Keesokan hari, Laras sudah sampai di kantor lebih awal saat pegawai yang lain belum ada. Dia menyalakan komputer dan meninggalkannya ke dapur, Dia ingin meyeruput kopi pagi ini.
Selesai membuat kopi Dia Kembali ke tempat duduknya dan berpapasan dengan Permata yang ternyata sudah datang juga. Laras menundukkan kepalanya tapi Permata hanya berjalan tak menyapa.
Laras meletakkan kopinya di meja baru akan duduk telepon kantor berbunyi.
"tililittt....tililitt..." laras bergegas mengangkatnya.
"Tim Humas......" belum selesai mengucapkan salam menerima telepon, suara di seberang sudah memotong ucapan Laras.
"Ke ruangan saya"
"Baik Bu"
Laras menelan ludahnya, tenggorokannya tiba-tiba terasa seret.
Dia bergegas berjalan menuju ruangan pimpinannya yang juga adalah kekasihnya itu.
"tok...tok...tok...."
"Masuk!"
Perasaan Laras tiba-tiba menjadi tidak enak setelah berada di dalam ruangan Permata.
"tolong tirainya di tutup"
"Yang mana Bu?" Laras terlihat bingung.
"Semuanya"
Laras berjalan mendekati setiap tirai di ruangan itu, dia memutar setiap pemutar tirai dan perlahan tertutup, dari sudut kanan sampai kiri depan.
Laras masih berdiri tidak berani bersuara atau duduk.
"silahkan duduk"
Laras menarik kursi perlahan dan duduk. Bahkan menelan ludahnya terasa sulit.
Permata menyodorkan clipboard yang sebelumnya di letakkan Laras di mejanya.
"Bisa di jelaskan?"
Laras kembali menelan ludahnya.
"Saya terlambat bu karena alasan terlambat bangun" Laras terlihat ragu saat menatap mata atasannya itu.
"Bukannya kita udah bahas ini sebelumnya ya? Tapi kok kamu justru benar-benar terlambat? Apa perintah saya seperti lelucon buat kamu?"
"Nggak bu, saya memang salah. Saya benar-benar lupa menyalakan alarm dan..."
"Tapi kamu bisa teleponan sampai tengah malam? kok perkara alarm kamu bisa lupa?"
Laras tersontak menatap mata Permata setelah mendengar mendengar pertanyaan atasannya itu.
Dia semakin bingung ingin menjelaskan apa padanya. Dan kenapa dia bisa tahu Laras teleponan sampai tengah malam.
"Kamu tidak punya penjelasan?"
Laras masih diam, bebar-benar tidak tahu harus berkata apa.
"Maaf Bu" hanya kalimat itu yang bisa dia sampaikan.
"Kamu bilang ingin membanggakan aku, tapi mana buktinya? Bukankah kamu seorang profesional, tapi apa seperti ini yang kamu maksud profesional?" Permata meluapkan semua kekesalannya selama beberapa hari ini karena sikap kekasihnya yang terus saja membuatnya cemburu dan bertanya-tanya tanpa menemukan jawaban apapun. Dan hari ini adalah kesempatan buatnya meluapkan amarah yang sudah di tahannya.
Sementara itu Rara sudah berada di mejanya mencari-cari Laras tapi tidak menemukannya hanya secangkir kopi yang terlihat sudah tidak panas di atas mejanya dengan layar komputer yang juga sudah menyala.
"Apa Dia ke ruangan bu Prima? Tapi tadi bu Prima juga baru datang nggak lama gue datang"
Rara masih bertanya-tanya tapi tak menemukan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like You Unconditionally
Short Storywarning!! (girls zone) Pembaca di harapkan dapat dengan bijak dalam membaca karena tulisan ini mengandung unsur LGBTQ dan unsur Dewasa. Bagi yang kurang berkenan harap tidak membacanya. terima kasih ^_^ Prolog: Seorang wanita usia 30an yang terus...