-Love Me, Love Me Not-
Soo Hyun membawa langkah, kekecawaan dan kemarahan menapaki kota Seoul kembali. Malam yang dalam menusuk jiwanya yang sudah sama dinginnya.
Tangannya tiada henti melakukan pangilan terus dan terus kepada pemilik kontak Ji Won di ponselnya sejak dari bandara, hingga saat ini Soo Hyun berkeliling dengan kendaraannya sambil memikirkan kemana lagi dia mencari dan bertanya tentang keberadaan gadis itu.
Ponsel yang diharapkan Soo Hyun sekali saja menerima panggilannya tidak pernah tersambung. Nomor itu aktif, namun tak menerima satupun panggilan Soo Hyun yang justru semakin menggandai rasa paniknya. Tidak punya cukup akses untuk lingkungan Ji Won selain Manager gadis itu mempersulit pencarian Soo Hyun.
Apapun bisa terjadi, jika urusannya dengan Ji Eun. Dan Soo Hyun cukup yakin bahwa Ji Eun tidak main-main dengan ancamannya.
Sementara wanita yang dianggap Soo Hyun sebagai sumber masalah dan kekacauan itu justru berpindah tempat kamar hotel untuk kembali pada kamar miliknya.
Wanita itu tak punya tenaga untuk bisa pulang semudah Soo Hyun. Hatinya sedang hancur dan melelahkan kakinya untuk melakukan apapun selain berbaring di atas ranjang itu, menatap langit-langit dengan tatapan kosong, dan segudang kepahitan menyerang batin dan juga hatinya.
Menghabiskan waktu sendirian di sana mungkin perlu bagi Ji Eun. Kembali ke Seoul juga dia tidak sedang mengejar apapun.
Berpura-pura memberikan penjelasan kepada Soo Hyun, juga tidak akan berguna, bukan?
Selain itu, Ji Eun sudah tidak memiliki pekerjaan lagi, bukan? Dia pengangguran saat ini.
Untuk kesekian kali Ji Eun dan perenungan itu selalu merasa, bahwa sesungguhnya dia lah yang pantas marah dan kecewa di sana kepada Soo Hyun. Dialah yang harus bersedih atas semua.
Mengapa sekarang keadaan membuat justru Soo Hyun yang kecewa dan marah besar padanya? Pria itu yang bermain api menjalin hubungan dengan wanita lain, di saat istrinya menuntut hak meminta wanita itu menjauh. Apakah Ji Eun salah?
Malam terus berkelana, Ji Eun dan Soo Hyun pada perhentian mereka masing-masing. Ji Eun dengan pikirannya. Soo Hyun dengan lelahnya khawatir akan keadaan Ji Won.
Tidak mendapatkan petunjuk apapun tentang kehadiran Ji Won, akhirnya di jam 02.00 dini hari itu Soo Hyun memutuskan untuk pulang ke rumah. Perlu sedikit istirahat sambil memikirkan solusi esok hari yang tepat untuk menemukannya.
Soo Hyun akhirnya tiba di dalam rumahnya yang tampak menjadi sedikit asing dengan sepi dan belakangan jarang ditemuinya ada di sana.
Ya, tentu saja. Ini dini hari, Ji Eun seharusnya sudah tidur.
Soo Hyun membawa langkah kakinya menuju dapur, dia memerlukan sedikit air mineral untuk menolong dahaga di tenggorokannya.
Sampai pada tujuannya, Soo Hyun memilih membuka kulkas dan meneguk satu botol penuh air mineral dari sana. Sambil menikmai aliran dingin air itu di tenggorokannya, Soo Hyun memperhatikan seisi dapurnya yang selalu saja membuat Soo Hyun takjub.
Tidak ada lagi orang seperti Ji Eun yang bisa menata dapurnya menjadi serapih dan seterorganisir seperti itu. Belakangan rumahnya itu memang berubah menjadi lebih nyaman untuk ditinggali dari segi kebersihan, kerapihan dan tatanan ruangnya.
Ya, persetan dengan itu.
Soo Hyun meletakkan sembarang botol minumnya yang sudah kosong. Tidak ada yang meminta Ji Eun melakukan semua itu. Jika Ji Eun mengurus semua itu karena keinginannya, dan seharusnya Soo Hyun tak perlu merasa bersyukur untuk itu.