"Bu, hari ini Ibu ada jadwal apa? Harusnya Saya bertanya itu kemarin"
"Apa kata Bu Pri saat kamu tanya soal jadwal kegiatan di sini?"
"Bu prima cuma bilang ada meeting untuk hari selasa tapi untuk beberapa hari kedepan Saya di suruh tanya langsung ke Ibu"
Bu Permata menoleh ke arah Laras, menatapnya lekat. Laras tak berani melihat mata itu lebih lama. Pandangannya Dia arahkan lurus ke depan walau pikirannya sedang berkecamuk dengan tatapan Bu Permata padanya. Bu Permata Kembali memalingkan pandangannya kedepan.
"Aku sudah tidak memiliki kegiatan apapun di sini, Aku hanya datang berlibur dan menenangkan diri, tempat ini selalu jadi tempat persembunyian untukku"
Laras cukup terkejut mendengar suara atasannya itu terdengar getir dan Lelah, Dia reflek menoleh menatap lekat wajah indah itu namun menyimpan kesedihan, rasanya ingin mengenalnya lebih dalam bahkan kalau bisa menjadi sandaran keluh kesahnya. Namun Dia sadar kalau itu tidak mungkin.
Ingin sekali rasanya memeluk wanita di sampingnya itu tapi Laras tak punya keberanian.
"Laras, bolehkah kamu jadi tempat curhat untukku selama beberapa hari disini? Aku tidak punya siapa-siapa untuk bercerita"
Bu Permata menoleh melihat mata Laras yang sejak tadi sudah melihatnya lekat.
"Tentu saja Bu, apapun yang bisa Saya bantu pasti Saya usahakan buat Ibu"
Bu Permata langsung memeluk Laras erat dan di sambut oleh Laras.
Terdengar isakan di balik Pundak Laras, Dia semakin mengeratkan pelukannya membiarkan wanita itu puas menumpahkan kesedihannya yang sebenarnya membuat Laras semakin penasaran dengan cerita di balik tangis itu. Namun Dia memilih untuk menunggu sampai wanita itu sendiri yang bercerita padanya.
Setelah kejadian subuh tadi tak sedikitpun Laras mengungkit begitupun sebaliknya Bu Permata juga tidak menyinggung sedikitpun masalah itu. Mereka berjalan-jalan mengelilingi resort sambil Bu Permata menunjukkan ada apa saja di reseort itu layaknya tour guide dengan bangga Dia menceritakan tentang resort kesayangannya itu.
Setelah melihat matahari tenggelam di sisi Barat resort, mereka Kembali ke kamar untuk mandi dan istirahat.
"Saya mandi dulu Bu"
"Laras" Laras menengok ke belakang saat akan masuk ke kamarnya untuk mandi.
"Ya Bu?"
"Bisakah kita tidak saling berbicara formal?"
Laras bingung dengan maksud Bu Permata.
"Maksudku hanya saat kita berdua, jadi jangan panggil Aku Ibu dan kamu bisa lebih santai untuk tidak mengatakan Saya, hanya saat kita berdua. Aku ingin kita tidak canggung jadi seperti berbicara dengan teman lama. Usia kita juga sama jadi harusnya tidak secanggung itu kan? "
"Baiklah kalau Ib.. hmm kalo kamu mau begitu" Laras masih terdengar canggung dengan kebiasaan baru itu.
"Thanks"
Laras mebalas dengan senyum dan langsung masuk ke kamarnya.
Tak lama Laras sudah selesai berganti baju. Dia sengaja mempercepat mandinya agar bisa bergegas memesan makan malam untuk mereka karena pasti Bu Permata Lelah dan lapar seharian jalan mengitari resort bak tour guide.
Namun Laras lupa kalau pintu mereka saling terpaut, saat Laras menggeser pintunya Dia melihat pemandangan yang seharusnya tidak Dia lihat dan mata mereka saling menatap.
"Bu Permata" suara Laras sangat kecil dan pelan, matanya berkaca-kaca begitu pula Permata.
Laras langsung mundur dan menutup Kembali connecting door-nya. Dia terduduk di kasurnya dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tak terasa air matanya sudah membasahi wajah dan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like You Unconditionally
Kısa Hikayewarning!! (girls zone) Pembaca di harapkan dapat dengan bijak dalam membaca karena tulisan ini mengandung unsur LGBTQ dan unsur Dewasa. Bagi yang kurang berkenan harap tidak membacanya. terima kasih ^_^ Prolog: Seorang wanita usia 30an yang terus...