Terima Kasih Penjaga Hati

219 21 3
                                    


Mata rara sembab tak kalah dari Laras, mereka saling pandang dan tertawa bersamaan.

"hahahaha....hahaha...."

Mereka menertawakan diri mereka yang terlihat sangat berantakan.

Laras mengecek Hp-nya sama sekali tidak ada notif dari kekasihnya yang entah masih bisa dikatakan kekasihnya atau mantan.

"Ras gue mandi duluan ya"

"Oke"

Setelah mereka memesan makan online mereka duduk santai di depan teras kamar kost Laras sambil menikmati cola dan beberapa snack.

Rara menatap Laras yang sedang memandang kosong ke depan jalan.

"Gimana kabar lu sekarang?"

Laras menoleh ke arah Rara

"Entahlah Ra, gue masih belum tahu, hhhmmm.." Laras menghembuskan nafas.

"Apa gue boleh bertanya?"

"hhmm.., gue tahu lu udah penasaran sejak semalam tapi lu tahan. So, gue siap buat jawab semua pertanyaan lu" Laras tersenyum merasa sekarang memang sudah saatnya temannya itu tahu.

"Sejak kapan lu suka sama cewek?"

"hmm... udah lama Ra, gue bahkan nggak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi awalnya gue menampik hal itu dan mencoba menjalin hubungan dengan laki-laki tapi terasa aneh. Seperti bukan gue dan pada akhirnya gue memastikan hal yang menurut gue nyaman dengan menjalin hubungan dengan perempuan, hhmm.. dan rasanya senyaman itu. Gue bisa menjadi diri gue tanpa ada tekanan, mereka yang sudah lebih dulu menerima dirinya mengajarkan gue untuk menjadi diri gue sendiri tanpa merugikan orang lain. Itulah yang ngebuat gue nggak pernah berani untuk menceritakan hal ini kepada siapapun karena banyak yang tidak bisa menerima hal ini dan menjauh seolah ini adalah sebuah penyakit menular, padahal kalau memang lu lurus lu nggak akan tertarik sedikitpun dengan sejenis. Tapi kebanyakan orang justru menolak dan berpura-pura menjalin hubungan yang menurut kebanyakan orang normal dan mulai ikut menjudge orang-orang seperti gue. Padahal gue juga mau hidup normal bebas mencintai siapapun dan bahagia, toh gue nggak merebut yang bukan hak gue. Dan inilah hidup yang normal untuk gue dan teman-teman yang sepemikiran dengan gue"

Laras menatap Rara dan di sambut oleh Rara dengan menggenggam tangan Laras erat seolah memberinya dukungan penuh.

"Gue nerima lu yang seperti ini Ras, jadi lu nggak perlu kuatir gue akan menjudge atau menjauhi lu, oke?"

"Thanks Ra" mereka saling melempar senyum.

"Soal Bu Pemata..." Rara tidak melanjutkan ucapannya.

"hmmm... iya, gue pacaran sama bu Permata sejak perjalanan bisnis ke Lombok waktu itu. Mungkin dia belum sepenuhnya percaya sama gue Ra"

"Maksud lu, bu Permata salah paham pas ngeliat gue di sini kemaren?"

Laras hanya mengangguk dan kembali menatap jauh ke depan, matanya kembali berkaca-kaca.

"Tapi lu nggak usah merasa bersalah Ra. Emang hubungan kita udah mulai goyah kok. Dan hubungan tanpa saling percaya sulit Ra"

"Lu nggak jelasin Ras?"

"Udah, tapi gue nggak tau dia bisa percaya atau nggak itu semua tergantung dia. Pokoknya lu nggak usah kuatirin apapun. Ini nggak ngerubah apapun diantara kita Ra. Lu tetap teman gue, bahkan gue lebih dulu kenal lu dari pada bu Permata kan?"

Laras menatap Rara meyakinkannya.

"Bagaiman kalau gue yang berubah ke lu Ras? Bagaimana kalau gue yang udah mulai nganggep lu lebih dari teman" batin Rara.

I Like You UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang