Ruangan temaram tepat berada di lantai 3 sebuah rumah, seorang laki-laki dengan kemeja hitam dan juga celana panjang berwarna serupa tengah membuka lembaran kertas pada binder berwarna abu-abu. Lengan kemeja panjangnya di tarik keatas hingga urat di lengannya menonjol panas.
Kakinya masih kuat untuk menopang tubuhnya di depan lemari besar dimana terdapat banyak buku berjejer disana. Tubuh tingginya menjulang hingga menampilkan siluet karena cahaya dari luar ruangan menerpanya melalui pintu yang sedikit terbuka. Wajah aristokrat nya nampak datar dengan bola mata besar yang sibuk bergerak membaca deretan kata.
Suara tepuk tangan berbunyi 3 kali hingga lampu besar di tengah ruangan luas itu menyala hingga si wajah aristokrat bermahkota kan hitam pekat dengan gaya hair up itu mengernyit untuk menyesuaikan penglihatan.
"Sudah aku katakan berkali-kali untuk tidak membuka buku tugasku, Chanyeol-ssi."
Pria jangkung yang tadinya sedang sibuk dengan binder itu menoleh untuk menatap laki-laki yang memakai piyama berwarna merah marun di depan pintu.
"Kau nampak lucu dengan setelan itu. Berniat menggodaku?"
Laki-laki berpiyama disana memutar bola mata, "Tentu tidak. Aku ada kuis besok pagi. Jangan menyentuh milikku barang seinci pun." Lalu dia berbalik pergi meninggalkan si jangkung.
Park Chanyeol nampak menaikan satu alisnya. Tidak biasanya si bungsu Byun itu bersikap dingin dengannya.
Ah ya, nama laki-laki berpiyama tadi Byun Baekhyun. Byun Baekhyun adalah majikannya. Ah tidak, Tuan besar Byun mengatakan jika anak bungsunya itu adalah klien dari Park Chanyeol.
Oke mari perjelas ini, Park Chanyeol bekerja di bawah keluarga besar Byun. Ini tahun ke 8 dia menjadi bodyguard khusus dari si bungsu Byun yakni Byun Baekhyun.
Sejujurnya, Baekhyun tidaklah sulit untuk di atur sedemikian rupa namun anak itu sering ceroboh hingga berujung membahayakan dirinya. Selain itu, memang Baekhyun juga membutuhkan seseorang di sampingnya untuk menjaganya.
Baekhyun pula cukup lelah karena penyakit yang dideritanya. Pekerjaan Chanyeol selain menjadi bodyguard terkadang menjadi tempat berkeluh kesah anak itu tentang betapa kecewanya ia saat tidak ada orang tuanya, lalu penyakitnya datang untuk membuatnya menderita.
Dan satu lagi, Baekhyun cukup nakal bagi Chanyeol.
Tidak berpikir lama, Chanyeol menaruh binder itu kembali ke meja belajar di sana. Ia akan mengejar Baekhyun untuk mengklarifikasi sesuatu.
Pintu bertuliskan 'Baekhyunie' dengan emoticon smile dan buah stroberi, Chanyeol ketuk dan tanpa izin lagi, ia memasuki kamar itu dan mendapati si pemilik kamar tengah memunggunginya dan memeluk guling.
Setiap membuka kamar Baekhyun, Chanyeol selalu di suguhkan cat interior bernuansa biru langit dan sticker berbagai macam jenis bintang yang di kala gelap menjadi bercahaya. Lalu meja belajar di dekat jendela, ranjang king size dengan satu set sprei dan bad cover berwarna navy polos.
"Byun Baekhyun," panggilnya yang tidak mendapat respon.
"Byun Baekhyun kau lupa mengucapkan, selamat malam padaku," ulangnya
Si mungil—Chanyeol suka menyebutnya begitu—berbalik, menatap tajam kearahnya yang menurut Chanyeol tidak pantas untuk laki-laki berumur 22 tahun. Bukan dalam artian buruk tapi itu berbahaya bagi Chanyeol.
"Kau masuk tanpa izin. Tidak sopan, kau tahu?" ujar Baekhyun sinis.
Chanyeol mengindahkan perkataan itu. Ia melangkah mendekat pada ranjang sambil membuka satu persatu kemejanya.
Ia berhenti di ujung ranjang untuk melepas satu kaitan kancing terbawah hingga dada bidang dan kotak 8 pada abdomen nya mengintip di sela kemeja kelam yang dikenakannya. Lalu satu kakinya menekuk untuk menaiki ranjang, bersamaan itu pula, kemeja yang hanya tersampir pada bahunya, ia tanggalkan hingga top less.
"Kau belum mengucapkan selamat malam, Lil' prince."
Baekhyun yang tubuhnya belum terbalut selimut pada akhirnya menyerah saat Chanyeol mengurungnya dalam lengan bisep dan wajah berjarak satu inci.
"Chanyeol aku sedang marah." Baekhyun berkata ketus lalu mendorong bahu kekar itu sebisanya walaupun dia tahu itu tidak berarti apapun.
Chanyeol menatap mata itu, "Marah? Kenapa?" Penciumannya ia bawa mendekat pada perpotongan leher si mungil majikannya.
"Kau mematahkan lengan teman baru ku. Itu tidak pantas Chanyeol. Kau tidak memiliki etika, huh?" Baekhyun sudah sebisa mungkin mendorong kepala si pemilik yang terus saja melakukan hal gila seperti anjing—mengendusnya seperti Baekhyun adalah makanan yang perlu di identifikasi masa kadaluarsanya.
Kepalanya mendongak lalu iris sehitam malam itu menatap mata Baekhyun dengan datar namun Baekhyun tahu, Chanyeol sedang marah, "Dia meremas bokong mu. Dia pantas mendapatkan itu. Dari tatapannya bahkan aku tahu dia sedang menelanjangi mu, he's actually want to fuck you. Jika saja aku tidak di sana, dia bahkan mungkin saja akan membawamu menjauh lalu memerkosamu, Baekhyun."
"Aku berteman dengannya sudah lumayan lama tidak mungkin dia melakukan itu. Kau hanya beromong kosong. Aku selalu membencimu jika bersikap seperti itu, Chanyeol!"
Rahang sang bodyguard mengeras pula urat di sekitarnya yang ikut mengencang. Baekhyun berani membentaknya hanya untuk seorang menyedihkan yang bahkan sangat pantas untuk di hancurkan jemarinya oleh Chanyeol.
Chanyeol bangkit pula menarik lengan kurus si majikan dan keluar dari kamar bernuansa biru itu.
Dalam langkah yang di paksa, Baekhyun berusaha menarik tangannya. Ia memukul bahkan menendang anggota tubuh Chanyeol yang mampu ia jangkau tapi Chanyeol mengindahkan. Tubuhnya saat ini sudah kebal hanya karena pukulan majikannya itu. Baekhyun tidak ada apa-apanya untuk dirinya.
"Aku akan mengadukan ini pada Appa! Kau berlaku kasar padaku, Park Chanyeol!"
Chanyeol menoleh, menatap bengis pada Baekhyun lalu memanggul anak itu pada bahunya. Dan Baekhyun, lagi-lagi bocah berumur 23 tahun itu memberontak, kali ini dengan tangisan.
Chanyeol membawa Baekhyun ke kamar miliknya di paviliun barat dimana di sana terdapat satu buah kamar dan kamar mandi khusus milik Chanyeol yang memang di berikan untuknya saat pertama kali dia mendapatkan tugas untuk menjaga Baekhyun. Chanyeol pula mendapatkan akses khusus satu buah mobil dan 5 orang bawahan.
Baekhyun menolak, "Lepaskan aku!" Ia menangis keras agar Chanyeol berhenti seenaknya padanya tapi apa daya saat tubuhnya sudah terpental pada empuknya ranjang berbalut sprei motif monokrom di sana.
Chanyeol mengunci pintu membuat Baekhyun semakin histeris, "Kau tidak berhak! Biarkan aku keluar!" Ia lalu menghadap Baekhyun menatap datar jeritan anak itu.
"Aku hanya melakukan ini lalu kau menangis?"
"Chanyeol aku membencimu!" ujar Baekhyun putus asa, "Kau tidak mengerti. Dengarkan... Dengarkan aku—"
"Aku tidak butuh. Amarahku jelas berdasar. Dia menyentuh yang tidak seharusnya; 2privasi mu. Tuan besar akan sangat marah jika saja dia tahu."
Lalu Baekhyun mulai melemah. Chanyeol tidak bisa di bantah dengan cara apapun, "Kau tidak akan paham rasanya tidak memiliki teman. Dia satu-satunya temanku, Chanyeol. Aku hanya memilikinya, lalu apa aku harus melarangnya?"
"Tidak kau tidak boleh memiliki nya."
"Kau egois!" Amarah Baekhyun berada di ubun-ubun lalu tanpa bisa di bendung, ia menampar Chanyeol.
Dan Baekhyun akan selalu mengingat jika anak nakal harus mendapatkan hukuman.
.
.
.Lanjut tida ya?
Sebelumnya, ucapin ultah dulu buat mamake. Happy Baekhyun day CBHS, EXO-L.
Rencananya mau bikin yang dark2 sedep gitu mudah-mudahan berhasil sampe ending ya dengan tidak merubah karakter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under My Bodyguard | ChanBaek Yaoi
Short StoryPark Chanyeol bukanlah pria dermawan yang akan menyia-nyiakan belas kasihnya untuk siapapun, tidak terkecuali. Park Chanyeol tertutup, tidak semata-mata orang mengetahui keberadaannya. Park Chanyeol, dia tidak mengumbar ucapan manis, dia bukanlah or...