 46 9
                                    

Pagi buta menyapa. Baekhyun mulai merapihkan diri, dan setelah di rasa beres, ia segera membuka kunci pintu dan membiarkan daun pintu itu terbuka.

Ia bertekad untuk mengakhiri semua kesedihannya. Hidupnya harus tetap berjalan walau tanpa Chanyeol. Tidak boleh ada yang merubah apapun kecuali hatinya yang di nawa pergi.

"Baekhyun."

Suara yang Baekhyun kenali itu membuat langkah semangat yang Baekhyun bangun menjadi seketika hancur.

"Ya."

"Bisakah kau jelaskan apa hubungan mu dengan Park Chanyeol?"

Baekhyun memutar bola mata, hilang sudah mood yang sudah ia bangun dengan baik karena mendengar nama itu. Ah, pria pengecut itu.

"Hanya saling memuaskan, setalah itu selesai setalah seorang diktator menyuruhnya pergi."

"Perhatikan kata-kata mu, Baekhyun."

Baekhyun menoleh dan mendekat satu langkah untuk berhadapan dengan appa nya di sofa, "Kenapa aku harus? Apakah jika aku menjadi sopan sedikit, akan merubah apa yang terjadi?"

"Kau tidak pantas bersamanya. Dia merusak otakmu, merusak tubuhmu. Tidakkah kau berpikir sejauh itu?"

Ada helaan sesak muncul di dada Baekhyun, "Benar tidak pantas. Setidaknya aku mendengar itu dari mulut seorang yang tidak pantas menjadi orang tua. Tidakkah orang tua itu tau bagaimana situasi saat itu? Membatasi diri dengan anaknya, pergi kemanapun dengan melupakan kewajibannya sebagai orang tua, berkoar-koar tentang kebahagiaan anaknya memang apa yang orang tua itu berikan pada anaknya? Sebuah kebahagiaan?"

"Tentu aku memberikan kalian semua kebahagiaan. Dengan apa yang aku punya, kalian bisa membeli apapun itu. Tidak terbatas. Kalian bisa menunjuk lalu membeli. Aku berusaha membuat kalian bahagia dengan apa yang kuusahakan sedari dulu."

Mungkin dengan materi, seorang bisa mendapatkan bahagia, tapi Baekhyun tidak butuh itu untuk saat ini. Ia hanya butuh figur orang tua.

"Uang mu tak bisa memberiku kebahagiaan. Apa uangmu bisa membeli teman, bisa membeli kehangatan keluarga? Apa yang kau perjuangkan itu bisa memberiku figur ayah dan ibu? Aku sakit, apa kau tahu? Aku di buli, aku selalu menjadi terbelakang dalam membuka diri. Kau bahkan tidak tahu seberapa sering aku menerima pelecehan. Setidaknya, Chanyeol memberiku kebahagiaan itu, tapi kau membuangnya. Lalu apa yang kau usahakan agar aku bahagia?"

Byun Yunho tidak mengerti kenapa Baekhyun nya bisa berubah sedrastis itu. Apakah benar karena dirinya?

"Aku hanya memberikan semua yang aku punya padanya. Aku memberikan timbal balik. Dan kau dengan lancangnya -"

Baekhyun tidak sanggup berkata-kata lagi. Ia sudah keterlaluan, ia melupakan sikap hormatnya pada orang tuanya. Ia berlari masuk ke kamarnya meninggalkan Yunho yang hanya terdiam mematung. Sulit di percaya si bungsu kini sudah semakin dewasa.

Tapi penglihatannya langsung di suguhkan pemandangan ibunya dan koper kecil di depan pintu kamar.

"Eomma sudah mengambil izin pada kampusmu selama dua hari. Kita akan bertemu Baekboom, bagaimana?"

Baekhyun hanya bisa mengangguk. Ia melihat senyuman tipis pada wajah ibunya.

"Baiklah. Aku akan menyiapkan koper dulu, eomma tunggu disini saja," ujar Baekhyun sambil menutup pintu kamar dan memberikan senyum tipis.

Ia beralih pada lemari pakaian, membawa baju-baju musim dingin dan sekiranya baju yang baru-baru ini ia beli, biarkan yang lama bertahan di lemari.

Beginikah akhirnya? Pergi dari Korea? Baekhyun tidak bodoh dengan keputusan yang ibunya buat. Itu pasti keputusan besar. Tidak mungkin ibunya meninggalkan sang ayah begitu saja. Jabatannya masih seorang sekretaris pribadi dan kewajibannya masih sebagai istri.

Under My Bodyguard | ChanBaek YaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang